Friendshit

15 7 3
                                    

Cerita ini akan menjadi semakin rumit ketika kita mulai membicarakan Rasya dan teman-temannya. Bagaimana tidak rumit, sekali berkumpul saja bagaikan anggota tim volley, selalu ber-6.

Mereka berteman sejak duduk di bangku SMP, maka tak heran jika sudah kenal betul luar-dalamnya. Dari segi positif sampai kebukuran terburuknya. Jangan tanya bagaimana pertemanan ini bisa terjalin. Jika ditanya bagaimana asal mulanya, mungkin bisa diterbitkan satu buku tersendiri.

Yang pasti, Rasya merasa kelewat beruntung memiliki pertemanan seperti itu. Ia tidak harus bersandiwara dengan bersikap seperti bukan dirinya. Ia juga tidak perlu mengeluarkan usaha berlebih untuk menyesuaikan diri kedalam pertemanan itu. Terkadang dalam hidup, selalu ada orang-orang yang terasa seperti tempat tujuan untuk kita bersinggah. Dan tempat bersinggah Rasya, rumahnya, berada pada dimana teman-temannya berada.

Berikut nama-nama mereka yang merupakan tempat persinggahan Rasya. Cobalah untuk mengenal, karena jika tak kenal maka tak sayang.

Missel, seseorang yang selalu menjadi sasaran untuk mendengarkan keluh kesah dan curhatan teman-temannya, a very good listener. Dia memang tidak selalu memberi nasehat yang 100% ampuh, namun dia pasti dan akan selalu ada dikala kamu butuh tempat untuk menampung dukamu.

Deva, sosok yang kelihatannya cuek dan bikin kesal, namun sebenarnya perhatian dan merupakan pribadi yang hangat. Terkadang Rasya iri kepada Deva akan sikap bodo amatnya. Deva bisa santai walaupun dihadapi dengan situasi se-hectic­ apapun. P.s. Sayangnya, semua barang yang dipegang Deva selalu saja hancur. Jadi hati-hati deh sama Deva yang satu ini.

Vanny, sosok yang walaupun dia diam saja kesannya seperti ngelawak, apalagi waktu dia ngelucu kan? Mungkin memang dari lahir Vanny sudah ditakdirkan menjadi komedian. Atau jangan-jangan teman-temannya yang punya selera humor rendah? Suasana akan sangat flat jika tidak ada Vanny.

Mou, cewe bawel yang selalu aja ada bahan cerita mengenai hari-harinya. Entah cerita tentang nenek-nenek yang membuatnya kesal di tengah jalan, atau bahkan pertengkaran besarnya dengan kakaknya. Mou selalu dimanfaatkan sebagai bendahara yang menghitung jumlah patungan teman-temannya ketika makan di restauran. Selain itu, ia juga selalu menjadi tour guide pribadi yang melakukan semua research dikala mereka berlibur bersama. Sayangnya Mou berkuliah jauh dari kelima temannya. Ia merupakan mahasiswi teknologi pangan dari perkuliahan yang sama dengan Abian.

Last but not least, Eliza, sosok yang diramal akan melaksanakan pernikahan paling dini. Yang membuat dirinya fenomenal adalah keusilannya. Ia juga dikenal dengan omogan yang sangat tajam dan menusuk, namun terkadang omongannya dilontarkan demi kebaikan. Sosok Eliza merupakan pribadi yang sangat signifikan perannya dalam terjalinnya hubungan antara Rasya dan Abian.

"Tapi sumpah ya gue seneng banget deh ujian akhir semester udah selesai, akhirnya gue bisa ketemu kalian lagi," ucap Missel.

"Heh, lo ngomong kayak gitu seakan lo belajar aja sel buat ujian," balas Vanny terkikik.

"Gue belajar enak aja lo, otak gue masih bervolume ya walaupun ga maksimal!" balas Missel tidak terima.

"By the way, Ra, ternyata Abian lo itu ga good for nothing ya. Gue liat-liat hasil potret dia untuk lomba fotografi lumayan juga nih," ucap Eliza memutus percakapan teman-temannya yang lain. Sejak dulu Abian memang memiliki hobi mengabadikan segala hal disekitarnya menjadi sebuah karya. Namun Abi hanya ingin menjadikannya sebatas hobi bukan profesi.

Ucapan Eliza membuat Rasya sedikit terkejut. "Hah? Lomba?" tanya Rasya.

"Iya, lomba. Minggu lalu Abian tiba-tiba ngontak Jo minta bantu dishare linknya biar banyak yang vote. Emang lo gatau?" balas Eliza. Jo yang merupakan panggilan dari Jonathan adalah pacar Eliza yang juga merupakan teman se-SMA Rasya dan kawan-kawannya.

"Iya, dia belum bilang. Palingan sibuk," timpal Rasya.

Percakapan mengenai Abian dan potretannya untungnya tertimpa oleh topik lain. Mungkin sebelah mata terlihat sepele, namun kalau boleh jujur Rasya sedikit kecewa. Sejak SMA, Rasya selalu menjadi penikmat pertama hasil potret Abi. Abian memiliki kebiasaan untuk menjadikan Rasya orang pertama yang melihat seluruh karyanya. Dari hasil potret Abi, Rasya biasanya membuat puisi yang mendeskripsikan potretannya dan meminta pendapat dari Abi mengenai puisinya.

Abian menyukai fotografi sedangkan Rasya gemar menulis sebuah puisi, keduanya saling melengkapi dengan cara mereka sendiri. Rasya tidak mau mempermasalahkan hal sepele, namun rasanya hanya dia yang menganggap hal itu spesial. Tanpa disadari Rasya termenung dalam pikirannya.

"WOI RA! Nih Bocah udah tadi telat, sekarang ngelamun lagi!" teriak Deva.

"Bujubuneng, Dep! Lo teriaknya ga bisa lebih keras lagi? Kok jadi gue yang kaget," balas Vanny.

"BUJUBUNENG, Van! Nih gue kerasin! GUE GA NGOMONG SAMA LO!" teriak Deva lebih kencang lagi.

"Demi Tuhan, kesetanan lu ya Dep??!!" timpal Vanny.

Rasya pun tertawa melihat tingkah laku kedua temannya itu. Waktu berjalan dengan sangat cepat, jarum jam kini sudah menunjukkan pukul 10 malam. Mau tidak mau mereka harus berpisah.

"Raa! Gue nginep ya! Males pulang gue hehehe," ucap Missel sambil tersenyum mengedipkan sebelah matanya pada Rasya.

"Emang kebiasaan ni anak! Ya udah ayok! Jalan kaki gapapa ya," balas Rasya.

"Emang Rara da best!" teriak Missel.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang