One

26 1 0
                                    

Pagi hari yang masih gelap. Diva sudah rapih dengan seragamnya dan juga tas yang sudah ada dibahunya. Mr.Alexander juga sudah rapih dengan kemeja dan juga tasnya. Mereka sudah berkumpul di meja makan. Anggi sudah menyiapkan makanan dari beberapa menit yang lalu dibantu oleh Diva.

Kini keluarga kecil itu sudah berkumpul di meja makan sambil memakan hidangan yang telah dibuat. "Diva nanti kamu kesekolah bawa mobil aja. Kuncinya ada disamping tv." Alex membuka percakapan.
Yang ditanya hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kak Diva bareng aku aja naik motor!" Seru Dava menolak usul ayahnya. Ucapan itu menarik perhatian Anggi untuk angkat bicara.

"Dek...biarin kak Diva naik mobil. Dia juga pulangnya sore. Emang kamu mau nunggu kak Diva sampe sore?" Anggi berucap lembut. Ia harus benar-benar sabar menghadapi kelakuan keempat anak lelakinya yang suka manja.

"Tapi aku maunya sama Ka Diva." Suara Dava lirih hampir tidak terdengar.

"Apasih lo, lebay banget!" Ketus Davi kemabarnnya Dava. Ia tidak suka jika kembarannya itu mulai bersikap manja pada kakaknya. Padahal kelakuannya diluar rumah sangat nakal tanpa sepengetahuan orang tua serta kakak perempuannya itu.

Dava hanya diam. Nyalinya ciut walaupun hanya untuk berbicara. Dava dirumah dengan Dava diluar sangatlah berbeda. Pasalnya ada 2 orang yang paling ia takuti dirumah, yaitu papa nya dan juga kakak perempuanya. Walaupun Diva sering memanjakan adik-adiknya, tak jarang ia menegur adik-adiknya dengan caranya sendiri.

"Papa gak mau denger keributan!" Ucap Alex tegas yang berhasil membuat orang disekitarnya terdiam, termasuk Dava.

Dalam situasi seperti ini, Davi memiliki kesempatan untuk meledek kakak kembarnya. "Emang enak lo!" Ledek Davi.

"Mamah..." Adu Dava.

"Kamu tuh udah SMA. Mau sampe kapan kamu terus ngadu ke mama sama kak Diva?" Tegas Alex berhasil membuat Dava menunduk.

Selera makannya sudah hilang. Yang ia ingin saat ini hanya berangkat bersama kakaknya.

"Pa.." Tegur Anggi supaya suaminya bisa bersikap sabar terhadap anak-anaknya.

"Biarin dia mikir ma! Kalo dimanjain terus kapan mandirinya?" Ucapan menohok Alex mampu membuat Anggi membisu seketika.

"Dava udah kenyang." Dava meninggalkan meja makan dan mebiarkan makananya yang masih utuh di meja makan.

Buru-buru Diva menghampiri adiknya dan langsung memeluknya dari belakang.

"Nanti berangkat sama kakak." Ujar Diva ketika kedua tangannya sudah mendekap adiknya dari bekalang.

Dava membalikkan tubuhnya. Kini posisinya menghadap Diva. "Nanti papa marah." Lirihnya sambil menunduk tak berani menatap sang kakak.

"Kan kakak yang minta. Gak bakal marah ko." Diva berusaha menenangkan sang adik.

Dava tidak menghiraukan ucapan sang kakak. Gengsi baginya untuk kembali duduk di meja makan. Apalagi letak tempat duduknya berhadapan langsung dengan papanya.

"Hari ini jangan kasih Dava uang jajan ma!" Tegas Alex yang langsung diberi anggukan oleh Anggi.

Mendengar hal itu Diva cemas. Pasalnya ini adalah hari senin. Dimana seluruh siswa disekolah manapun harus mengikuti upacara bendera.

Ia khawatir jika adiknya itu pingsan saat upacara. Pikirannya tak bisa hilang mengenai sang adik.

"Dava..please, kali ini aja. Kakak gak mau kamu kenapa-kenapa."

"Dava beneran udah kenyang kak." Dava berusaha meyakinkan Diva.

"Gimana udah kenyang si? Kamu aja belum makan sesuap pun." Nada khawatir terus membanjiri ucapan Diva.

Five Siblings !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang