"Lho! Paman!" Dannu menunjuk seorang pria paruh baya yang ada di hadapannya dengan senang. Pasalnya, ia pernah bertemu dengan pria itu sekitar dua atau tiga tahun yang lalu. Dirinya masih sangat mengingat hal itu!
"Kamu . . . Dannu?" tanya pria itu sembari menunjukkan senyum yang sedikit ragu, takut jika ia salah orang.
"Benar! Ini pertama kalinya seseorang langsung mengenaliku setelah bertemu dengan adikku."
"Bagaimana aku tidak mengenalmu, adikmu sangat rapi sedangkan kau . . ."
"Ada apa, Paman? Apa aku tidak rapi?"
"Bukan begitu. Maksudku . . . kau sedikit bebas. Sedang apa di sini?" tanya pria itu dan menarik Dannu untuk duduk di sampingnya.
"Ini rumah Paman?"
"Iya, ini rumahku."
"Tapi pacarku bilang . . ."
"Dannu?!" Sebelum Dannu bisa menyelesaikan kalimatnya, seorang wanita paruh baya segera keluar dari kamarnya. Wanita paruh baya yang berkulit putih dan berambut hazel, manik matanya berwarna sama dengan rambutnya.
"Tante!" sapa Dannu girang. Ia segera bangkit dan memeluk wanita itu singkat. "Masih langgeng saja dengan Paman."
Ungkapan Dannu dihadiahi pukulan di belakang kepala dari sosok yang sedari tadi Dannu panggil dengan sebutan 'Paman'. "Paman, sakit sekali."
"Mulutmu masih tidak mengerti tata krama sejak dulu."
Setelah paman itu mengatakan cemoohannya, mereka bertiga kemudian tertawa. Dannu bertemu dengan paman dan tante ini ketika ia mengunjungi Massachusetts bersama dengan kedua adik dan adik iparnya. Sementara Danni dan Kanna yang sedang double date dengan pasangan masing-masing, Dannu memutuskan untuk jalan-jalan sendiri. Ketika ia melihat ada yang menjajakan Churros, dengan semangat 45 Dannu ikut mengantri untuk membeli. Namun ketika di tengah-tengah antrian, seorang wanita kemudian diganggu oleh beberapa pria mabuk. Dannu dengan jiwa patriotisme yang tinggi segera datang dan membantu wanita itu meski harus merelakan antriannya dan wajib mengantri dari belakang lagi.
Hanya beberapa menit kemudian, suami dari wanita itu akhirnya bergabung dengannya dan wanita itu. Setelah menjelaskan biduk permasalahan yang baru saja terjadi pada istrinya, dengan senang hati pria itu membelikan 10 bag Churros aneka topping untuk Dannu. Maka dari itu Dannu memiliki pemikiran baik tentang paman dan tante ini. Selama tiga jam, mereka berbincang dan akhirnya berpisah. Setelah itu, Dannu belum pernah lagi bertemu dengan mereka.
Kecuali hari ini!
"Dannu sekarang kerja dimana?" tanya paman itu pada Dannu yang sedang menyesap tehnya.
"Sekarang Dannu kerja sebagai manajer di sebuah perusahaan, Paman."
"Wah, kau sudah sukses sekarang. Dulu kau masih terlihat seperti anak hilang yang kancutnya entah terbang kemana."
"Benarkah, Paman?" tanya Dannu tidak percaya. "Meski aku kelihatan seperti anak hilang yang kancutnya terbang entah kemana, aku masih tetap menawan, Paman. Buktinya sekarang aku sudah punya pacar."
"Pacar? Orang sepertimu bisa dapat pacar? Kau tidak memaksa anak orang lain kan?"
"Paman ini kerjanya melawak terus daritadi. Tentu saja tidak!" Apakah Dannu tersinggung? Tidak, ia sudah terbiasa.
"Mana? Sini coba Paman lihat pacar kamu modelannya seperti apa?"
"Pacarku sangat menawan, Paman. Tunggu, fot— Ah! Lebih baik melihatnya langsung daripada melalui ponselku. Sini, Sayang!" panggil Dannu sembari menggerak-gerakkan tangannya ke atas dan ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tales of Woe
Short Storywoe (n.) /wō/ literary : great sorrow or distress. • • • Caution : Buku ini berisikan kompilasi beberapa cerpen yang setiap cerpennya ditulis lebih dari 10.000 kata. Adapun tema dari buku ini sesuai dengan tags yang telah penulis bubuhkan. Diharapk...