Bagian Tujuh Belas

395 22 0
                                    

Bagian 17
Berhenti menyakiti Ica?

Di patah yang terlalu dalam ini belum mampu kau selami seutuhnya. Aku, manusia paling tidak tau diri.

-----

Wisnu membawa motornya keluar gerbang sekolah menyusul Dinda yang menunggunya di halte. Sesekali senyumnya terbentuk. Sama halnya seperti Rian kepada Dinda, baginya Dinda pun sangat mudah merubah mood nya. Wisnu makin melebarkan senyumnya tanpa berniat mengendur begitu menangkap sosok Dinda yang duduk bersandar di halte.

"Berangkat sekarang Neng?" Tanya Wisnu dengan gaya yang mirip abang ojek online.

"Hahaha, parah lo Nu. Receh banget," ucap Dinda sambil menegakkan posisi duduknya, "jangan dulu berangkat, duduk dulu sini bentaran."

"Lah, ngapain mabal cuma sampe samping gerbang doang, Dinda" jawab Wisnu sedikit protes, meski tetap ia memenuhi permintaan gadis itu.

"Yaelah lo, bentaran doang napa sih Nu. Gue mau tanya sesuatu juga nih ke lu."

"Apa tuh?"

"Lo siapa dah Nu sebenernya?" Tanya Dinda dengan nada serius.

"Siapa apaan sih? Gue ya gue Din, calon suami lo di masa depan nanti," ucap Wisnu yang disambut oleh tawa kerasnya

"Plis lah Nu, gue serius dulu ini. Maksud gue tuh ya, kita pernah kenal gak sebelumnya? Kenapa lo tau minunan kesukaan gue? Kenapa juga gue bisa akrab secepet ini sama lo? Kenapa gue gak ngerasa asing sama lo? Dan kenapa lo bisa sampe ke rooftop tadi?"

"Anjir lo nanya apa menghakimi? Runtut amat kaya skripsi S2."

"Ah lo mah males gua jadinya," jawab Dinda sambil melipat kedua tangannya di dada karena merasa kesal.

"Gue mau jawab Din, Gue bisa. Tapi gue maunya lo inget gue dengan sendirinya," Wisnu tersenyum "gak salah kan?"

"Bodo amat lah, gue udah gak mood juga bahasnya Nu" jawab Dinda sambil bangkit dan berjalan menuju sisi motor Wisnu "ayo Wisnu Pramayuda. Mabal ko sampe pinggir gerbang doang"  ledek Dinda sambil memakai helm nya.

Wisnu tersenyum, dan menyusul langkah Dinda ke tepi motornya.

"Emang paling jago ngeledek ya lo. Eh, bikin gue makin sayang tau ga" ucapnya sambil menguwek-nguwek pipi Dinda.

"Wisnu lepasin ga?" Tanya dinda mengancam, yang dibalas Wisnu hanya dengan gelengan "lepasin ga Nu?" Lagi lagi Wisnu hanya menggeleng.

"Lepasin atau gua teriak minta tolong?!" Ancam Dinda. Wisnu hanya memperkuat gelengan kepalanya "lepasin Wisnu, lepasin. Gua masih perawan," teriak Dinda. Dengan cepat wisnu membekap mulut Dinda agar tidak berisik, dan langsung naik ke atas motor nya begitu melihat pak satpam sekolahnya celingak-celinguk mencari asal suara ribut tadi.

"Buruan naik, satpam ngeliatin."
Dinda yang mendengarnya hanya menurut, dan merekapun pergi meninggalkan halte menunaikan keinginan Dinda untuk bolos.

-------

Rian masih berbaring di blangkar UKS, bukan karena ia benar-benar sakit. Tapi karena mood nya sedang tidak bisa ia bawa pergi ke kelas.

Setelah beberapa lama berbaring, ia memutuskan untuk bangun dan menghampiri sebuah cermin yang ada di sana. Ia mengamati luka di ujung bibirnya, mengusapnya kemudian meringis perlahan. Tapi itu tak separah luka di hatinya saat ini, mengingat Dinda memilih pergi menggenggam tangan Wisnu daripada membantu nya bangkit.

Cinta Sepihak -slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang