Three

17 1 0
                                    

Hari ini, Diva memulai kegiatannya dengan berlari pagi. Karena hari ini hari libur, Diva selalu melakukan kegiatan rutinnya, yaitu berlari sekitar kompleks rumahnya.

Setiap orang yang ia temui selalu ia sapa dengan sopan. Hal itu membuat orang-orang memandang baik akan Diva.

Setelah lelah berlari hingga satu setengah jam, ia memutuskan untuk pulang kerumah. Awalnya ia ingin sekalian sarapan di warung bubur biasa. Namun niatnya ia urungkan.

Ketika sampai dirumah, Diva melihat dua buah mobil keluar dari pekarangan rumahnya. Ia tahu siapa pengendara  dari masing-masing mobil tersebut.

Diva tak mempedulikannya. Ia masuk kedalam rumah. Dilihatnya keempat adiknya dengan wajah yang masam.

"Kenapa? Ko mukanya pada ketakutan gitu?" Diva memberanikan diri untuk bertanya.

"Papa sama mama berantem." Sahut Davi menunduk takut menatap sang kakak.

"Kenapa?"

Keempatnya hanya menggeleng.

Tatapan Diva mengarah ke adik terakhirnya yang sudah menangis dipelukan Deva.

Ia menghampiri dan memeluk adiknya hangat. "Ga papa. Nanti kaka yang bilang ke mama sama papa." Diva berusaha menenangkan sang adik.

Yang diajak bicara hanya mengangguk dengan isakan tipis.

"Kalian ke kamar ya, Darel biar sama kaka dulu." Diva memberi instruksi kepada ketiga adiknya yang lain untuk memasuki kamarnya masing-masing.

Kemudian ia membawa Darel kedalam kamarnya.

"Udah pada sarapan belom tadi?" Tanya Diva ketika sudah didalam kamar.

Darel hanya menggeleng.

Diva dapat merasakan kesedihan adik-adiknya saat ini. Ia pun sedih, namun ia harus tetap tenang didepan adik-adiknya.

"Yang lain juga belom?"

"Belom ka."

"Kamu disini dulu ya. Kaka mau masak buat kalian." Diva mengecup kedua pipi adiknya itu, lalu meninggalkannya menuju ke dapur.

Diva dengan gesit mengolah bahan-bahan masakan dan menggabungkannya dalam satu wajan besar. Ia sudah terbiasa membantu sang mama memasak.

Setelah semua selesai, ia menyusunnya dengan rapih makanannya dimeja makan.

Pagi ini ia menghidangkan menu nasi goreng dengan pangsit crispy tak lupa dengan topingnya yakni aneka seefood serta lauknya kwetiau goreng.

Makanan tersebut adalah kesukaan adik-adiknya. Dengan senang hati, ia menghidangkan untuk keempat adik-adiknya.

Dikamar, Davi dan Dava hanya diam. Tak ada yang memulai pembicaraan. Kedua anak tersebut kalut pada pikirannya masing-masing.

Tiba-tiba saja Davi bersuara. "Lo laper ga Va?"

"He'em." Dengan tatapan kosong sambil memegangi perutnya.

"Tapi kan sama ka Diva ga boleh keluar." Davi menurunkan nada suara di akhir kalimat.

"Dahla gausah sarapan. Mama juga belum masak kan tadi."

"Yaudahlah. Tidur aja."

Baru saja mereka ingin menarik selimut, ada yang mengetuk pintu kamar mereka. "Masuk!" Sahut mereka berbarengan.

"Makan dulu yuk. Kaka udah masak buat sarapan." Diva membuka pintu dan tersenyum dengan kedua adiknya.

Yang diajak bicara pun tersenyum senang. Buru-buru mereka keluar kamar melewati Diva yang masih memegang gagang pintu kamar mereka.

Five Siblings !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang