Eight

15 1 0
                                    

Malam hari yang cukup sunyi. Alex ssngaja mengajak istrinya pergi keluar kota karena tidak ingin melihat istrinya yang akhir-akhir ini terlihat murung.

Ia sudah mencoba membuka diri untuk istrinya. Namun, tetap saja seorang Anggi akan mendadak pendiam jika sudah diperlakukan lembut seperti itu.

Anggi enggan menceritakan kejadian dimana ia bertemu dengan mantan kekasihnya dan juga mantan sahabat suaminya beberapa minggu lalu saat dirumah sakit.

Hal itu membuat dirinya memiliki beban pikiran. Walaupun Alex sudah memojokkan dirinya untuk bercerita, namun ia tidak mau suaminya itu tau. Hal itu akan membuat suaminya menjadi emosi.

Anggi sedang menghirup udara dibalkon villa milik suaminya. Udara di Bandung memang benar-benar membuatnya relaks saat dihirup. Tidak banyak polusi seperti di Jakarta.

Tanpa sadar, air mata sudah membasahi pipinya. Yang ia pikirkan hanya bagaimana jika Diva menjadi korban dari semua kesalahannya dan sang suami.

Terlebih lagi, putranya Akbar mengenal anak perempuannya dan berada dilingkungannya. Bisa saja dengan perintah Akbar anak itu akan menghancurkan Diva.

Ia takut hal itu terjadi.

"Kamu kenapa?" Alex memeluk pinggang Anggi dari belakang. Hal itu membuat Anggi tersentak kaget dan buru-buru menghapus air matanya.

Anggi menggeleng. Lagi-lagi Alex harus bersabar menghadapi istrinya yang sedang seperti ini.

"Kalo ada masalah cerita sayang. Jangan diem aja. Aku kan suami kamu. Masa kamu mau nutupin masalah dari aku." Kini posisi Alex berada disebelah sang istri.

Kini Anggi sudah tidak bisa egois. Ia harus menceritakan masalah ini demi kebaikan putrinya juga.

"Aku takut." Lirihnya pelan. Namun masih terdengar oleh Alex.

"Takut kenapa? Kan ada aku. Cerita sama aku, mumpung ga ada anak-anak." Tutur Alex lembut mengusap punggung istrinya.

"Aku takut kamu marah."

"Emang aku kenapa?" Alex rerheran dengan penuturan istrinya.

"Waktu Diva dirumah sakit, aku ketemu Akbar."

Tiba-tiba saja wajah Alex berubah datar. Tatapannya kosong menghadap depan. Ia sudah tak bergairah mendengar curhatan sang istri. Namun ia tidak ingin mengecewakan istrinya.

"Dan kamu tau? Orang yang nolongin Diva itu anaknya Akbar." Sambung Anggi.

Alex terkejut. "Anaknya Akbar?" Tanyanya menyakinkan.

Anggi mengangguk.

"Ternyata selama ini Diva sekelas sama anaknya Akbar." Lanjut Anggi.

Alex belum ingin menjawab. Ia terus mendengarkan curhatan sang istri.

"Aku takut Diva kenapa-napa disekolah."

"Aku ga bakal biarin seorang pun nyakitin anak-anak." Tegas Alex. Kini ia berusaha untuk menahan emosinya.

"Aku udah bilang ke dia jangan deketin Diva." Anggi masih melanjutkan kejadian yang ia alami beberapa minggu lalu saat dirumah sakit.

"Kita liatin dulu aja. Kalo dia macem-macem sama Diva, baru kita bertindak."

Kini, air mata kembali keluar dari kedua bola mata Anggi. Melihat sang istri yang merasa takut, Alex langsung memeluknya.

"Ga usah takut. Aku disini. Kita lewatin semuanya bareng-bareng ya." Ujar Alex lembut mengusap kepala sang istri.

Anggi hanya mengangguk. Ia terisak di dada bidang milik suaminya.

"Aku mau punya dede bayi lagi deh." Alex mengalihkan pembicaraan supaya istrinya tidak memikirkan hal berat lagi.

Five Siblings !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang