Nine

22 1 0
                                    

Dirumah, Dava, Davi, Deva, dan Darel sedang menunggu kepulangan sang kakak. Mereka khawatir. Sudah pukul 9 malam kakaknya belum pulang dari sekolah.

Ditambah lagi, hujan yang tadi sempat reda, kini kembali deras lagi. Membuat mereka berempat semakin takut.

Sudah berkali-kali Dava menghubungi Diva. Namun nihil, Ponsel Diva sengaja dimatikan.

"Coba lagi!" Perintah Davi panik.

Saat ini keempatnya sedang berkumpul diruang tamu. Menunggu Diva yang tak  kunjung pulang.

"Udah berkali-berkali pe'a." Dav mulai frustasi. Sedari tadi ia hanya mondar-mandir didepan adik kembar dan kedua adiknya yang sedang duduk di ruang keluarga.

Pikiran aneh-aneh juga telah memasuki keempat otak anak lelaki tersebut. Ditambah lagi, mama papanya sedang tidak ada dirumah.

"Aku bilang papa aja kali ya ka." Deva bersuara tiba-tiba membuat semuanya menoleh kearahnya.

"JANGAN!" Pekik Dava dan Davi kompak.

"Aku takut ka Diva kenapa-kenapa." Lirihnya. Matanya sudah berkaca-kaca.

"Nggak. Ka Diva baik-baik aja. Kita tunggu ya." Tutur Davi lembut.

"Sampai kapan ka? Kita nunggu udah dari tadi. Tapi ka Diva juga ga pulang-pulang."

"BISA SABAR NGGAK SI? GUE JUGA LAGI PUSING MIKIRINNYA!" Bentak Dava secara tiba-tiba. Sontak, Deva terkaget dan mengeluarkan isakan pelan.

Davi yang ikut terkaget langsung memeluk sang adik yang ketakutan. "Va. Tenang kenapa si." Ketus Davi.

"Gimanague bisa tenang, kalian aja brisik." Dava mulai emosi.

"Aku takut ka..." Lirih Deva yang hanya bisa didengar oleh Davi.

"Ada kaka. Ga usah takut." Balas Davi lembut sambil mengusap punggung sang adik.

Darel yang berada disebelah kanan Deva tidak merespon sedikitpun. Badannya kedinginan dan wajahnya pucat.

"Makan dulu ya." Kini Davi sudah berpindah posisi duduk menjadi ditengah-tengah antara Deva dan Darel.

Darel menggeleng. Dirinya sangat lemah untuk menjawab.

Memang sedari tadi Dava dan Davi sudah menyiapakan makanan untuk mereka makan malam. Namun, karena Diva belum pulang maka mereka memutuskan untuk menunggunya. Kini makanan tersebut belum disentuh sedikitpun oleh mereka.

Rasa cemas dan khawatir mampu mengalahkan rasa lapar mereka.

"Badan kamu panas!" Cemas Davi menempalkan punggung tangannya ke kening Darel.

Ucapan Davi mampu mengalihkan perhatian Dava menjadi mengarah ke Darel.

Dava yang semula berdiri mondar-madir, kini mengambil posisi duduk di sebelah kanan Darel. Memegang kening sang adik yang hangat.

"Makan dulu!" Tegas Dava.

Darel masih menggeleng membuat emosi Dava semakin memuncak.

"MAKAN!" Bentak Dava.

"BISA NGGAK SI, LO GA EMOSI?" Seolah mengerti Darel terlihat takut, Davi kembali membentak kembarannya.

"KALO MEREKA NGGAK KAYAK GITU JUGA GUE GA EMOSI!"

"KITA SEMUA PANIK VA! TAPI GA GINI CARA LO NGADEPIN MASALAH!"

Terjadilah bentak-membentak antara kedua anak kembar itu. Deva segera memeluk sang adik yang memang benar-benar sudah tak berdaya.

Five Siblings !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang