Bloody 05 - Pondok Kayu

238 8 0
                                    

Happy reading 😍😘

Valentine mendapat satu pondok di pinggir desa. Aaron, sang kepala desa rupanya menyukai Valentine hingga bersedia menyewakan pondok kosong miliknya di pinggir desa. Valentine masih memiliki banyak waktu sebelum ke Westland. Jadi tidak ada salah jika dia ingin menikmati waktu panjang bersama dua gadis yang siap menghangatkan ranjangnya.

Pondok milik Aaron tidak begitu besar, hanya terdapat satu ruang santai yang menyatu dengan dapur dan satu kamar serta kamar mandi. Ada sumur di belakang pondok yang bisa digunakan untuk mengambil air bersih.

Lokasi pondok yang sedikit jauh dari pemukiman warga sudah pasti tidak akan mengganggu aktivitas ranjang Valentine.

"Bagaimana? Kau suka? Pondok ini jauh dari pemukiman. Jadi kau tidak akan terganggu dengan keberadaan para warga."

Tepat sekali.

Valentine hanya mengangguk sebagai jawaban. "Berapa biaya yang harus kubayar untuk pondok ini?"

"Kau tidak perlu membayarnya," kata Aaron. Namun, Valentine bisa membaca apa yang pria tua itu inginkan.

100 koin emas bukan harga perawan dari dua gadis. Melainkan, harga jual. Yang berarti selamanya dua gadis itu akan hidup bersama Valentine. Sebagai budak tentunya.

"Kau bisa memilikinya jika aku sudah bosan."

Aaron tertawa mendengar ucapan Valentine. "Kau memang pria cerdas, Anak Muda."

"Kau cukup memanggilku Valentine."

"Baiklah, Valentine. Kau ingin tinggal langsung dengan kedua gadis itu?"

Aaron menunjuk dua orang gadis yang telah dibeli oleh Valentine di acara pelelangan.

"Tidak. Aku menginginkan satu terlebih dahulu. Bisa kau jaga satunya untukku?"

"Tentu saja dengan senang hati."

"Dia milikku, Aaron. Jangan kau sentuh sebelum aku menyentuhnya," tekan Valentine.

Tawa Aaron tua kembali pecah. "Kau tenang saja. Aku masih punya waktu setelah kau bosan."

Aaron meninggalkan Valentine bersama gadis bergaun biru muda. Pria tua itu lantas menaiki kuda bersama gadis satunya.

"Siapa namamu?" tanya Valentine pada gadis bergaun biru.

"Jannette, Tuan." Kepala gadis itu tertunduk, tidak berani menatap Valentine.

"Masuklah."

Valentine membuka pintu, mempersilakan Janet untuk masuk terlebih dahulu. Setelah mengikat Brad pada kadang kuda yang memang tersedia di samping pondok, barulah Valentine memasuki pondok.

Gadis yang dibeli Valentine masih terbilang cukup belia. Mungkin usianya belum memasuki 17 tahun. Kekhawatiran kedua orang tua Jannette menjerumuskan pada pria hidung belang macam Valentine.

"Apa kau bisa memasak?" tanya Valentine.

"Bisa, Tuan." Janet mendongak, tingginya hanya sebatas dada Valentine. Hingga gadis itu harus mengangkat kepalanya jika harus berbicara dengan Valentine.

"Ada bahan makanan yang ditinggalkan Aaron tua, tolong kau masakkan apa saja yang kau bisa. Aku akan pergi mandi."

"Baik, Tuan." Janet bergerak menuju dapur. Mengikuti perintah Valentine tanpa bantahan.

Gadis itu sudah mengerti akan nasib dirinya yang dijual pada Valentine dengan alasan keselamatannya. Meski Janet tidak sepenuhnya mengerti, tapi jika kedua orang tuanya mengatakan itu untuk kebaikan dirinya maka Janet akan melakukan sebaik mungkin.

Hanya saja .... Gadis itu tidak tahu bahwa dia juga memasuki sarang harimau. Dengan Valentine yang akan segera memangsangsa dirinya.

To be continue.

BLOODY VALENTINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang