10 - Sakit

9 1 0
                                    

♡Happy Reading




Saat tiba disini, aku selalu memikirkan buku sketsaku. Tadinya hari ini aku ingin mengambilnya disekolah tapi kalau ketahuan Kakak pasti nanti dia akan marah karena salah paham denganku, jadi pada akhirnya aku memutuskan untuk mengambilnya disini.

Namun sayangnya, Alex tidak ada.

"Padahal aku kangen ngegambar" batinku.

"Sasa, lo kenapa?" tanya Kak Risa.

Aku menepuk pipiku lalu menggelengkan kepala.

"Gapapa Kak" jawabku sambil tersenyum.

"Gapapa gimana? Gue liat muka lo tuh pucet banget"

Aku baru sadar bahwa sejak tadi tubuhku kelelahan ditambah aku belum makan apa-apa dari pagi. Apa aku terlalu rindu buku sketsaku sampai melupakan kondisi tubuh sendiri?

"Muka aku emang suka kayak gini kok, nanti juga gapapa" ujarku berbohong.

"Serius?"

Aku mengangguk.

"Yaudah, kalau ada apa-apa lo kasih tau gue ya"

"Iya makasih Kak"

Aku kembali bekerja, mulai dari menyajikan minuman sampai membersihkan meja-meja yang kotor. Walau lelah atau pusing sekalipun aku tetap tak bisa berhenti bekerja atau bercerita karena ini adalah sesuatu yang harus kujalani. Jika hal seperti ini saja aku tak bisa mengatasinya, bagaimana dengan selanjutnya jika aku terlalu lemah?

Baiklah, aku harus bersemangat.

"Sasa!" panggil Bisma.

Aku menoleh lalu dengan segera aku menghampirinya.

"Kenapa Bis?" tanyaku.

"Lo dipanggil sama Pak Hendra" jawabnya.

Aku tak mengerti dengan ucapan Bisma, lebih tepatnya aku tak tahu siapa itu Pak Hendra.

"Pak Hendra?"

Kulihat Bisma memukul keningnya sambil mendengus.

"Gue lupa ngasih tau, Pak Hendra tuh Ayahnya Alex"

Aku sedikit terkejut mendengarnya.

"Kenapa aku yang dipanggil?"

"Gatau, lagian ini pertama kalinya Pak Hendra kesini"

"Pertama kali?"

"Iya"

Ini aneh.

Jika baru pertama kali, kenapa langsung memanggilku? Apakah ada sesuatu?

"Oh, yaudah kalau gitu aku kesana dulu"

Aku melepaskan celemekku lalu bergegas menuju ruangannya. Saat sudah sampai dan hendak mengetuk pintunya, tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing lantas aku mencengkram tembok untuk menopangku berdiri.

"Tahan Sasa, jangan sampai kelihatan sakit" kataku dalam hati.

Aku memejamkan mata, mencoba menghilangkan rasa sakit dikepalaku ini, namun sayangnya ia enggan untuk pergi.

"Ha..."

Aku menghela nafas pelan, merapikan wajah, rambut, dan bajuku. Aku tidak boleh kalah dengan keadaan, maka dari itu aku harus kuat. Sekalipun harus berpura-pura.

For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang