Dalam hati Rasya, sebenarnya ia tau bahwa ia mulai menaruh hati kepada Abian. Namun otak Rasya berkata lain. Rasya masih berusaha untuk menyangkal perasaannya itu. Rasya masih takut jika suatu saat ia akan ditinggal pergi, seperti hari itu pada saat ibunya meninggalkannya. Lagipula Rasya heran dengan Abian, sebenarnya ia serius atau hanya bermain-main dengan Rasya.
23 September 2013
Bulan September merupakan bulan yang super duper sibuk bagi kebanyakan panitia OSIS. Setiap tahunnya pada bulan Oktober, OSIS SMA Harapan Indah selalu mengadakan 'cup' yang mengadakan berbagai perlombaan olahraga dan seni antarsekolah. Biasanya, 'cup' diakhiri dengan festival dimana diundang beberapa penyanyi ternama untuk ikut tampil.
Tahun ini, Rasya mendapat kesempatan untuk turut ikut turun tangan dalam seksi dekor. Memang seksi dekor membutuhkan cukup banyak bantuan tangan.
Kali ini Rasya kebagian melukis papan yang akan dipasang di atas pintu lapangan basket, namun langit tak pernah kenal iba. Tiba-tiba saja hujan! Rasya berani bersumpah bahwa hari itu terik. Tapi kenapa hujan memilih untuk turun sekarang? Ini bukan waktu yang tepat! Rasya dan anak-anak perlengkapan lainnya langsung bergotong- royong menggotong papan ke tempat yang terlindungi. Dalam situasi seperti ini, anak dekor harus berkorban. Yang harus dilindungi bukan diri mereka yang berharga, melainkan selembar papan itu. Memang suatu pengorbanan menjadi panitia OSIS.
"Duh, basah lagi, malah gue ga bawa baju ganti," protes Rasya sebal. Giliran Rasya bawa baju ganti, tidak pernah dibutuhkan. Giliran Rasya tidak bawa, ada aja permasalahannya. Hidup ini kurang adil, ya!
"Untung aja lagi istirahat," Rasya langsung berlari menuju ke arah kelas. Rasya ingat kalau Missel selalu membawa baju ganti di dalam tasnya.
Dalam perjalanan ke kelas, Rasya melihat Abian yang sedang menatap ke arahnya. Baru saja ingin menyapa, namun anaknya sudah kabur entah kemana.
Di dalam kelas sepi, tidak ada orang. Mungkin karena sedang waktu istirahat, semuanya pasti sedang berebutan mencari tempat di kantin. Baru saja Rasya mau membuka tas Missel tiba-tiba ia mendengar suara yang memanggil namanya.
"Ekhem!" Abian sambil melempar sekantung plastik ke Rasya. Rasya pun reflek langsung menangkapnya.
"Maka-"baru saja Rasya ingin mengucapkan makasih, anak itu sudah kabur lagi entah kemana. "Kenapa sih dia? Sombong amat! Emang kalo ngomong gabisa natap muka gue apa ya!"
Ternyata Abian memberi Rasya jersey volley lengkap dengan celananya. Nomor sembilan, Rasya kenal betul itu milik Abian. "Lucu juga yah," gumam Rasya.
Rasya pun langsung berjalan menuju toilet untuk mengganti baju. "ASTAGA!" Ia kaget sekali ketika melihat cermin. Rasya tidak sadar bahwa seragamnya yang basah itu tembus pandang. "Ya Tuhan, pantas aja Abian buang muka." Rasya merasa sangat-sangat-sangat malu. Mau ditaruh dimana muka Rasya...
Rasya tersenyum mengingat lirik lagu Dear No One karya Tori Kelly, 'But sometimes, I just want somebody to hold, someone to give me their jacket when it's cold. Got that young love even when we're old."
"Jadi gini ya pake baju pacar," gumam Rasya. Rasya menampar pipinya sendiri agar sadar. Rasya sering sekali melihat Eliza memamerkan dirinya menggunakan sweater Jo. Saat Eliza melakukan itu, Rasya eneg sekali melihatnya. "Cuma kain doang, apa spesialnya?"
Baju jersey milik Abian wangi. Rasya sangat tidak suka bau parfum, namun aroma baju Abian tidak seperti parfum pria pada umumnya yang membuat Rasya mau muntah. "Harum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Novela JuvenilAbian namanya, artinya kegembiraan. Seperti makna dari namanya, Abian telah mengambil peranan besar sebagai sumber kebahagiaan Rasya. Namun kini bukan hanya jarak yang harus mereka lawan, tetapi juga hati yang mulai menjauh. Entah kapan terakhir kal...