[ALI] 5. Pergi dan Kembali

242 28 6
                                    

VOTE DULU!

"Kamu selingkuh kan sama dia?!"

"Salsa, ayo bercerai."

Tas Ali terjatuh. Ternyata Tuhan hanya memberinya jeda. Jeda yang amat sebentar. Karena kesengsaraan itu sudah berlanjut sekarang.

Freya masih di luar karena Ali memintanya untuk menunggu sejenak. Ah, mungkin setelah ini tidak sejenak lagi. Karena Ali sudah mengambil vas bunga yang tepat berada di sebelahnya. Ia melemparnya dengan keras hingga suaranya terdengar oleh dua insan yang tengah cekcok itu.

"Ali? Ka—kamu pulang?"

Mamanya spontan mengubah ekspresinya, meski sangat kentara semuanya tampak dipaksakan. Sedangkan papanya menghelas nafas dan memalingkan wajahnya.

"Kamu apa kabar?"

Mamanya mengelus wajah sendu Ali. Memeluknya hingga Ali sendiri menangis kencang. Ia mendorong mamanya hingga wanita itu jatuh tersungkur. Ali menatap layang papanya dan berlari menghampiri pria itu.

"Kalau kalian menikah untuk berpisah, kenapa gue harus lahir? Hidup gue udah cukup menderita lahir di keluarga yang gak sempurna ini, dan kalian dengan teganya merusaknya."

"Ali papa harap kamu mengerti. Keputusan papa sudah bulat. Daripada mempertahankannya lebih baik berpisah. Papa tidak mau kedepannya semuanya menjadi masalah besar."

"Egois," ucap Ali mendesis. Ia berjongkok dan menangis dalam diam.

"Kamu masih kecil. Untuk mengerti semua ini—"

"Gue udah dewasa. Setidaknya gue bisa hidup sendiri tanpa ada yang tahu bahkan kalian yang notabenenya orang tua gue."

"Hidup sendiri? Bibi Ema mana sayang?"

Ali menepis tangan mamanya yang menyentuh bahunya. Ia tak butuh keluarga munafik ini. Ali pikir mengikuti semua ucapan Freya tak selamanya berjalan lancar. Atau karena memang takdirnya yang tidak pernah sejalan. Ia tak pernah bahagia, dan ketika bahagia datang selalu ada jalan dimana sengsara lewat.

"Pa, demi Ali. Mama gak bisa melepas rumah tangga kita gitu aja."

"Salsa, aku udah bilang semuanya ke kamu. Keputusan aku sudah bulat. Aku dan Sarah juga sudah menikah."

"Tapi Ali?"

"Aku akan ambil hak asuhnya. Dia akan lebih baik bersama aku dan keluarga baruku."

Ali berdiri. Ia berjalan gontai menuju kamarnya. Di kuncinya pintunya tanpa mengingat Freya yang menunggu di luar.

.

.

.

.

Semuanya berjalan lancar. Proses sidang perceraiannya baru saja selesai. Hak asuh Ali jatuh pada papanya dan sekarang Ali di sini. Di rumah asing yang amat ia benci. Orang di dalamnya adalah sebab Ali kehilangan keluarganya. Tapi Ali tak punya tujuan. Ia tak mungkin merepotkan Freya dan mamanya terus-terusan. Karena itu Ali memilih untuk mengikuti takdir Tuhan. Tinggal dengan keluarga baru papanya.

"Ini mama tiri kamu Li, dan itu saudara perempuan kamu. Namanya Rebecca."

Ali hanya melirik orang-orang yang di perkenalkan papanya itu. Ia hanya menggenggam tangan Freya yang berdiri di sebelahnya erat. Soal Freya, hari itu Ali memang melupakan eksistensi wanita itu yang menunggunya. Tapi ternyata mama Ali meminta Freya masuk setelah Freya memperkenalkan diri sebagai pacar Ali.

Mamanya menyambutnya hangat, berbeda dengan keadaan keluarganya yang tengah perang dingin. Mungkin mama Ali bercerita sedikit hingga Freya berani ke kamar Ali malam itu. Saat itulah Ali ingat ia meninggalkan Freya di luar.

Healing: Help MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang