•Happy Reading•
°
°
°
Sekarang aku sedang duduk dihalte bus sambil menunggu hujan sendirian dan yang pasti aku tidak tahu ini berada dimana karena sejak tadi aku hanya berjalan untuk menemukan jalan pulang.
Kakak meninggalkanku dan aku tidak memiliki uang sepeserpun untuk membayar kendaraan umum.
Uangku sudah habis untuk membayar makananku dan Reza tadi saat dikantin. Selain itu aku sudah sangat lapar dan lelah.
Yasudah, mau bagaimana lagi? Kini aku hanya bisa menahannya dan cepat-cepat pergi untuk menemukan rumahku.
Aku menunduk dan mengayunkan kakiku, sungguh sangat dingin disini. Badanku seperti ingin membeku.
Tak lama, sebuah motor berhenti tepat didepan halte lalu seseorang yang mengendarainya turun dari motor itu dan segera berteduh disini.
Aku terus menatapnya dan sesaat dia melepaskan helmnya, aku terkejut. Dia menatapku dan aku juga bisa merasakan bahwa dia terkejut melihatku.
"Kei?"
Dia berjalan mendekatiku lalu dia duduk dengan santainya.
Kali ini rasanya aku kesal, kenapa dia sama sekali tak pernah menjawab perkataanku dengan benar?
Apakah perkataanku tadi tidak membuatnya tersadar?
Kini aku merasa tak nyaman karena Kei begitu dekat denganku, lantas aku memutuskan untuk sedikit bergeser dan menjauh darinya.
Akhirnya kami memiliki jarak yang terbilang cukup jauh untuk berada ditempat duduk yang sama.
Ternyata kakiku benar-benar terasa sakit dan pegal, jadi aku memijitnya sambil menahan rintihanku agar tidak ketahuan oleh Kei.
Setelah melakukannya aku meliriknya.
Dia sedang membenarkan pakaiannya yang cukup basah.
Tiba-tiba dia melirikku balik dan dengan kecepatan kilat, aku segera mengalihkan pandanganku tapi sedetik kemudian aku malah melihatnya dan alhasil tentu saja dia masih melihatku.
Baiklah, aku ingin bicara dengannya.
Lagi.
"Aku..."
"Dari mana lo tau?" tanya Kei sinis.
"Tau apa?" tanyaku tak mengerti.
"Nama gue" jawabnya.
"Itu dari Om, eh bukan. Maksud aku, dari Pak Yayasan" ujarku.
Sebaiknya aku jangan menceritakan kepada siapapun kalau Om Farhan adalah sahabat Ayahku.
Setelah itu dia tiba-tiba mendecak dan mengalihkan pandangannya dariku.
Argh, seharusnya aku dengarkan kata Om Farhan untuk menjauhi Kei.
Setelah beberapa menit lamanya, air hujan sudah mulai reda namun masalahnya sekarang sudah hampir malam dan aku tidak tahu harus melewati mana untuk pulang.
Kulihat Kei berdiri lalu memakai helmnya, setelah itu dia mulai berjalan kearah motornya yang sudah basah itu.
"Maaf" ucapku sambil menunduk.
Dia memutar balikkan badannya dan menghadapku.
Aku mendongak menatapnya sedikit agak lama.
"Kalau informasi itu salah, aku minta maaf tapi..."
KAMU SEDANG MEMBACA
For You
Teen FictionUntuk kamu, Kei. Lelaki yang memberikan melody indah padaku, lelaki tampan yang ingin selalu kupandang dan lelaki pemberi cahaya dikehidupan gelapku. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku tidak bisa menemukan orang lain yang memahamiku seperti dir...