SEMBILAN BELAS

276 48 0
                                    

Di kantin sekolah Keempat sahabat itu saling merangkul satu sama lain. Mereka tampak tertawa bersama Seolah-olah tidak ada beban. Mereka adalah Misya, Tiani, Sarly, Riana.

"Bagaimana dengan kencan mu semalam?" Tanya Misya.

Riana tersenyum, "dia terlihat berbeda tadi malam."

"Berbeda?" Alis Sarly terangkat naik. Ia jadi sangat penasaran.

"Apakah semalam kalian jadi berkencan?" Tanya Misya penasaran.

Riana menggaruk pipinya, "kau tidak akan percaya ini. Sebelum aku mengajaknya berkencan, dia terlebih dahulu mengirimkan pesan padaku dan mengajakku berkencan."

"Benarkah?" Tiani jadi ikut penasaran.

"Ya, dan kalian tahu, dia sangat romantis dan memperlakukanku dengan lembut," Riana tersenyum malu-malu membuat ketiga sahabatnya ikut tersenyum.

"Lalu apa saja yang kalian lakukan sepanjang berkencan?" Misya jadi kepo.

"Dia mengajakku makan malam, mengajakku berdansa, dan memberikan gelang ini padaku," Riana menunjukkan gelang pemberian Ralex pada sahabatnya.

"Wow," Tiani berdecak kagum melihat gelang Riana. Tidak hanya Tiani, Misya dan Sarly juga kagum dengan gelang pemberian Ralex.

"Benar-benar pria idaman," puji Tiani.

"Aku yakin harganya pasti bisa membeli dua mobil Fortuner mengingat siapa tunanganmu itu," kata Misya dan Sarly mengangguk.

"Kalian terlalu berlebihan," balas Riani.

Sarly berdecak, "kau lupa siapa tunanganmu? Dia tidak mungkin membeli gelang murahan pada tunangannya."

Kedua sahabatnya yang lain mengangguk. Wajah Riana memerah, ia juga yakin kalau harga gelang yang dipakainya ini mahal. Tidak mungkin seorang Ralex membelinya barang murahan. Senyum angkuh terbit di bibir Riana, gadis itu menatap lama pada gelangnya.

"Kalian tahu, Ralex mengungkapkan cintanya padaku tadi malam," lanjut Riana.

"Owh, sungguh romantis," goda Misya. Pipi Riana merona malu, tapi ia tak menampik kalau Ralex sungguh romantis tadi malam.

"Sungguh pria idaman, seandainya kekasihku juga seperti tunanganmu, sungguh bahagianya diriku," Tiani menerawang jauh. Sarly mendengus dan memukul kening gadis itu.

"Berhenti bermimpi," cibir Sarly. Tiani merenggut kesal.

"Dasar, kau tidak ingin sahabatmu bahagia ya?" Wajah Tiani menatap kesal Sarly yang diabaikan Sarly.

"Padahal kemarin tuan Alex mendekatimu tapi kau malah menjauh," Misya juga ikut-ikutan mencibir.

"Alex?" Riana penasaran.

Misya menjawab, "ya Alex adik tuan Ralex. Padahal jika Tiani tidak menolak, kalian bisa jadi iparan," Misya terkekeh geli. Tiani semakin merenggut.

"Kenapa di tolak?" Tanya Riana.

"Dia menyebalkan, terus saja mengejekku dan kemarin tiba-tiba dia menyatakan perasaannya padaku, siapa yang percaya omong kosong pria itu," jawab Tiani.

"Aku percaya, biasanya pria yang sering mengganggu wanita, berarti pria itu suka," balas Misya.

"Kau sama omong kosongnya dengan pria itu," ucap Tiani.

"Mungkin saja itu benar, mungkin saja Alex menyukaimu," sahut Riana gembira.

"Kenapa kau sangat senang huh?" Tiani mendengus.

"Coba bayangkan, aku sudah bertunangan dengan kakaknya, tinggal menunggu kau bertunangan dengan Alex," senyum Riana mengembang.

"Omong kosong!" bantah Tiani. "Setelah ini, kau jodohkan tuan Gema dengan siapa lagi?"

Riana & RalexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang