W.H. pt.2

705 115 9
                                    

Liam tersenyum kecil. “Maaf menghancurkan harapanmu, tapi saya sudah menikah.” Liam mengangkat tangan kanannya dan memamerkan cincin pernikahannya dengan Chris. Custom ring yang harganya bukan main-main, di dalam cincin itu juga terukir nama mereka berdua dan tanggal pernikahan mereka.

Meski masih mendengar beberapa keluhan dari suara mahasiswanya, Liam tetap nekat untuk memulai kelasnya. Jangan gila, Liam tidak akan mungkin kalah dengan keluhan wanita-wanita ini. Rajukan istrinya lebih mematikan daripada rengekan yang hanya bertahan beberapa menit saja.

Di pertengahan kelas, Liam memutuskan untuk berjalan mengitari seisi kelas dan melihat apa yang mahasiswanya sedang kerjakan. Sebagian besar dari mereka mengerjakan tugasnya dengan baik, namun ada beberapa yang masih membutuhkan bimbingan lebih. Begitu langkah kaki Liam berada tepat di belakang kursi sang istri, ia menunduk sangat dekat. Bibirnya berada tepat di samping telinga Chris. “I love you, Sweetheart," bisiknya pelan sekali.

Bisikan yang Liam berikan kepada Chris membuat sang empunya telinga menjadi memerah. ‘Si bajingan ini!’ jerit Chris di dalam hatinya. Ia kemudian menatap sengit sang suami yang sedang mendiskusikan sesuatu dengan mahasiswa yang berkulit sedikit lebih coklat di sebelahnya. Setelah sadar jika dirinya sedang ditatap dengan penuh 'kasih sayang', Liam akhirnya menatap wajah merah Chris sayang. Tidak lupa memberikan sebuah flying kiss dengan gerakan bibirnya yang kemudian kembali berjalan ke bagian depan kelas dan melanjutkan kelasnya.

Tak lama, daratan kemudian dihiasi dengan langit yang berwarna kemerahan yang cenderung lebih gelap. Liam dengan sabar menunggu sang kekasih hati di parkiran Fakultas Tata Boga karena Chris memiliki kelas sore. Untung saja ia berhasil kabur dari rengekan Fla yang minta untuk diantar pulang olehnya. ‘Memangnya aku siapa? Sopirnya? Yang benar saja!

“Sayang,” panggil Chris sembari memberikan ketukan ringan di pintu mobil Liam.

Begitu pintu telah dibuka, dengan cepat Liam memberikan kecupan singkat di bibir Chris yang baru saja masuk. “Bagaimana? Lelah?” tanya Liam dan mulai membawa mobilnya keluar dari area parkiran Fakultas Tata Boga.

Chris memiringkan sedikit kepalanya dan menjawab, “beberapa melelahkan tapi sisanya cukup menyenangkan.”

“Bukannya seharusnya Belle juga berada sekelas denganmu?”

Benar juga, Belle−Belle Huffington-Harries adalah istri dari Zen Harries, salah satu sahabat Liam. Belle seumuran dengan Liam. Namun karena beberapa alasan, dia tidak segera melanjutkan studinya setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas. Dia baru mengambil gelar Sarjananya tahun lalu dan saat ini melanjutkan Magisternya bersamaan dengan Chris pada prodi yang sama.

“Kamu lupa? Dia kan mengikuti Zen keluar negeri tiga hari yang lalu karena urusan bisnis.”

“Ah! Benar juga. Kapan mereka kembali?”

“Jika tidak ada delay, seharusnya besok sudah tiba.”

“Bagaimana dengan Ben?”

“Masih mengurus Beatrice yang baru saja melahirkan anak kedua mereka.”

“Tritan?”

“Si gila itu masih berbulan madu dengan Nath. Entah kali ini sudah bulan madu yang ke berapa mereka, I've lost my count since many years ago.”

“Bukannya Earth sebentar lagi masuk kindergarten? Kenapa mereka masih bisa bersenang-senang seperti itu?” Jika kalian bertanya siapa itu Earth, maka Liam akan menjawab Earth Prince Howard adalah putra satu-satunya dari pasangan Tritan dan Nath yang mereka adopsi tiga setengah tahun yang lalu dari sebuah panti asuhan di kota.

Tales of WoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang