One

456 31 19
                                    

Gfriend
Manik-manik Kaca

.
.
.

Matahari pagi mulai menyingsing, terlihat di antara pegunungan yang bersinar terang, menyinari sebuah desa terpencil yang dipenuhi dengan suara kicauan burung pipit di pagi hari.

Para penghuni desa memulai aktivitas nya di pagi hari dengan bertani di ladang mereka.


"Halmoni.. Eunha pergi dulu.."

Dan langkah kaki mungil yang terbalut dengan sepatu boots kecil berwarna brown menapak di tanah kering

"Eunha sayang.."

Terdengar kembali suara langkah kaki yang kali ini lebih besar dari sebelumnya, tergopoh-gopoh melangkah keluar dari rumah kecil yang sederhana itu dan menghentikan langkah kaki kecil yang semulanya ingin mulai melangkah

Terlihat wanita yang berkisaran berumur 60 tahunan itu, tersenyum hangat dengan wajahnya yang telah dipenuhi kerutan dan keriput di usia yang terbilang tidak mudah lagi ke arah perempuan mungil yang balik tersenyum manis ke arahnya.

Wanita yang di panggil Nenek itu berjongkok di depan perempuan mungil yang cantik dan jelita

"Sayang jangan lupa makan bekal nya dengan haraboji.." katanya sarat akan kelembutan mengelus wajah tembem merona cucunya.

Mengangguk lucu "Ne Halmoni" katanya sambil menerima kantong yang berisikan bekal buatan neneknya

Cup

Sebelum melangkah, anak kecil yang di panggil dengan eunha itu mencium pipi keriput neneknya

"Dah.. halmoni.." katanya sambil melambaikan tangan kecilnya ke udara dengan senyum lepas dan tatapan polos seorang anak kecil yang berumur 6 tahun

Wanita paruh baya itu tersenyum lembut balas melambai

"Hati-hati saat berjalan di gunung nanti sayang.."

Matanya seketika melotot saat melihat bocah kecil itu mengabaikan teriakannya

"Jangan berlarian eunha! Perhatikan jalan mu..!" Teriaknya lagi memperingati dari jauh

Setelah cucunya menghilang di balik pepohonan, wanita paru baya itu menggelengkan kepalanya dengan bergumam "dasar anak nakal"

Setelah mengatakan itu, wanita paru baya itu kembali memasuki rumahnya yang sederhana tapi penuh dengan kenyamanan dan kehangatan.

.

.

Suara dedaunan terdengar akibat tiupan angin dan juga beberapa suara binatang dalam hutan yang rimbun itu.

"Na..na..na..na..na..🎶"

Terdengar suara senandung yang begitu merdu di tengah hutan

Anak kecil yang dipanggil eunha itu berhenti di sebuah pohon besar dan menatapnya lama

"Wah tupai! Imutnya..." Katanya dengan pipi chubby yang merona menatap dua ekor tupai yang berada di dalam lubang pohon

Tersenyum begitu manis dengan mata yang menyipit hampir menyerupai bulan sabit
"Hey tupai.. namaku Eunha.. Jung Eunha, aku berumur 6 tahun dan tinggal di dekat sini, kalau kalian lapar kalian bisa ke rumah eunha untuk makan" katanya dengan polos

Glass BeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang