Rasya bukan tipe perempuan yang mudah jatuh cinta. Selain Abian, ada beberapa pria yang sempat mendekati Rasya, namun entah kenapa hati Rasya memilih Abian. Jangan tanya kenapa, ia juga tidak tau pasti alasannya. Rasa sayang tumbuh begitu saja seiring berjalannya waktu.
18 Juli 2012
*P.s. italic menandakan flashback*
Akhirnya libur kenaikan kelas telah usai. Demi Tuhan, Rasya tidak rela dan tidak sanggup untuk kembali ke realita. Liburan satu bulan itu hanya seperti satu minggu.
Setidaknya sekarang, Rasya sudah tidak perlu lagi mengenakan seragam putih birunya yang sudah lusuh dan kekecilan itu. Akhirnya, masa putih abu-abu seorang Rasya akan dimulai.
Banyak orang mengatakan bahwa masa putih abu-abu adalah masa terindah dalam hidup mereka, namun Rasya masih enggan menganggap pernyataan itu benar. Buktinya, di hari pertama setelah masa PLSSB berakhir, kembali terjadi sebuah drama di kelas X MIPA 2.
"Selamat pagi anak-anak, jam pertama pelajaran saya kita pakai terlebih dahulu untuk pemilihan ketua kelas, wakil ketua kelas, sekretaris dan bendahara ya. Pertama-tama, apakah ada yang mau mengajukan diri sebagai kandidat ketua kelas?" ucap Pak Simon, wali kelas X MIPA 2.
Seperti dugaan, tidak ada yang mau mengajukan diri. Entah kemana para murid ambis pergi. Kelas X MIPA 2 malah menjadi rusuh karena murid-murid malah saling tunjuk-menunjuk akibat malas diberi tanggung jawab. Bukannya apa, mereka malah seneng jam pelajaran dipakai buat pemilihan, ga perlu siapin ember untuk nguras otak.
"Eh, kok malah ribut! Kalau begitu ada yang mau mengajukan kandidat? Kalau tidak maka akan saya tunjuk langsung." ucap Pak Simon tegas.
"Rasya, lo mantan ketua osis kok ga ngajuin diri sih?" celetuk Kevin dengan suara lantang.
"Emang ya, Kevin. Seenak jidat lo kalo ngomong," cetus Rasya dalam batin.
"Oh iya betul, Rasya. Kandidat pertama Rasya, ya. Ada lagi?" tanya pak Simon dengan senyum sumringah. Suara Kevin memang ibarat toa baru dibeli.
Rasya masuk ke SMA yang sama dengan SMP-nya. Kenapa? Alasannya simple, Rasya mendapat tawaran beasiswa uang pangkal, setidaknya cukup untuk mengurangi beban ayahnya. Rasya yang notabene-nya ketua osis semasa SMP memang memiliki reputasi yang cukup bagus dikalangan guru-guru.
"Loh, tapi pak? Saya belum ok loh!" ungkap Rasya tak mau kalah sambil mengepalkan tangan ke arah Kevin, membuat Kevin tertawa cengengesan.
"Tidak ada tapi-tapi!" Pak Simon hanya butuh empat kata untuk membungkam Rasya.
Bukannya Rasya tidak suka diberi tanggung jawab. Namun jujur saja, menjadi ketua kelas itu ribetnya setengah mati. Salah satu contoh, jika ada guru mapel yang lupa ada jadwal mengajar, maka mayoritas teman-teman di kelas pasti akan menyuruh ketua kelas untuk berpura-pura tidak tau agar mereka mendapat jamkos. Mau Rasya juga begitu, santai adem ayem! Tapi kalau dia menjadi ketua kelas, ia yang akan menjadi sasaran guru mapel tersebut. Ia juga tidak mau dibilang lalai akan tanggung jawab. Serba salah kan jadi ketua kelas?
Akhirnya terpilihlah dua kandidat ketua kelas, Rasya dan Abian.
Abian. Abian Padma Putra. Teman SMP Rasya yang tidak bisa juga dibilang teman. Selama 3 tahun, Rasya tidak pernah sekelas dengannya. Boro-boro bertegur sapa, bertatap muka saja tidak pernah. Namun rumornya, Abian sosok yang disukai guru-guru karena sikapnya yang ramah tanpa memandang bulu dan kepribadiannya yang humble. Rasya sekedar mengenal Abian sebagai teman seangkatan yang merupakan spiker tim volley.
Ketua kelas dipilih berdasarkan voting. Rasya dan Abian kini berada di depan papan tulis untuk menghitung jumlah pemungutan suara. Mereka bergantian membuka kertas hasil pemungutan suara.
Abian dan Rasya sama-sama tidak mau terpilih. Saking tidak maunya, setiap membuka kertas suara dengan nama "Abian", Rasya reflek berteriak ke muka Abian, "ABIAN SATU SUARA." Ternyata Abian tak mau kalah heboh, Ia berteriak tak kalah kencang dari Rasya sambil tersenyum licik mengeluarkan lesung pipi andalannya ketika mendapat kertas bertuliskan nama Rasya.
"Buset, dah! Kalian saya jodohin ya lama-lama! Baru masuk saja udah kayak tom and jerry. Kalian mau saya cepat wafat?," protes Pak Simon heran.
Akhirnya pemilihan berakhir dengan angka 19-20. 19 suara untuk Abian dan 20 suara Rasya.
Abian menyenggol dengan Rasya sambil tersenyum meledek, "Rasain lo."
"Gila, ya. Senyumnya doang manis. Bertolak belakang sama kepribadiannya yang ngeselin," maki Rasya dalam batin.
"Awas aja lo!" balas Rasya dengan tatapan tajam galaknya itu.
Abian tertawa pelan melihat tingkah jutek Rasya.
Inilah awal dari kisah Rasya dan Abian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Fiksi RemajaAbian namanya, artinya kegembiraan. Seperti makna dari namanya, Abian telah mengambil peranan besar sebagai sumber kebahagiaan Rasya. Namun kini bukan hanya jarak yang harus mereka lawan, tetapi juga hati yang mulai menjauh. Entah kapan terakhir kal...