Hyungseok memutuskan keluar sebentar untuk berkeliling lingkungan sekitar. Ia berjalan keluar gang sampai menemukan badan jalan yang ramai. Terdapat berbagai macam toko yang berjejer.
Lalu Hyungseok melihat ada es krim dengan cone berbentuk ikan. Ah, tiba-tiba ia jadi ingat Mamanya. Ia pernah merajuk minta dibelikan makanan itu.
Hyungseok menghela napas. Niat awal untuk membeli akhirnya musnah. Ia tak ingin menikmati es krim itu sendirian, ia ingin menikmatinya dengan Mamanya. Atau setidaknya, ia ingin menikmatinya bersama seseorang, mungkin teman atau sahabatnya nanti.
Ah. Mengingat perihal teman dan sahabat, membuatnya kembali dirundung muramnya pemikiran. Ia agak ragu jika ia akan memiliki teman dan sahabat nantinya seperti apa yang ia inginkan. Sebenarnya tak perlu banyak, satu orang juga tak apa asalkan dia benar-benar menerima dirinya.
Ya sudahlah. Ia tak ingin memusingkan hal itu saat ini.
Lalu, langkah kakinya terhenti dengan terpaksa dan hampir jatuh saat ada yang menabraknya karena dirinya tak memerhatikan ke depan.
"Ah, panas!" jengitnya. Hyungseok mengusap dan mengipasi kaos hitamnya yang terkena kopi.
"Mi-mianhae! Jeongmal mianhae!" ucap orang yang tak sengaja menumpahkan kopi ke pakaian Hyungseok.
Hyungseok menatap orang di depannya. Orang di depannya memakai masker hitam, topi yang senada, dengan hoodie hitam dan celana training putih dengan aksen garis hitam di sisi-sisinya. Wajahnya tampak gelisah. Sesekali menoleh ke belakang, seperti sedang mengkhawatirkan sesuatu.
"Gwaenchana. Aku juga salah karena tak memerhatikan ke mana aku berjalan." Hyungseok sedikit membungkuk.
"I-iya. Tak apa. Ambil ini." Orang itu memberikannya tisu basah dan beberapa lembar uang. "Sekali lagi, tolong maafkan aku." Lalu setelahnya ia pergi terburu-buru.
"Hei! Untuk apa uang ini? Aku, kan, hanya tertabrak tubuhmu, bukan mobilmu! Yak!" Hyungseok sedikit berteriak diakhir kalimatnya karena orang itu pergi menjauh tanpa mau mendengarnya.
Hyungseok berdecak, "Harus aku apakan uang ini?" Akhirnya ia menyimpannya, "Ya sudahlah, aku simpan saja."
Setelahnya, ia melanjutkan acara jalan-jalannya sampai sore.
Saat langit mulai temaram, ia sedang merapikan pakaiannya ke dalam lemari yang ada di tempat tinggal barunya.
Hyungseok baru saja selesai mandi. Bahkan handuk masih bertengger di kepalanya.
"Oke. Sudah selesai."
Pemuda Park itu merebahkan tubuhnya di lantai. "Ah.." Matanya menerawang ke langit-langit ruangan itu.
Untuk kasur sendiri, ia membeli kasur lantai yang muat untuk satu orang. Lemari pakaian minimalis sudah ada di ruangan itu, dan masih dalam keadaan layak.
Hyungseok berpindah ke tempat tidurnya. Awalnya hanya merebahkan diri di sana. Tapi akhirnya ia terlelap. Mari biarkan Hyungseok tidur sebelum melakukan rencana rutinitasnya esok.
Hyungseok memakai kemeja semi formal saat datang ke sekolah barunya. Hanya sekedar mengambil seragam barunya.
"Permisi?" Hyungseok melongok ke dalam ruangan Tata Usaha di sekolah itu.
"Nde? Ada yang bisa kubantu?" tanya seorang wanita muda pada Hyungseok. Meja wanita itu berada di dekat pintu.
"Saya murid baru di sini, yang ingin mengambil seragam." Hyungseok menjelaskan setelah membungkuk singkat.
"Oh." Wanita itu melihat sesuatu ke layar monitornya. "Kau.. Park Hyungseok, 'kan?"
Hyungseok mengangguk cepat sambil tersenyum.
"Geure. Tunggu sebentar, ya." Wanita itu menelpon seseorang di seberang sana.
Setelah menutup teleponnya, ia kembali menoleh pada Hyungseok. "Kau bisa ke ruang koperasi. Dari sini, kau bisa belok kiri lalu ikuti penunjuk arah yang ada."
"Nde. Gamsahabnida," kata Hyungseok sambil membungkuk sopan.
"Hah.. Sekarang apa yang harus aku lakukan sebelum masuk sekolah nanti?" gumamnya.
Hyungseok berjalan santai, menggenggam tali tas jinjingnya sambil sedikit diayunkan.
Hyungseok berhenti menunggu lampu merah. Menunggu lampu hijau untuk penyebrang zebra cross.
Setelah lampu berubah warna, Hyungseok melangkahkan kakinya. Begitupun orang-orang di sekitarnya.
Tanpa aba-aba, tangannya ditarik paksa untuk kembali ke trotoar.
"Yak!"
Suara decitan ban mobil terdengar nyaring di perempatan jalan itu.
"Yak! Perhatikan rambu lalu lintasnya, Tuan!" seru seseorang yang sedang membantu temannya yang tersundul bagian depan mobil.
Hyungseok bernapas lega setelah napasnya tertahan. Ia menoleh ke pergelangannya yang sudah dilepas oleh orang tadi.
"Eh.. Terimakasih banyak telah menolongku," ucap Hyungseok agak kaku.
Pemuda yang menolongnya hanya mengangguk, lalu mendahuluinya menyebrangi jalan.
Hyungseok mengerjap beberapa kali, bingung. Matanya masih menatap punggung pemuda dengan hoodie biru tua yang tudungnya menutupi kepala.
Hyungseok mengedikkan bahunya.
Melihat ke arah lampu lalu lintas yang sebentar lagi akan berganti warna.
Ia menghela napas. Ia harus menunggu beberapa menit lagi sepertinya.
Hola! Mian ya pendek, soalnya abis ini biar langsung masuk ke jalan cerita di mana Hyungseok bakal sekolah di SMA JAEWON!
HOREEE!!
Finally anak angkatku pindah cekulah, hikd. Baik-baik ya Nak, nanti Eomma pertemukan kamu dengan jodohmu. Mwehehe.
Eh, awthor ultahnya pas 17-an nih. Gk ada yg mau ngucapin gitu? :'3 Capek akutu, gk punya temen yg bisa ngucapin, huhu. Menyedihkan sekali hidupku ini.
Vomment juseyoooo 💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
You | Lookism Fanfic [JayNiel]
FanfictionJae Yeol X Hyung Seok LOOKISM FANFIC by me YAOI in your area.. Fanfic ini saya buat karena pikiran saya suka membuat alur sendiri. Jadi, daripada saya pingsan karena kebanyakan ngehalu gaje, lebih baik saya tuangkan dalam bentuk cerita. Dan juga, f...