Chapter 3

24 5 5
                                    

   03. KENYATAAN PAHIT

•••

"Bolehkah aku meminta, kalau ini hanya mimpi buruk. Aku tidak pernah sanggup menerima kenyataan ini".

***

     Apa yang selama ini hanya terjadi di novel yang sering Sheyla baca, ataupun disinetron yang sering ditontonnya, kini benar-benar terjadi di kehidupan nyata.

Sheyla benar- benar terpukul dengan kejadian tadi malam yang membuatnya memilih untuk tidak beranjak dari kamarnya, menangis dan meratapi nasib mungkin hanya itu yang bisa ia lakukan untuk saat ini, emosi dan sedih bercampur menjadi satu membuat dirinya ingin menghilang saat itu juga. Seharusnya semalam ia ikut dengan ibunya, tapi hak asuh dirinya sepenuhnya jatuh kepada ayahnya.

Flashback on

  Surat cerai dari pengadilan agama sudah resmi menandakan kalau Aisyah harus segera meninggalkan rumah yang penuh dengan kenang-kenangan, dan hak asuh Sheyla pun juga sepenuhnya jatuh kepada Rey. Tubuh Sheyla seperti kehilangan energi, saat melihat ibunya sudah didepan pintu dengan membawa koper dan tas yang berisi barang-barang miliknya.

"Shey, mama pamit ya. Shey harus nurut kata-kata papa, makan teratur, jangan sakit ya". Tutur Aisyah sembari tersenyum membelai rambut anaknya itu.

"Ma..hiks, Sye mau tinggal sama mama. Sye hiks, mohon mama jangan pergi, nanti ga ada yang hiks ingetin sye  biar ga begadang lagi". Ucap Sheyla memeluk mamanya erat seolah tidak membiarkan aisyah pergi.

"Ada papa Sheyla! Kamu ga anggep papa ada? Udah mendingan sekarang kamu pergi! Jangan buat Sheyla makin berat bukan ngelepas kamu".Ujar Rey menahan emosi.

"Yaudah Mas, aku pamit, Sye mama pamit ya,jaga diri baik-baik". Aisyah menggerek kopernya keluar dari rumah.

Suara tangisan dan teriakan Sheyla ketika melihat aisyah menghilang dari balik gerbang seolah merusak pendengaran kedua manusia tak punya hati, mereka menatap tajam Sheyla meminta untuk menghentikan tangisan itu.

"Udah Sye, ayo masuk! Ga ada guna kamu menangis dan teriak seperti itu, mengusik tetangga aja". Ucap Rey sembari masuk kedalam rumah disusul kedua jelmaan nenek sihir.

"Jangan lebay deh". Ujar Fista membisikkan kalimat itu tepat ditelinganya.

  
Flashback off

---------

Pagi tanpa seorang ibu, mungkin itu hanya khayalan mimpi buruk bagi Sheyla, dengan terburu-buru ia turun untuk ikut sarapan, tapi pemandangan pagi ini sungguh membuatnya kehilangan nafsu makan.

"Sye, ayo sini ikut makan bareng kita". Ujar Treya tersenyum sembari mengambilkan nasi goreng untuk Rey.

"Aku kayanya makan di sekolah aja deh pa, udaj telat nih". Sheyla tersenyum lalu pamit pada papanya.


***

  Sesampai disekolah, Sheyla memilih kekantin untuk mengisi asupan pagi yang tertunda.

DORR!

"Eh ayam". Sheyla tersentak kaget sehingga susu yang ia pesan menyembur mengenai lengan Vella.

"Eh anjir, tangan gue..harus dicuci tujuh hari tujuh malam nih keknya". Ujar Vella menatap lengannya yang basah dengan muka yang bergidik geli.

"Gila lo, yang ada lo kesenengan kali. Kak Sakti aja klepek-klepek sama gue".

"Aciee..yang udah ngaku kalo kak sakti klepek-klepek sama lo. Udah mau buka hati nih?". Goda Jessika mengedipkan sebelah matanya.

"Gue kayanya emang mau buka hati deh, lo pada kan tau mama gue udah resmi cerai sama papa. Jadi gue udah ga punya siapa-siapa lagi, mungkin dengan gue buka hati, gue bisa mendapat penyemangat hidup lagi".

"Sye, kita tau kok, lo terpukul banget sama kejadian ini, tapi gue mohon jangan mengambil kesimpulan disaat keadaan lo lagi kaya gini". Ujar Gieska memakan kentang goreng balado yang ia dapatkan dari milik vella.

  ***

KAK SAKTI!

   suara teriakan dari ujung koridor membuat puluhan pasang mata, menatap sang pelaku.
Sheyla! Ia memilih untuk membalas perjuangan yang selama ini sakti lakukan untuknya.

Yang dipanggil hanya melongo terkejut sembari menunjuk dirinya sendiri ,karena selama ini ia selalu diabaikan oleh Sheyla kehadirannya.

---

Wkwk gajelas yekann?

Vote dan komen ayoo!!


See you💚


Tertanda_

Vdynt.af

SHEYLA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang