Four

11 1 0
                                    

Seperti kejadian yang sudah berlalu, Diva menjalani aktivitasnya seperti biasa. Tak ada yang berubah dari dirinya.

Ia pun seolah-olah sudah melupakan kejadian itu.

Ketika sedang melamun di gazebo belakang rumahnya, ia kembali terngiang ucapan mama papanya ketika di cafe, perlakuan keluarga besar papanya yang sangat membencinya, dan juga perlakuan papanya yang suka bermain fisik padanya saat kecil, bahkan sampai saat ini.

Dadanya kembali sesak. Terlebih ia memiliki prnyakit asma yang tidak terlalu parah. Dan juga ia sering mimisan akibat terlalu stres memikirikan sesuatu.

Ia berusaha tenang. Namun itu membuatnya tambah frustasi. Tanpa kesadarannya, jemari tangannya sudah menjambak rambut indahnya itu.

Semakin lama semakin kuat jambakannya, sambil menangis dan berteriak tidak jelas.

Apakah Diva depresi?

Darah mulai keluar dari kedua lubang hidungnya. Dadanya semakin sesak. Namun Diva tak dapat merasakan itu ssmua.

Davi yang tidak sengaja melewati kolam renang pun melihat sang kaka yang sudah dalam keadaan kacau di gazebo.

Ia langsung menghampiri sang kakak dan berusaha melepas jemari tangan Diva dari rambutnya.

"Ka, jangan kayak gini ka." Tutur Davi. Nada terdengar bergetar.

Semakin lama, Diva semakin berontak dalam pelukan Davi.

Davi tak sanggup menghadapi kakaknya sendirian. Ia berteriak sekencang mungkin supaya ada yang mendengar.

Dava yang terganggu oleh teriakan kembarannya langsung menghampiri sumber suara.

Dilihatnya kembarannya yang sedang menenangkan kakaknya. Ia berlari menghampiri mereka berdua.

Dengan tenaga lebih, Dava mencengkram tangan Diva yang masih menjambak rambutnya sendiri.

Diva pun kehabisan tenaga dan mulai menyerah. Perlahan-lahan ia mulai tenang.

Dava mengambil tissue untuk menghapus darah yang membasahi area wajah dan leher sang kakak.

"Udah ya ka. Kan ada kita disini." Dava menenangkan Sang kakak.

Dengan telaten, Dava dan Davi membersihkan baju yang di pakai Diva sudah penuh dengan darah.

Mereka berdua memeluk kakak perempuannya dengan hangat.
"Kaka kalo ada masalah, cerita ke kita. Jangan dipikirin sendiri." Ujar Davi lembut ditelinga sang kaka.

Diva tersadar. Ia membalas pelukan hangat kedua adiknya.

Dava dan Davi membawa Diva masuk kedalam rumah. Ketika melewati ruang keluarga, sufah terdapat Deva, Darel, Anggi dan Alex.

Anggi dan Alex yang baru sampai dirumah terkejut melihat kehadiran ketiga anaknya yang berasal dari arah kolam renang.

Sepasang suami istri itu fokus kearah anak pertamanya yang berada ditengah-tengah kedua anak kembarnya.

Mereka terkejut melihat baju yang diapakai oleh Diva penuh darah. Dan juga lengan baju anak kembarnya dipenuhi darah.

Buru-buru Anggi dan Alex menghampiri Diva. "Kamu kenapa Div?" Ujar Anggi lembut namun dengan nada mencemaskan.

Tak ada jawaban dari Diva. Lalu, ia menatap kedua anak kembarnya berharap mendapat jawaban. Namun, kedua anak kembar pun tak memberikan jawaban.

Sontak, Anggi langsung memeluk Diva. Anggi menangis dipelukan Diva.

Dava yang semula berada disamping kiri Diva kini beralih menghampiri adik bungsunya. Ia tahu jika adiknya itu mudah panik. Ia langsung memeluk sang adik suapaya lebih tenang.

Five Siblings !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang