BAGIAN [5]

13 2 0
                                    

Getaran ponsel milik Vio berbunyi menampilkan nama Haikal, Shasa menoleh untuk mengangkat telepon tersebut.

"halo"

"iya dia dirumah gua kenapa?"

"oke nanti gua tunggu tenang aja"

Shasa melanjutkan lagi sesi menonton drakornya.

"lo ngomong sama siapa tadi?"

"Haikal, katanya dia mau kesini" Shasa menoleh menatap Vio.

"Kenapa sih ngeliatinnya gitu amat?!"

"Lo gak cebok ya, masih bau tau"

"Ih sialan lo, ya udah lah palingan lo yang belom mandi mangkanya bau"

Shasa hanya tertawa, melihat betapa oon-nya Vio walaupun begitu Vio adalah teman satu-satunya, yang selalu bisa diandalkan.

"Eh ngomong-ngomong lu tau ga kemaren Noval nembak gua tau"

"Kemaren?"

"Iya pas lo balik gara-gara kemaren itu, pulangnya dia nembak gue" ucap Vio penuh dengan kehebohan.

"Terus lo terima?"

"Iya dong gue terima"

"Nih ya Sha Noval itu ganteng, pinter walaupun ga terkenal banget setidaknya bisa dibanggakan sebagai pacar" tambah Vio sambil membanggakan pacar barunya.

"bukan itu masalahnya, dia pacar lo yang keberapa?"

"Ketiga!"

"Enak aja ketiga keempat!" jawabnya sambil cengengesan.

Pingin banget Shasa tabok itu muka cuma jangan deh nanti penyok.

Shasa melanjutkan kegiatan nya sedangkan Vio membuat video kekinian hingga tak terasa waktu berputar dengan cepat.

"Sha bel bunyi tuh" ucap Vio sambil masuk ke dalam kamar mandi.

Shasa keluar untuk membuka pintu dan terpampang wajah tampan milik Haikal dengan raut sok cool-nya.

"Sekolah udah selesai?" tanya Shasa.

"Pertanyaan lo gak bermutu banget sih" ucap Haikal cuek.

"Yaelah namanya juga basa basi ga ngertiin baget" balas Shasa sengit.

"Hai abang ganteng udah sampai rupanya mau eneng bikinin apa" Vio keluar dari toilet sambil mengalunkan suara cempreng-nya.

"Gak usah gitu"

"kenapa?"

"Jijik tau ga"

Shasa hanya menatap keduanya mengapa mereka suka sekali adu mulut, Shasa benar-benar tidak mengerti.

"Sha punya makan ga laper tau?"

"Punya kok tenang aja" Vio menjawab sendiri pertanyaannya.

Vio berjalan menuju dapur melihat ada beberapa menu di meja makan, Vio mulai menggambil sendok dan

"Sha makanan dimeja makan gua minta ya" ucap Vio dari arah dapur.

Awalnya Shasa tidak peduli tapi tiba tiba-tiba ia teringat akan sesuatu.

"JANGAN DIMA....KAN!"

Saat sampai di dapur Shasa mendapati Vio berdiri di depan wastafel sambil mencuci mulutnya dengan air mengalir.

Vio tampak ngos-ngosan dan menatap Shasa tajam "Sayur apaan itu sial"

"Itu sayur kemaren mungkin sekarang udah basi" jawab Shasa pelan diiringi raut wajah takut.

"Sumpah Sha lo mau ngeracunin gua" ucap Vio tak percaya.

"Gak gitu lah, abisnya lo main makan makan aja ga lo cium dulu apa baunya"

"kaya gak tau aja dia kan gak bisa bedain bau" tambah Haikal santai.

"Lo berdua gak ada perhatiannya sama sekali sama gua" Vio mendramatisir kalimatnya.

"Gak usah drama mending pesen online"

"Haikal doang sih paling pinter" balas Vio sambil mulai mengutak-atik handphone miliknya.

Ketiganya mulai sibuk dengan dunianya masing masing sebelum azan ashar berkumandang menandakan untuk mereka segera pulang ke rumah masing masing.

Shasa mengantarkan keduanya sampai depan gerbang, keduanya pulang bersama karena rumah mereka yang tetanggaan dan untuk menghemat ongkos Vio juga tentunya.

Tinggal Shasa sendiri sekarang, Shasa menatap dirinya di cermin "Gak mandi aja lo cantik apalagi mandi" ucap Shasa pada dirinya sendiri sebelum akhirnya tertawa dan memilih untuk segera mandi.

Malam harinya Shasa pikir maminya akan pulang cepat seperti kemarin ternyata tidak padahal jam sudah menunjukkan pukul 21:27

πππππ

Vani memijit pelan pelipisnya sebelum melihat jam di tangan kirinya, mungkin cukup untuk hari ini.

Vani berjalan menuju meja Ryan, namun belum juga sampai pandangannya mulai kabur dan sedikit kehilangan keseimbangan.

"Ibu baik baik saja?" tanya Ryan saat berhasil memegang kedua bahu Vani.

"Saya gak papa kok"

"Sebentar ibu tunggu sini" Ryan mematikan komputer dan menghampiri Vani yang bertumpuan pada ujung meja kerjanya.

Ryan melajukan mobilnya ke arah rumah sakit di belakang kantor tempatnya bekerja. memapah Vani menuju salah satu suster untuk diberi pertolongan.

"Bapak suaminya? bener?" tanya seorang dokter keluar dari ruang pasien.

"Oh, bukan saya sekertaris-nya"

"Saya pikir" dokter itu malah tertawa menatap Ryan.

"Jadi, bu Vani hanya kelelahan dan kurang minum ditambah waktu tidur yang kurang, mungkin bu Vani ini suka bergadang?"

"Sebenarnya dia itu tipe orang yang tepat waktu jadi harus selesai hari ini gak bisa nunggu besok" jelas Ryan yang sudah hafal tabiat Vani.

"Mungkin itu ya penyebabnya, yang penting sekarang waktu tidurnya diusahakan delapan jam dan konsumsi air putihnya diperbanyak"

"Nanti setelah infusnya habis sudah bisa pulang nanti saya buatkan resep suplemen untuk daya tahan tubuh aja" tambahnya.

"Terimakasih banyak"

"Saya permisi" Ryan hanya mengangguk.

Ryan merogoh sakunya untuk mencari handphone miliknya.

"Saya Ryan mba, saya mau ngasih tau ibu dirumah sakit karena kecapekan mungkin butuh beberapa jam untuk ngabisin infusnya jadi mungkin ibu nginep"

"Nginep? apa sih mas dirawat kali mana ada orang nginep dirumah sakit"

"iya maksud saya itu mba, mau dateng gak"

"Iya aku kesana tempatnya chat aja ya"

Sambungan dimatikan dan Ryan menuju ranjang Vani, menatapnya sebentar sebelum beralih pada ponselnya.

Beberapa menit kemudian Shasa datang, Shasa menatap maminya yang pucat dan cukup memprihatinkan itu. sesebel apapun Shasa dan sekesel apapun Shasa terhadap Vani tetap saja melihat maminya seperti ini Shasa tetap merasa sedih. Shasa menatap Ryan meminta penjelasan dan kronologinya, Ryan pun menceritakan semua termasuk yang dokter katakan.

Shasa mendecih pelan ditengah kesedihan "Emang dasar mami tergila gila banget sama kerjaan belum aja dia nikahin tuh kerjaan nya"

Ryan tahu Shasa hanya tidak ingin terlihat menghawatirkan Bos nya itu dengan mencelanya padahal yang dicela tahu juga tidak.

"Saya tau kamu kok" ucap Ryan, Shasa hanya tersenyum.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dua duniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang