4. Rooftop

2.4K 108 4
                                    

"Bagaimana bisa aku berhenti berharap? Sedangkan harapan itu datang setiap hari bersama rasa nyaman"

°°°

Persaan Dinda saat ini, benar benar berbunga. Sambil berlari, ia selalu memperhatikan tangannya yang digenggam erat oleh Rian saat ini. Tapi sekilas rasa bersalah terbayang didalam fikirannya. Rasa bersalah pada sahabatnya. Tapi ia sedang tidak bisa memikirkan apapun terlalu jauh. Baginya, lari bersama Rian sama sekali tidak mengandung keletihan. Ia tak tahu akan dibawa kemana, tapi ia terus saja mengungkitnya. Bahkan mungkin jika nantinya ia harus terjun kedasar jurang, ia akan mengikutinya. Ah, cinta, kamu benar benar buta.

Tapi, setelah mereka selesai menaiki tangga menuju lantai 3, sepertinya Dinda tau kemana Rian akan membawanya. Ya, benar saja, ditikungan setelah tangga Rian belok kiri dan membuka pintu Rooftop.

"Sampe" ucapnya sambil menatap sekeliling "Suasannya enak banget kan Din? Gue tau suasana hati loe lagi mumet banget. Jadi gue bawa lo kesini deh. Kata nyokap, langit biru itu obat paling ampuh buat balikin mood. Semoga mood lo membaik disini Din"

Dinda tidak ingin menjawab perkataan Rian itu. Ia sedang begitu menikmati suasana saat itu. Lalu keduanya saling bertatapan dan melihat kearah bawah, ternyata tangan Dinda masih digenggam erat oleh Rian. Rian pun melpaskannya dengan spontan
"Eh, maaf Din, maaf, gue gak sadar kalau tangan lo masih disitu. Eh, maksudnya, masih gue pegang"

"Iya, gak apa apa kok. Woles aja kali kak"

Lalu Rian berjalan menuju setumpuk barang bekas yang ada disalah satu ujung rooftop. Cukup lama ia berdiri disana. Lalu, berbalik dan berniat kembali menghampiri Dinda dengan membawa beberapa lembar kertas dan botol. Tapi saat ia melihat Dinda, dia ada disisi rooftop. Rian berlari dan langsung menarik tangan Dinda dari sisi rooftop.

"Din, lo gak akan bunuh diri cuma gara gara dimarahin Bu Sonya kan?" Sambung Rian

"Apaan sih kak? Ya engga lah, gue gak sebocah itu. Gue cuma pengen liat keindahan Bandung dari sini. Kan selama gue sekolah disini, gue baru pertama kali kesini" Jawab Dinda

"Ya ampun Din. Sumpah demi apa lo, sekolah disini udah 2 tahun dan baru kali ini lo ke rooftop?"

"Hehe, emang iya. Emangnya itu kudet ya?"

"Euh dasar loe, ya nggak gitu juga Dinda, udah sini ikut gue!" Sembari menarik Dinda ke sisi rooftop

""Eh, apaan sih kak. Tadi lo takut gue jatoh, tapi sekarang lo bawa gue kepinggir lagi"

"Tenang, gue gak akan jorokin lo kok. Gue bukan psikopat Din. Sini duduk" sambil menepuk nepuk tempat disampingnya.

Dinda pun menurutinya, dan berlaku so tidak peduli. Padahal saat itu ia berusaha mati matian menahan degupan jantungnya.

"emh, mau ngapin sih kak? Pake acara bawa bawa sampah gitu segala?"

"Gini Din, sekarang lo tulis satu hal yang lagi benar benar pengen lo lakuin, terus lo masukin kebotol ini. Terus nanti kita kubur deh disana" Rian menunjuk sebuah pot besar disana. Lalu mereka melakukan itu bersama dan menguburnya ditempat yang ditunjukan Rian tadi. Lalu keduanya kembali ke sisi rooftop.

"Nah, sekarang lo harus teriakin masalah lo sekenceng mungkin, gak akan ada orang yang denger kok, kecuali gue" ucap Rian sambil tersenyum

"Bener ya?" Rian pun mengangguk kan kepalanya "1...2....3..." hitung Rian, dan Dinda langsung mengalihkan pandangannya ke langit

"Huft. Oke, KAK..... GUE SUKA SAMA LO..... TAPI GUE BENCI SAMA LO.. KARENA LO MALAH MILIH ORANG LAIN..."

°°°

Jangan lupa Voment Ya😂

Cinta Sepihak -slow updateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang