002

309 42 8
                                    

Tak banyak orang tahu tentang perasaan Rosie. Ia selalu tersenyum dalam keadaan apapun. Hatinya begitu lembut dan tak pernah sekali pun bermasalah dengan orang-orang yang ia kenal.

Entah karena didikan orang tuanya atau memang sifatnya yang begitu baik bak seorang malaikat. Rosie tak pernah membenci atau pun marah pada orang yang menyakitinya. Bahkan Rosie senantiasa selalu membantu orang yang pernah menyakitinya.

Orang tuanya sendiri pun tak mengerti mengapa mereka mempunyai anak sebaik Rosie. Jika Rosie marah, tak ada satu orang pun yang akan melihat itu. Karena Rosie selalu menyembunyikan semua perasaannya. Ia hanya akan selalu menampilkan senyumannya tanpa terkecuali.

"Chi~" panggil Sandara atau yang lebih akrab dipanggil Dara ini menepuk pelan pundak sang anak.

"Iya, Mah?" sahut Rosie yang tengah membereskan alat makan yang telah digunakan untuk makan malam.

"Maafin Mama ya sayang" ucapan Dara itu langsung menghentikan gerakan tangan Rosie.

Wanita berusia 29 tahun itu menghela nafas panjang, sebelum ia hembuskan dengan kasar. Ia terlampau sering mendengar kalimat itu dari wanita yang telah melahirkannya ini.

"Mah~" Rosie membalikkan badannya agar menghadap sang ibu.

"Udah berapa kali Ochi bilang sama Mama, kalau Mama jangan ngucapin kata maaf lagi. Ochi gak pernah anggap ini semua salah Mama sama papa. Ini semua emang udah takdirnya Ochi dan mau gak mau Ochi harus jalani" Rosie menatap lekat wajah sang ibu yang menurutnya tak pernah luntur kecantikannya.

"Tapi–"

"Mama belum pernah liat Ochi marah sama siapapun, kan?" potong Rosie.

"Kalau sekali lagi Mama bilang kalimat itu, Ochi bakal tunjukin gimana marahnya Ochi!" ancam Rosie yang membuat air mata yang sedari tadi ada di pelupuk mata Dara, kini mulai menetes.

Hati Dara mencelos karena anaknya ini benar-benar tak pernah mau menyalahkannya atas keegoisannya dengan mendiang suaminya.

Dara hanya ingin sekali saja mendengar Rosie marah padanya karena selama ini Rosie menjadi menderita karenanya. Dara benar-benar ingin medengernya sekali saja agar rasa bersalahnya tak semakin besar.

Namun, Rosie tak pernah mau melakukan itu. Bahkan ancaman yang selalu Rosie ucapkan hanyalah sebuah angin lalu, karena meskipun Dara melanggar ancaman yang diberikan Rosie. Wanita itu tak pernah melakukannya dan hanya akan berakhir dengan Dara yang semakin merasa bersalah pada anak sulungnya itu.


——•°•°• Talk to You •°•°•——


"Om Unaaa" teriak balita yang menggema di ruangan Juna.

"Hey, cantik!" senyum Juna mengembang ketika melihat balita itu tengah berlari menghampirinya.

Balita itu langsung memeluk Juna dengan erat. Bahkan wajah Juna kini sudah mulai basah akibat ciuman bertubi-tubi yang diberikan balita itu.

"Pak-" ucapan Rosie terpotong ketika melihat Juna yang tengah membalas untuk menciumi seluruh wajah balita yang ada di pangkuannya saat ini.

"Kenapa?" tanya Juna dengan wajahnya yang berseri.

"Maaf saya membiarkan anak itu masuk begitu saja ke ruangan Bapak" ujar Rosie seraya membungkukkan badannya.

[✔]Talk to You |June x Rosé|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang