EMPAT BELAS

348 69 5
                                    

"Mengapa kau membolos Riana? Bahkan aku harus mengangkut tas sekolahmu pulang. Kalau membolos kenapa tidak sekalian saja membawa tas?"

Riana memutar bola matanya mendengar omelan Misya.

"Jika aku membolos membawa tas, maka aku akan ketahuan," ucap Riana tanpa rasa bersalah.

"Kau sangat beruntung, biasanya bawa tas atau tidak, kau akan di interogasi pak satpam. Mungkin karena dia melihat wajah kusutmu, dia biarkan saja." Misya tertawa di seberang sana.

"Mana ada, dia kebetulan tidak berjaga di gerbang," Riana bersandar di kursi balkon kamarnya.

"Ya anggap sajalah kau beruntung. Kau tahu satu sekolah heboh dengan pertengkaranmu dengan Ailen. Mengapa bisa begitu?"

Riana terdiam, kalau di pikir-pikir ia lah yang langsung marah pada Ailen. Ailen juga salah mengapa harus menyapanya seramah itu? Biasanya juga mereka saling sapa biasa saja, tidak harus pura-pura baik seperti tadi.

Gadis bermuka dua itu ternyata tidak sebaik yang ia pikirkan selama ini. Ailen tidak lebih sebagai parasit hubungan orang lain. Riana terpaku, memangnya hubungan seperti apa yang ia jalani bersama Ralex? Pertunangan mereka juga karena di jodohkan orang tua. Jadi wajar pria itu tidak meliriknya. Mereka hanya sepasang orang yang awalnya tidak saling mengenal, bahkan pertemuan pertama mereka hanya di pesta pertunangan saja.

"Riana! Kau masih disana?"

Lamunan Riana buyar mendengar suara cempreng Misya. "Ya aku masih disini."

Terdengar suara helaan nafas di seberang sana, "aku tidak tahu ada apa denganmu, jika kau ada masalah ceritakan saja padaku."

Riana tersenyum getir, "aku baik-baik saja."

"Baik-baik saja apanya? Kau membuat satu sekolah membicarakanmu. Riana, kau itu salah satu gadis populer di sekolah. Jadi jangan membuat masalah."

"Membuat masalah?" Riana merasa tersinggung atas perkataan Misya. "Apa maksudmu aku membuat masalah?"

"Jadi kau merasa tidak membuat masalah?" Sindir Misya.

"Jika kau meneleponku hanya untuk menyampaikan perbuatanku, sebaiknya tidak usah. Aku tidak akan peduli."

"Baiklah!" Misya mematikan sambungan teleponnya. Riana merasa bersalah mengatakan itu tapi moodnya tidak baik sekarang. Ia memilih membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Riana mengingat kembali pertengkarannya dengan Ailen. Tidak, sebenarnya ia lah yang memulai semuanya. Tapi mengingat kembali kedekatan Ailen dan Ralex entah mengapa membuat ia tidak senang. Sebenarnya Ralex menganggap dia sebagai tunangan atau bukan? Bahkan di pesta ulang tahunnya pria itu hanya sebentar di sana dan menghilang entah kemana. Yang jelas Ailen juga ikut menghilang saat itu. Pikiran Riana menjadi negatif ketika kedua orang itu menghilang di perayaan ulang tahunnya.

Apalagi saat itu penampilan Ailen mendukung pikiran negatif Riana. Sesak sekali rasanya ketika pikiran negatif itu merajainya. Akhirnya karena lelah, Riana terlelap.
🌺🌺🌺

Pria itu menutup sambungan teleponnya. Ia menghela nafas dan bersandar pada kursi kerjanya. Ia baru saja menerima kabar bahwa tunangannya bertengkar dengan Ailen.

Pria itu tidak tahu apa penyebab pertengkaran mereka. Yang jelas orang suruhannya melaporkan kalau mereka bertengkar dan tunangannya memilih bolos karena pertengkaran itu.

Seingatnya Ailen gadis yang baik dan tidak pernah memiliki masalah saat itu. Kecuali tunangannya yang mengajak pertengkaran itu. Ia kembali menggeleng, mengapa ia jadi berburuk sangka pada tunangannya sendiri? Dan memang ia sudah lama tidak bertemu dengan Riana sejak terakhir kali setelah pulang dari pantai waktu itu.

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang