#2 • Sakit

57 13 14
                                    

"Rin, please bangun dong. Jangan bikin gue panik gini," lirih Jesica sembari terus menggengam tangan Airin.

Saat ini ia duduk di samping ranjang UKS, dimana Airin terbaring pingsan di atasnya. Sudah setengah jam ia belum juga sadarkan diri.

Sementara di luar ruangan UKS,

"Eh, lo tadi kemana hah? Gue kan tadi suruh lo tunggu Airin turun, kok lo nggak ada?!" bentak Kano kepada Juki yang saat ini sudah dengan wajah tertekuk.

"Sorry No, gue lupa kalo ternyata jam pertama tadi ada ujian," Juki mencoba memberi penjelasan.

"Ujian?" Kano tersenyum miring.
"Nggak bisa lo bolos sekali? Biasanya juga lo bolos," tandasnya dengan penekanan disetiap katanya.

"Sorry No, kali ini gue nggak bisa bolos. Soalnya ujian tadi itu mata pelajarannya Ibu Tinny. Yah lo kan tau dia itu guru paling killer yang terkenal sepanjang angkatan. Kapok gue dulu nggak naik kelas gara-gara gue bolos sekali doang. Gue ngerasa nggak segitu bodohnya juga sampe-sampe nggak naik kelas," cerocos Juki panjang lebar.

"Kok lo jadi curhat sama gue? Gue nggak mau tau soal itu.

Lo enak jadi anak yang punya sekolah. Coba kalo gue, udah lama juga gue bolos di mata pelajaran si Ibu Tinny ngeselin itu. Juki membatin.

"No, buruan panggil anak PMR, Airin barusan siuman nih," Jesica tiba-tiba keluar dari dalam ruangan UKS.

Kano yang mendengar itu bukannya pergi untuk memanggil anak PMR, namun dengan cepat ia masuk ke dalam untuk ia memastikan sendiri bahwa Airin sudah baik-baik saja.

"Gimana Rin, udah ngerasa baikan atau masih ada yang sakit? Dimana yang sakit? Kalo masih sakit, mending sekarang kita ke dokt‒" cerocos Kano seraya tangannya merangkul Airin yang saat ini ingin merubah posisinya menjadi duduk.

"Nggak usah lebay, makin pusing gue dengernya. Ngapain sih di sini?" bentaknya dengan suara yang terdengar masih terkesan lemah.

Tubuhnya masih merasakan nyeri, dan juga wajahnya masih terlihat pucat.

"Aku cuma mau pastiin kalo kamu baik-baik aja Rin."

"Nggak usah, gue lagi pengen sendiri, mendingan sekarang lo keluar dulu," ucap Airin datar, sambil sesekali memengang pinggangnya yang terasa sakit.

"Aku cuma mau nemenin kam‒"

Jesica yang melihat itu langsung menghampiri Kano dan membawa cowok itu keluar dari ruangan UKS.

"Mendingan sekarang lo jangan dulu ketemu sama Airin. Gue tau anaknya gimana, dia paling nggak suka kalo ada orang yang sakit gara-gara dia. Apalagi ini secara nggak langsung lo pukul tadi si Reinhard gara-gara deketkan sama Airin? Dia pasti ngerasa bersalah banget sama tu cowok, dan ya tentunya dia juga marah banget sama lo," ujar Jesica panjang lebar.

Kano hanya bisa diam, mendengar ucapan yang dilontarkan Jesica.

"Oke, kalo untuk sementara waktu gue nggak bisa ketemu sama Airin. Tapi please Jes, lo bantuin gue biar Airin mau maafin gue. Gue nggak bisa kalo lama-lama jauh dari dia," Kano memegang kedua lengan atas Jesica, menandakan bahwa ia sangat memohon bantuan cewek itu.

Jesica hanya mengangguk. Entah kenapa hatinya seperti mencelos mendengar ucapan cowok yang ada di hadapannya saat ini.

Ia bingung dengan perasaannya yang selalu seperti ini, ketika Kano mulai membicarakan tentang Airin dihadapannya. Namun Jesica selalu membantah soal perasaannya itu, mana mungkin dia menyukai cowok trouble maker seperti Kano? Itu tidak akan pernah ada dikamusnya.

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang