IV. Coffee Shop

849 98 49
                                    

Coffee Shop

Ship : Baam x Khun [modern! AU!]

WARN!!
OOC, dapat menyebabkan muntah darah--

Happy Reading! ^^

━━☆

Baam tak menyukai kopi, tapi ia selalu datang disebuah coffee shop....

•【♥】•

Sudah kelima kalinya, Baam menjejakkan kaki disebuah coffee shop dekat tempat kerjanya. Meski pekerjaannya menumpuk dan minta untuk segera diselesaikan, pemuda bersurai coklat gelap itu selalu menyempatkan mampir ke coffee shop tersebut.

Cafe dengan gaya struktur seperti di Eropa Barat. Setiap sudut ruangan, diisi dengan lukisan kuno dan beberapa tanaman hias. Aroma harum kopi yang diseduh, menjadi hal pertama yang kau dapatkan saat memasuki coffee shop tersebut. Musik dari piringan hitam yang diputar, menambah suasana di coffee shop itu.

Baam membuka pintu cafe, lonceng yang berada diatas pintu berbunyi sedikit nyaring. Kakinya melangkah masuk, duduk didekat jendela yang mengarah langsung kearah taman. Ia meletakkan tas berisi laptop dan beberapa map diatas meja.

Menghirup aroma kopi yang khas, maniknya menatap sekitar. Cafe tersebut masih tampak sepi, hanya ada beberapa pengunjung. Ya, baguslah. Setidaknya, ia dapat mengerjakan pekerjaannya dengan tenang.

Tangannya terangkat, memanggil seorang pelayan disana. Seorang pemuda dengan surai biru langit itu datang, ditangannya memegang sebuah note book berukuran kecil dan sebuah pen.

"Kau datang lagi," ujarnya dengan raut datar. Berdiri dua meter didepan Baam. Manik kobaltnya menatap Baam dengan malas.

Baam tersenyum menanggapi, "tentu. Aku suka dengan kopi buatan cafe ini. Sangat enak."

Tidak. Baam tidak sepenuhnya berbohong tentang hal itu. Kopi buatan cafe ini memang enak, Baam akui itu. Hanya saja, lidah Baam tidak cocok dengan minuman bernama 'kopi.'

Pemuda itu memutar bola malas. "Ya, ya, terserah kaulah. Jadi, kau pesan apa?"

"Seperti biasa," jawab Baam dengan cepat.

Biru itu mengangguk, mencatat sesuatu dinote booknya. Kembali menatap sosok pemuda dihadapannya, "satu caffe latte?"

Baam mengangguk, "kau hapal ternyata." Si Biru hanya mengedikkan bahu, kemudian pergi meninggalkan Baam setelah mengatakan 'tunggulah sebentar.'

Manik emas itu menatap kepergian si biru, tersenyum simpul melihatnya. Pandangannya teralih kepada tas berisi laptop, mengeluarkan benda persegi panjang itu. Tangannya segera membuka benda elektronik tersebut.

Mendesah pelan melihat pekerjaannya yang kian banyak. Mau tidak mau, ia harus segera mengerjakannya. Baam tidak mau kena omel atasannya karena terlambat mengumpulkan pekerjaan.

Tak berapa lama, seorang pelayan lain datang. Menaruh cangkir berisi latte yang dipesannya tadi. Setelah mengucapkan kata 'terima kasih' dan pelayan itu pergi, Baam melanjutkan pekerjannya.

Sesekali, ia mengambil istirahat dan meminum kopinya. Kemudian, mulai mengerjakan tugasnya kembali. Satu setengah jam, Baam disibukkan dengan pekerjaannya. Sekarang, semua pekerjaannya sudah selesai.

𝐎𝐮𝐫 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 || 𝙱𝚊𝚊𝚖 𝚡 𝙺𝚑𝚞𝚗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang