3 - Teman Baru

22 1 5
                                    

Aku mengatup mulutku saat melihat sekolahan yang begitu besar ini, karena ini berbeda sekali dengan sekolahku yang dahulu.

Aku berjalan pelan kearah gerbang, mengikuti siswa-siswi yang baru datang juga. Kemudian saat aku ingin melangkah kedalam, seorang satpam tiba-tiba menghalangi jalanku. Apa aku salah?

"Silahkan fingerprint dulu baru boleh masuk" kata satpam itu sambil menatapku aneh.

"Em tapi pak saya..."

"Dia anak baru pak"

Aku melirik seseorang yang berucap tadi, aku memandanginya dengan intens dan yang pertama melintas dipikiranku adalah bahwa dia sangat tampan.

Laki-laki bertubuh tinggi, tangan yang dimasukkan kedalam saku sehingga membuatnya semakin terlihat keren namun sayang, spertinya dia anak nakal karena semua kancing seragamnya dibiarkan terbuka sehingga memperlihatkan kaos hitam polosnya.

"Hei, seragam kamu benerin!" ujar satpam itu tegas.

"Aduh pak santai aja, nanti juga saya kancingin" kata anak lelaki itu bermalas-malasan.

"Saya sudah capek sama kelakuan kamu dan saya yakin kamu pasti akan bohong. Mau saya antar keruang BK?"
Aku melongo menyaksikan mereka. Jadi, bolehkan aku pergi? Ini sangat canggung untukku.

"Ck, gabisa diajak kompromi deh"

"Kamu ya selalu ga sopan, sini biar saya bawa kamu ke ruang BK"

"Maaf pak, tapi saya gamau. Bosen, byee"

Kemudian dia menarikku, aku terkejut namun kakiku mengikutinya berlari. Aku mencoba berhenti tapi tarikannya begitu kuat, selain itu badanku juga tiba-tiba terasa sakit.

Aku menutup mataku rapat-rapat sambil merintih pelan. Sungguh, kaki, tangan, dan badanku terasa sangat sakit. Aku ingin berhenti, tak lama tanganku terlepas dan saat kakiku sudah melemah aku hampir terjatuh tapi untungnya ada seseorang yang menolongku.

Dia memegangku dan saat itu aku menatapnya takjub dan tak percaya, aku tak bisa membayangkan betapa dingin dan tampannya aura yang dia keluarkan.

Untuk sepersekian detik kami menatap satu sama lain.

Dan kemudian dia melepaskanku, lalu aku salah tingkah dihadapannya. Aku meliriknya dan dia melihatku namun kemudian dia berbalik dan pergi begitu saja. Dia semakin jauh tetapi aku hanya bisa melihatnya sambil tak percaya.

Ah tidak, aku belum mengucapkan terimakasihku kepadanya. Sepertinya aku harus mengejarnya sebelum dia semakin jauh.

Tapi ketika aku ingin melangkah, seseorang memegang pundakku lantas aku langsung berbalik.

"Om Farhan..." ucapku kaget.

"Kamu udah disini? Ayo ikut" kata Om Farhan sambil tersenyum padaku.

"Kemana?" tanyaku.

"Keruangan Om, ada yang mau Om bicarakan sekalian kasih tahu kelas kamu" jawabnya, lalu aku mengangguk dan akhirnya kami pergi dari sana.

Aku melirik kebelakang, entah kenapa aku memikirkan lelaki tadi. Dia, benar-benar aneh.

ΦΦΦ


"Sasa, kelas kamu di IPA XI-B ya"

Aku mengangguk.

Jujur, aku benar-benar tidak bisa fokus. Ruangan ini begitu sederhana namun mewah dan besar. Ini membuatku nyaman.

Sebenarnya, Ayah juga memiliki ruangan yang lebih besar dan mewah dibanding ini namun untuk pertama kalinya aku melihat ada ruangan seperti ini disekolah. Karena ruangan Yayasan disekolahku yang dulu itu biasa saja.

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang