Eleven

8 0 0
                                    

Siang ini, kelima kakak-beradik itu sedang berkumpul di ruang keluarga. Tak lain dan tak bukan mereka selalu berbincang ketika sedang berkumpul.

Masing-masing mendengarkan cerita dari saudaranya.

Beberapa jam yang lalu, Arga dan Raya sudah berpamitan untuk pulang kerumahnya masing-masing.

"Mama sama papa kapan pulangnya ya.." Lesu Darel ditengah canda tawa yang lainnya.

"Lusa juga udah pulang de. Ga sabar banget si." Dava mencubit gemas pipi adik bungsunya.

"Sakit ish!" Ketus Darel tak terima.

"Gapapa biar tembem." Ledek Dava.

"Aku malu diledekin temen-temen kalo tembem." Darel masih mengelak.

"Kaka omelin nanti."

"Oh iya de, kamu mau sekolah dimana abis ini?" Tanya Deva tiba-tiba.

"Ga tau. Bingung." Sahut Darel enggan.

"Loh ko nggak tau? Kan kamu yang mau sekolah. Harus punya target dong. Kamu kan udah mau ujian de." Nasihat Deva.

"Aku ga mau sekolah yang ada kaka-kaka disekolah." Ketus Darel.

"Yakin ga mau?" Ledek Davi.

"Iya. Nanti aku diledekin sama kaka. Kan malu."

"Ya kali kita disekolah ngeledikn kamu." Sahut Dava.

"Ka Diva mau kemana abis ini?" Darel beralih menanyakan kakak perempuannya.

"Gak kemana-mana. Mau tidur." Santai Diva.

"Ih, maksudnya mau kuliah dimana ka?" Sebal Darel.

"Oh, ga tau. Sedapetnya." Cuek Diva tanpa menoleh ke adiknya.

"Kaka sama ade sama aja nyautnya." Ketus Davi.

Diva yang mendengar itu malah meledek sang adik. "Emang kamu bukan adenya kaka?"

"Adenya kaka lah. Tapi ga kaya Darel." Davi masih sebal.

"Sama aja pe'a. DNA lo sama." Sinis Dava.

"Santai kali. Gosah ngomel. Sensi banget lo sama gue." Balas Davi tak terima.

"Yah mulai deh ka." Sindir Deva risih dengan perdebatan kedua kakak kembarnya yang sudah menjadi tradisi.

"Ga malu apa sama adenya." Diva berada dikubu Deva.

Kehangahatan itu terhenti ketika ada suara ketukan pintu. "Sebentar ya, kaka bukain dulu." Diva bangkit dari duduknya.

"Aku aja kak." Tawar Davi.

"Gausah, kaka aja." Diva bergegas membuka pintu.

Dilihatnya siapa yang datang.

"Eh, oma." Diva tersenyum ramah kepada ketiga orang dewasa dihadapannya.

Ketiga orang tersebut malah membalas dengan berpura-pura tidak melihat Diva.

Mereka langsung masuk kedalam rumah melewati Diva.

'Selalu begini.' Batin Diva.

Diva menutup pintu dan mengikuti ketiga orang tersebut.

"Oma!" Pekik keempat anak lelaki tersebut dan langsung memeluk sang oma dengan antusias.

Oma pun membalas pelukan keempat cucunya dengan senang hati. Lalu keempat anak lelaki itu menyalami om dan tantenya.

Diva iri melihat keempat adiknya disambut hangat oleh oma, om dan tantenya. Sedangkan dirinya, dianggap tidak ada.

Five Siblings !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang