Keluarga.
Apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata keluarga?
Kebersamaan sudah pasti akan terlintas. Ayah, Ibu, dan anak. Ya, kebersamaan mereka dalam rumah.Kebersamaan akan terasa jika ada anggota baru yang terlahir ke dunia.
Bastala awalnya sendirian, menapaki rumah yang telah ia singgahi bersama mendiang kedua orang tuanya.Hingga di usia dua puluh tiga, dia bertemu dengan Mentari dan langsung mempersuntingnya. Dengan tekad kuat, Bastala berhasil menciptakan rumah tangga dengan keluarga kecil saat kelahiran anak pertama--Badar.
Badar lahir dengan normal. Di usia yang masih muda, Mentari senang saat kelahiran Badar juga disambut meriah oleh keluarganya. Ayahnya yang saat itu kurang suka kepada Bastala pun menjadi sangat suka karena kelahiran cucu pertamanya.
Bastala tak pernah melunturkan senyuman saat menatap Mentari. Baginya, Mentari adalah segalanya; belahan jiwanya; separuh nyawanya. Ah, tidak. Kali ini ditambah dengan Badar anak pertamanya.
Di usia Badar menginjak enam tahun, Mentari kembali dikaruniai seorang anak laki-laki. Badar yang saat itu masih kecil terkadang merengek karena cemburu pada si bungsu--Baskara. Namun, Bastala selalu menenangkannya dengan iming-iming dibelikan mainan. Alhasil, bertumpuklah berbagai macam mainan khas anak laki-laki di rumahnya.
Mentari merasa senang saat kelahiran Baskara tak kalah disambut meriah oleh keluarganya. Bahkan, hampir satu bulan penuh Ibunya itu tinggal di rumahnya. Demi kedua cucunya, kedua orang tuanya itu bahkan membelikan setumpuk mainan.
Beranjak besar, Badar dan Baskara sering bertengkar karena rebutan mainan. Padahal, saat itu Badar sudah memasuki sekolah dasar. Kecintaannya pada mobil-mobilan terkadang membuat Badar geram saat Baskara memainkannya.
Baskara sering kali menangis karena dibentak, bahkan tak segan Badar melemparnya dengan mainan. Sungguh tragis sebenarnya, tapi Badar hanya cemburu, tidak lebih.
Jika sudah seperti itu, Bastala akan turun tangan untuk menjadi penengah; memisahkan keduanya agar tidak lagi bertengkar. Namun, bentakan Bastala terkadang membuat keduanya tak pernah berhenti, yang ada semakin memaki dengan tangisan Baskara yang memekikkan telinga.
Dan giliran Mentari yang turun tangan. Dia akan membawa kedua anaknya itu ke hadapannya; mengusap kepala kedua anaknya dengan kalimat penenang.
Jika Mentari sudah seperti itu, Badar selalu merasa malu.
"Badar 'kan sudah besar."
Seperti itu katanya.
Tapi, mengapa Badar selalu marah perihal mainan?
Karena adiknya laki-laki.Saat Badar mengulurkan tangan untuk mengajak berbaikan. Baskara malah memeluknya dan meminta maaf dengan suara tidak jelas karena terus menangis keras.
Badar juga sebenarnya kesal. Suara adiknya itu benar-benar mengganggu kehidupannya. Apalagi tangisannya. Hhh, Badar tidak mau mendengarnya lagi.
Hingga, di usia pernikahan Bastala dan Mentari yang menginjak 15 tahun, keluarga kecilnya dihadapkan dengan ujian yang cukup sulit. Bastala memang berkecukupan, ia masih mampu untuk menanggung semua beban. Namun, saat Mentari divonis sesuatu yang tidak diduga. Bastala rapuh, dia terus merasa ketakutan. Melihat Badar yang saat itu beranjak remaja, Badar mengerti dengan ketakutan Bastala. Sedangkan Baskara, dia selalu menangis dengan memeluk Mentari.
Penyakit yang menimpa Mentari cukup membuat ketiganya sering melamun. Pekerjaan Bastala juga menjadi berantakan karena sering tidak fokus. Alhasil, Bastala menyerahkan tugasnya dahulu kepada adik iparnya--Lintang.
Selama hampir satu tahun penuh Mentari menahan semuanya sendirian. Terkadang dia menangis saat Baskara datang dan langsung memeluk tubuhnya; melihat Badar yang hanya berdiri menunduk di hadapannya; menatap lekat Bastala yang terduduk lesu di sampingnya dengan tatapan sendu. Mentari merasa sakitnya bertambah karena hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/235136015-288-k37784.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 ' Terjebak Dalam Kotak'✓
ChickLitTernyata kita sama. Sama-sama terjebak dalam kotak. Kotak yang berisikan masa lalu penuh liku. ©prdsty,2020 [10/8/2020#1Kotak] [10/8/2020#3It's Okay To Not Be Okay]