"Tuan Mcvey." Suara seorang wanita tiba-tiba saja masuk ke indera pendengaran Liam. 'Tidak lagi,' teriak Liam dalam hati. Seharusnya apa yang ia lakukan tempo hari bisa membuat wanita ini sadar dan jera. Ia benar-benar sudah menikah, apalagi yang dia inginkan dari Liam?
"Ada yang bisa saya bantu, Nona Winn?" tanya Liam sesopan mungkin. Berjaga-jaga jika seandainya mungkin Fla sudah sadar dan berniat untuk meminta maaf kepadanya.
"Aku membawa makan siang untuk kita berdua," ujar Fla sembari mengangkat kotak bekal yang dibawanya.
Sebenarnya Liam tidak bermaksud untuk bertingkah tidak sopan ke orang lain, ia hanya takut memberikan harapan palsu ke orang itu dan membuat rumah tangganya goyah. Melihat Chris yang tersakiti oleh dirinya adalah hal terakhir yang ingin Liam lihat dari sang istri. "Aku akan makan siang bersama dengan pasanganku, jadi kau tidak perlu repot-repot lagi, Fla. Aku sudah sangat sejahtera bersama dengan pasanganku, jadi kuharap jangan pernah lagi membawakan bekal apapun untukku. Terima kasih sebelumnya, Fla."
Liam yang berdiri dari kursinya dan berniat untuk keluar dari ruangan itu segera dihentikan oleh Fla. "Sekali saja. Tidak bisakah kita makan bersama? Setelah itu, aku akan berhenti dan tidak akan pernah mengganggumu lagi."
"Apa yang kau inginkan dariku?"
"Hanya makan bersama."
"Aku tidak bisa. Istriku sudah menunggu."
"Baiklah! Makan malam! Hanya malam ini saja, bagaimana?"
" . . . "
"Kumohon! Setelahnya aku akan berhenti."
Helaan napas berat dikeluarkan oleh Liam. "Aku akan mendengarkanmu malam ini saja."
"Baik!"
Dengan begitu, Liam segera meninggalkan Fla begitu saja. Ia tidak melihat senyuman jahat yang diberikan oleh Fla tanpa diketahui oleh dirinya. Ia sudah sangat terobsesi dengan Liam dan posisi sebagai Nyonya utama yang selalu diimpikannya. Apa bagusnya istri Liam? Ia jauh lebih menarik kemana-mana.
Sedangkan Liam yang berjalan keluar tidak berjalan ke tempat sang istri. Makan siang bersama pasangan hanyalah alasannya saja. Ia tidak ingin posisi Chris yang baru saja ingin mengambil gelar barunya menjadi terganggu hanya karena orang-orang tahu secara umum jika mereka telah menikah. Hanya orang-orang di kalangan bisnis yang tahu tentang Top Four, orang-orang dari Tata Boga tidak perlu tahu. Apalagi teman-teman Chris yang mungkin akan memiliki niat terselubung.
Berbeda dengan Liam, Chris justru sedang asyik-asyiknya berbincang dengan Bronze. Sedangkan Belle sibuk dengan ponselnya, dia sedang video call bersama putri dan ibu mertuanya. Bagi Chris, Bronze ini bisa menjadi teman yang sangat menyenangkan. Mereka cocok.
"Jadi, kalian saling menyokong perusahaan satu sama lain?" tanya Bronze takjub pada Chris. Faktanya, Bronze sudah lama tahu akan hal ini. Hanya saja mendengarkannya dari Chris langsung adalah fakta yang lain.
"Ya, Gregory Confectionery selalu mengambil model dari perusahaan Huffington jika kami membutuhkan model untuk semua iklan kami. Tidak hanya itu, strategi Public Relation dari perusahaan Harries adalah nomor satu yang ada di negeri ini, jadi menyerahkan urusan pemasaran ke mereka adalah jalan yang terbaik. Jangan lupakan semua bahan bakar dan bahan utama mesin dipasok langsung dari Howard Corp. Meski perusahaan Tritan lebih terkenal karena real estate-nya, tapi pertambangannya juga tidak kalah."
Debaran jantung Bronze semakin mengencang. Mendengar Chris yang bersemangat seperti ini benar-benar membuatnya kalang kabut. Tidak hanya itu, fakta langsung tentang Top Four yang diceritakan oleh Chris membuat Bronze berteriak senang di dalam hati. Tidak salah lagi, empat raksasa perusahaan ini adalah impian ideal Bronze. Ia sangat ingin memiliki kawan sukses seperti apa yang dimiliki oleh Chris sebagai anggota Top Four. Bronze ingin menjadi generasi Top Four selanjutnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales of Woe
Short Storywoe (n.) /wō/ literary : great sorrow or distress. • • • Caution : Buku ini berisikan kompilasi beberapa cerpen yang setiap cerpennya ditulis lebih dari 10.000 kata. Adapun tema dari buku ini sesuai dengan tags yang telah penulis bubuhkan. Diharapk...