Aku melirik Senjani yang dengan congkaknya duduk diatas meja riasku, memandang rendah atasku "seharusnya kau berterimakasih masih bisa hidup karenaku" sambung Senjani sembari mengangkat dan mengamati satu persatu barang yang ada di atas meja rias.
Itu terjadi 10 tahun lalu,
Saat bus yang kutumpangi menabrak pembatas jalan. Kecelakaan mengerikan yang membuat diriku dalam keadaan kritis. Kehabisan banyak darah dengan jantung yang sudah melemah meski kerja otakku masih baik saat itu. Serpihan kaca bus menembus hatiku, membuatnya robek. Dokter mengatakan aku harus melakukan transpalantasi hati untuk bisa selamat.
Satu - satunya hati yang cocok dengan milikiku adalah hati milik Senjani. Senjani saat itu berumur 14 tahun, namun kedua orangtuaku tak punya pilihan lain agar bisa menyelamatkanku. Sehingga akhirnya mendonorkan beberapa bagian hati Senjani untukku.
"Aku tahu, aku tak dapat mengelak untuk tak berterimakasih padamu karena kejadian itu" ucapku menarik napas dalam sebelum kembali melanjutkan kalimatku "tapi, apa aku tidak pantas untuk sedikit saja dihargai oleh dirimu? Apa aku lebih terlihat seperti budak yang berhutang nyawa melainkan seorang kakak yang membutuhkan pertolongan adiknya?"
Sungguh, jika aku tahu bila pada akhirnya akan menjadi seperti ini dianggap seperti orang asing, tidak dianggap dan tak pernah dihargai sama sekali aku akan memilih untuk mati saja saat itu juga.
Senjani bangkit dengan mimik muka yang berubah, raut yang menunjukkan ketidaksukaan atas ucapanku barusan "Kau bukan Kakakku! Kau hanya—"
"Senjani, Chandani. Ayah menunggu kalian berdua di meja makan" ibu baru saja masuk dan menginterupsi perkataan Senjani.
"Kau—"
"Senjani, sekarang!" Tekan Ibu yang membuat Senjani mencak - mencak meninggalkan kamarku.
•
•
•Is you life getting hard? It's okay, because the one who getting hard is your life NOT YOU
♧Halcyon♧
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY ME
Short StorySegalanya selalu dilimpahkan padaku, meski kesalahan yang tak pernah aku perbuat. Hingga akhirnya kau datang menjadikanku hanya satu - satunya bagimu. © Halcyon