Bloody 03 - Misteri

180 11 0
                                    

Happy reading

Perjalan Valentine memasuki sebuah kota. Kehidupan hiruk pikuk pasar terlihat ramai dengan transaksi dagang. Penjual menawarkan dagangan serta beberapa pengunjung terlihat sedang melihat barang-barang yang dipasarkan. Ramai suara anak-anak berlarian pun menambah ramai pasar pagi itu.

Hingga suara teriakan yang terdengar pilu mengalihkan perhatian Valentine.

"Tidakkk! Putriku tidak mungkin meninggalkanku." Seorang pria tengah berteriak, menangisi kematian putrinya yang bisa dibilang cukup tragis.

Tergolek jenazah perempuan yang terbujur kaku dalam pelukan pria tua. Pria tua itu masih tidak terima atas apa yang telah menimpa putri kandungnya.

Valentine yang tengah melintas, berjalan mendekati kerumunan. Menarik kekang kuda, mata elangnya mengamati sekitar. Terlihat pria tua tengah memeluk jasad seorang gadis.

"Apa yang terjadi?" Valentine turun dari kudanya. Dia bertanya pada salah satu warga yang tengah menonton keributan.

"Seorang gadis tewas karena kutukan bunuh diri," jawabnya.

"Kutukan bunuh diri?"

Mana ada hal semacam itu. Jika mau bunuh diri, maka seseorang tinggal menggantung lehernya atau menusuk jantungnya dengan pisau.

Apa yang dia katakan? Kutukan bunuh diri? Rasanya Valentine ingin tertawa saat mendengarnya.

Valentine berjalan mendekati jenazah seorang gadis yang telah terbujur kaku.

"Apa yang terjadi dengannya?" Kali ini Valentine bertanya pada pria tua yang tengah menangisi putrinya.

"Dia terbunuh oleh kutukan!" kata pria tua itu.

Konyol sekali!

Alis Valen terangkat. Bagaimana hal itu bisa disebut sebagai kutukan jika dari leher jenazah terlihat tanda bekas tali yang mengikat kencang? Sudah pasti tali itu menjerat leher si gadis hingga kehilangan nyawanya.

"Dia meninggal karena dibunuh atau bunuh diri?"

Valentine tidak percaya dengan kutukan. Tidak hal aneh sepanjang sejarah hidup Valentine.

"Bunuh diri?" Pria tua itu menatap Valentine tajam. "Putriku tidak mungkin bunuh diri!"

"Jika putrimu tidak mati karena bunuh diri, lantas apa? Kutukan? Itu sesuatu yang konyol," ungkap Valentine.

"Dia terkena kutukan. Setiap malam bulan darah, seorang gadis perawan pasti akan mati dengan leher yang seolah terjerat tali. Hal ini sudah terjadi selama lima tahun terakhir," ujar Kepala Desa yang baru saja hadir karena mendengar keributan.

"Kutukan apa hingga menewaskan para gadis? Ini sangat tidak mungkin!" Valentine masih tidak percaya dengan kutukan seperti yang mereka katakan. Semua kematian pasti ada sebab dan akibat.

"Tidak perlu memaksa percaya jika kau tak ingin, Anak Muda." Kepala Desa menepuk pelan punggung Valentine.

Sangat wajar jika Valentine tidak memercayai mitos seperti itu lantaran dia hanya pengembara.

"Kejadian seperti ini selalu terjadi setiap tahun di desa ini. Mampirlah ke kedai di pusat kota jika kau ingin mendengar cerita lengkapnya."

Setelah mengatakan hal itu pada Valentine. Kepala Desa meminta warga untuk membantu pria tua itu mengkremasi jenazah putrinya.

"Ah ya, Anak Muda ...." Kepala Desa memanggil Valentine yang hendak menaiki kudanya. "Apa kau menyukai anak gadis?"

"Apa maksud Anda, Tuan?" Valentine tidak mengerti arah pembicaraan.

Jika yang ditanyakan apa Valentine menyukai para gadis? Tentu saja Valentine suka. Vagina mereka masih sempit dan rapat. Sesuatu yang akan membuat Valentine bersemangat lantaran harus bekerja keras untuk membuktikan kejantanannya.

"Setiap ada anak gadis yang meninggal karena kutukan bulan merah. Para orang tua pasti akan menikahkan anak gadisnya atau menjual keperawanan mereka. Jika saja kau bersedia, mungkin kau bisa mendapatkan salah satu gadis cantik di sini."

Tertarik.

Valentine jelas tidak akan melewatkan kesempatan menarik ini. Mungkin ... tidak ada salah untuk beristirahat sejenak melepas lelah dan mencicipi para gadis muda.

Ya .... Itu pasti akan sangat menyenangkan.

To be continue.




BLOODY VALENTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang