#3 • Marah?

44 10 8
                                        


“Habis ini langsung istirahat, nggak boleh main handphone lagi,” tegas Linda sembari menyuapi satu suapan nasi terakhir ke mulut Airin yang saat ini sedang duduk bersender di atas kasur.

Airin sebenarnya tidak mau disuapi seperti ini, membuatnya terlihat seperti anak kecil saja.

Namun ia tidak bisa menolak keinginan mamanya yang keukeuh, apalagi setelah tahu anak satu-satunya ini yang entah bagaimana bisa jatuh dari tangga sekolah.

“Iya ma,”

“Dan nggak ada yang namanya nonton-nonton Drama Korea,” ucap Linda seraya mengambil segelas air di atas meja, lalu memberikan itu kepada Airin.

Astaga gue lupa, bentar lagikan mulai. Batin Airin.

“Kalo sejam doang bisakan ma?” bujuk Airin dengan cengirannya.

“Kali ini nggak ada tawaran Airin. Itu pinggangnya bisa tambah sakit kalo sejam kamu senderan terus nak,” Linda mulai beranjak dari kasur seraya mengangkat piring dan gelas yang ada di meja samping tempat tidur.

“Kan bisa tiduran. Yah ma?” rengek Airin tanpa henti kepada Linda.

“Airin, tolong dengerin mama. Ini juga untuk kebaikan kamu nak, mama nggak mau nanti kamu tambah sakit,” lirih Linda.

“Yaudah, iya ma,” Airin tidak bisa menolak jika mamanya sudah seperti ini.

“Mama makan dulu, nanti selesai makan mama balik lagi kesini temenin kamu tidur yah,” Linda mulai berjalan pergi meninggalkan kamar.

Airin benar-benar frustasi. Semangatnya untuk menonton aktor favoritnya Hyun Bin di Drama Korea yang akan tayang perdana malam ini, seketika runtuh begitu saja. Ekspektasinya kali ini tidak berjalan mulus.

Airin lalu mengambil handphone-nya di atas nakas, dan men-dial salah satu nomor yang ada di kontak favoritnya.

Rin, bisa nggak nelfonnya nanti lagi aja?” suara di seberang langsung memulai pembicaraan.

“Lah, emangnya kenapa?”

Bukannya jawaban dari seberang yang ia dengar, namun yang ia dengar hanyalah teriakkan histeris yang sangat memekakkan telinga, sehingga membuatnya refleks menjauhkan benda pipih itu dari telinganya.

“Ah Hyun Bin, sumpah ganteng banget disini! Nggak kuat gue liatnya,” histeris Jesica tanpa henti, seakan lupa kalau ia sedang bertelepon dengan Airin.

“Halo Jes, lo denger gue nggak sih?” hardik Airin.

Airin yang sadar suaranya sedikit berteriak, dengan cepat menutup mulutnya dengan tangan. Jika Linda tahu apa yang ia lakukan saat ini, entah apa yang akan terjadi nanti.

“Eh iya, halo Rin. Lagian sih orang lagi nonton juga. Kok lo telfon gue? bukannya lo juga lagi nonton?”

“Gue nggak nonton,”

“Hah kenapa? Padahal keren banget ni sumpah. Ini Hyun Bin sama si‒”

“Udah, jangan lo spoiler yah. Lagi galau banget gue sekarang gara-gara nggak bisa nonton. Nyokap gue nggak bolehin, katanya harus banyak-banyakin istirahat,” Airin memasang wajah memelas.

“Yah yang sabar yah. Jangan sedih dong, gue jadi ikutan sedih nih. Nanti kan bisa lo download,”

“Gue pengennya nonton sekarang, tapi yaudahlah. By the way kok lo nggak ke sini?”

Gue udah ke rumah lo tadi, tapi pas ketemu nyokap lo di bawah katanya biar lo istirahat dulu yang banyak. Jadinya gue balik deh. Eh ngomong-ngomong, lo bilang apa ke nyokap lo soal kejadian tadi? Lo nggak bilang yang sejujurnya kan Rin?” cerocos Jesica panjang lebar.

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang