Yang dibicarakan memang akan terasa menenangkan. Prasangka-prasangka buruk yang sempat bersarang kini perlahan menghilang.
Baskara tersenyum lega saat mendapat kalimat-kalimat yang sudah lama ia inginkan dari Arunika.Walaupun rasa duka masih ada. Baskara tidak lagi cengeng seperti biasanya. Untuk urusan yang kala ini, Baskara mencoba menerimanya. Ia takut, karena kesedihannya mendiang Bastala tidak tenang di sana. Badar juga sudah mencoba biasa saja. Walaupun raut wajahnya mengatakan jika dia tidak baik-baik saja. Dan yang paling mengetahui hal itu adalah Baskara.
Badar sering kali menampakkan dirinya baik-baik saja; kembali tertawa, bertingkah biasanya. Padahal dalam hatinya, Badar merasa menyesal dan tetap kecewa. Ia masih di dalam tahap merasakan duka yang luar biasa.
Kepergian Bastala sudah menuju hari ke empat belas. Namun, duka yang dirasakan oleh Badar masih membekas. Badar sudah mencoba menguatkan dirinya sendiri, namun terkadang ia tak bisa mengontrolnya hingga kondisinya memburuk.
Dan kini, Badar sedang mendapat perawatan dari rumah sakit karena sakitnya. Tentunya bersama Baskara yang menemaninya setiap waktu. Untung saja Zandhika bersedia menjaga toko buku sementara.
Baskara membuka setiap halaman dari buku yang dibawanya. Badar belum juga bangun dari tidurnya.
Hingga ...
"Bas?" panggil Badar dengan suara yang serak.
Baskara membantingkan buku dan segera menghampiri Badar. Ia membantu Badar untuk sedikit bangkit agar tenggorokannya tidak kering.
"Makasih, Bas," lirih Badar.
Baskara menghela napasnya. Ia menatap Badar dengan raut wajah cemas. Tiga orang yang ia sayang kini terbaring di rumah sakit. Baskara tak ingin mengalaminya.
"Om Lintang tadi ngabarin gue, katanya urusan sama client dia yang handle," ucap Baskara.
Badar mengangguk pelan, kedua matanya kembali terpejam, namun ia tidak terlelap.
"Ada yang lagi lo pikirin?"
Badar tak menjawab, mulutnya terkatup begitu rapat. Tangan kanannya bergerak untuk meraih sesuatu.
"Kak? Lo kenapa?" tanya Baskara.
Badar kemudian membuka mata.
"Bisa panggilin Sabitah?"Mengerti dengan keinginan sang kakak, dengan cepat Baskara menghubungi Sabitah; mengatakan jika kondisinya buruk, bahkan sangat. Namun, yang diinginkan Badar sepertinya tidak akan terkabulkan. Sabitah mengatakan pada Baskara, jika ia sedang ada urusan penting.
"Kak Sab gak bisa ke sini, Kak," ucap Baskara.
Tangan kanan Badar kembali bergerak. Baskara tak mengerti dengan maksud dari gerakan itu.
"Kak? Lo kenapa? Butuh sesuatu? Ngomong, dong, Kak. Biar gue ngerti."
Tak ada jawaban. Kedua mata Badar juga kembali terpejam. Karena bingung harus melakukan apa, Baskara pergi keluar untuk mencari perawat. Obat penenang lebih dibutuhkan.
Setelah Badar kembali tertidur, Baskara bangkit untuk menuju kantin rumah sakit. Berjam-jam menunggu Badar rasanya terasa pegal, apalagi perutnya terasa keroncongan karena belum makan. Baskara berjalan santai, membalas sapaan beberapa orang yang menyapanya.
Namun, langkahnya terhenti saat menatap orang yang sangat ia kenal berdiri di depan pintu sendirian. Baskara bahkan masih lapar dan otaknya harus dipaksa untuk berpikir. Hhh, menjengkelkan.
Jauh di hadapannya, Nayanika berdiri di sana. Nayanika, sosok teman yang selalu ada. Zandhika bilang, Nayanika menyukainya. Bodohnya, Baskara malah menyukai Arunika yang sudah jelas menolaknya. Hatinya sekarang bimbang. Perbincangannya dengan Arunika kembali ia ingat. Ya, hanya menunggu sebentar sebelum bersama. Tapi itu tidak mudah. Baskara tahu harus ada rintangan yang ia lewati untuk sampai ke sebuah kebersamaan.
![](https://img.wattpad.com/cover/235136015-288-k37784.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 ' Terjebak Dalam Kotak'✓
ChickLitTernyata kita sama. Sama-sama terjebak dalam kotak. Kotak yang berisikan masa lalu penuh liku. ©prdsty,2020 [10/8/2020#1Kotak] [10/8/2020#3It's Okay To Not Be Okay]