𝑐ℎ𝑎𝑝𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑤𝑜

62 29 56
                                    

"srettt"

Nara terlonjak kaget saat dirinya di peluk oleh Devan, pipinya mendadak memerah karena jarak mereka begitu dekat. Mereka sama sama menahan nafas sambil menatap wajah satu sama lain, tetapi semua hancur saat Nathan datang.

"Woi mau ngapain lu pada" teriakan Nathan berhasil membuat keduanya terkejut, nara langsung berdiri dan membersihkan bajunya yang sedikit kotor. Sedangkan Devan memilih untuk pergi dari sana meninggalkan Nara yang seharusnya ia hukum karena terlambat.

Nara memukuli Nathan karena menggodanya terus, sedangkan Nathan yang beraduh sakit sesekali ketawa karena tingkah absurd nara.

Disisi lain, pria berparas tampan sedang terbakar api cemburu saat melihat dua manusia yang tengah bercanda. Pria itu pergi dari sana meninggalkan tempat yang berhasil membuatnya panas.

"Argaa!!"

Teriakan cempreng membuat langkah pria itu berhenti dan membalikkan badannya, terlihat sosok wanita kurus berlari menuju kearahnya. Arga menaikkan satu alisnya dengan tatapan bertanya,"kenapa?" Pada wanita itu.

"Hoshh, langkah kaki lu besar banget sih hoshh kesel gue ngikutinnya" cicit jesicca setelah sampai didepan Arga.

"Lu nya aja kali yang kekecilan"kekeh Arga disertai muka absurd,"tumben engga bareng nara, rose juga mana?"lanjut Arga bingung.

"Ya mangkanya gue mau tanya ke elu, siapa tau lu tadi pas-pasan kan" gas jessica, wanita ini sepertinya sedang kedatangan tamu spesial. Arga yang melihat itu meringis kecil.

"Y-ya gausah ngegas kali, gue belum lihat temen temen lu tadi--gue cabut dulu ya udah mau masuk nih" final Arga, pria itu takut bila menjadi monyet percobaan Jambak jambakan untuk Jessica.

Arga memperlambat langkahnya saat jessica hilang dari pandangannya, ia menghela nafas lega. Arga bergegas masuk kedalam kelas karena bel telah berbunyi nyaring.

.

.

.

"Brakk!!"

"Bughh"

"Prangg!"

Terlihat jelas gadis itu panik, lelakinya tengah meringis kesakitan di tengah lapangan. Hatinya begitu sakit saat semua orang menertawakan pria pujaan hatinya. Terdengar isakan kecil yang dibuat gadis tersebut.

Ardyl tergeletak tak berdaya, tidak ada yang berani menghampiri. Bahkan para wanita yang memuja mujanya hanya bisa menatap dirinya iba.

Nara yang tidak tega melihat ardyl kesakitan segera berlari menghampiri pria malang itu.Tubuhnya bergetar ketika melihat darah dan luka di wajah ardyl.

Nara membopong tubuh ardyl menuju UKS sekolah, membantu ardyl berbaring pada ranjang. Tangan lentiknya dengan telaten mengobati setiap luka pada muka ardyl. Pria itu hanya meringis kecil saat kapas menyentuh lukanya.

Hati Nara berdegup dua kali lebih kencang, wajah ardyl sangat tampan ketika dilihat dari jarak dekat. Gadis itu mengalihkan pandangannya kearah lain, tidak ingin terlalu dalam meneliti setiap wajah ardyl.

"Maaf"

Ucapan ardyl sontak membuat Nara heran, gadis itu menatap ardyl dengan tatapan heran. Jarang sekali pria itu mau meminta maaf.

"Maaf buat lo repot" lanjut ardyl, seketika hati Nara tersentuh. Nara tersenyum sambil menganggukkan kepalanya

"It is okay,Lo bisa minta bantuan gue kapan aja" senyuman Nara mengembang, ia tak menyangka bisa berdua dengan ardyl. Kejadian langka ini akan selalu Nara simpan di memorinya.

Ketukan pintu membuyarkan lamunan keduanya, Devan menatap Nara dan ardyl bergantian lalu berjalan menghampiri ardyl.

Devan menatap Nara, memberi kode bahwa pria itu mengusirnya. Nara mendengus kesal, Devan telah merusak suasana yang sangat gadis itu inginkan.

Nara berjalan malas keluar dari uks. tepat saat pintu terbuka, matanya bertemu dengan mata grichella. Gadis itu tersenyum menatap nara, namun nara mengabaikan grichella dan memilih pergi dari sana.

Nara terduduk lemas di dalam kelas, moodnya yang sebelumnya baik karena ardyl seketika menghilang.

"Dorr!!"

Nara terkejut, tatapannya seketika datar kembali saat melihat rose dan Jessica yang tengah menertawainya.

"Apasi kalian, bikin mood makin jelek aja!!" Dengus Nara kesal, tangannya ingin sekali mencabik-cabik tubuh kedua sahabatnya.

"Hehe, nih kita bawain coklat. Gue tau lu lagi ga mood" ucap rose, disertai anggukan Jessica.

Senyuman Nara seketika mengembang mendengarkan kata"coklat", Nara memang sangat menyukai coklat. Karena hanya coklat yang bisa membuatnya selalu bahagia.

Rose dan Jessica tertawa geli, mereka heran kenapa temannya begitu menyukai coklat. Ralat, sangat menyukai coklat.

sᴋɪᴘ•

Nara menghembuskan nafas kesal. Tugasnya tidak kunjung selesai, padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Grichella sudah tidur satu jam yang lalu, gadis itu bersyukur karena grichella tidur lebih awal.

Handphone nya bergetar, pertanda telepon masuk. Jarinya berkutat dengan layar yang hidup, menyeret tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga.

"Halo.."

"Hai ra,belum tidur?"

"Belum,kenapa telpon?"

"Kangen aja"

"Gombal teruss"

"Tapi Lo suka kan?"

"Ck apasih,udah ya gue ngantuk"

Tutt..

Panggilan berakhir, Nara merebahkan tubuhnya. Sedikit kesal, karena Arga yang selalu jail padanya.

Nara memejamkan matanya perlahan. Beberapa menit kemudian dirinya sudah masuk kedalam dunianya sendiri.

-ᴛᴏ ʙᴇ ᴄᴏɴᴛɪɴᴜᴇ-
[ᴛɪᴅᴀᴋ ʙᴇʀᴍᴀᴋsᴜᴅ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴄᴏᴄᴏᴋᴋᴀɴ,ᴀᴛᴀᴜ ᴍᴇɴᴊᴇʟᴇᴋᴋᴀɴ ɪᴅᴏʟᴀ.ʜᴀɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴɢʜɪʙᴜʀ.sᴀʏᴀ ᴍᴇᴍʙᴜᴀᴛɴʏᴀ sᴇɴᴅɪʀɪ ᴛᴀɴᴘᴀ ᴍᴇɴʏᴀʟɪɴ ᴍɪʟɪᴋ ᴏʀᴀɴɢ ʟᴀɪɴ,ᴊɪᴋᴀ ᴀᴅᴀ ᴋᴇᴍɪʀɪᴘᴀɴ ɪᴛᴜ ʜᴀɴʏᴀ ᴋᴇʙᴇᴛᴜʟᴀɴ]

𝒊 𝒐𝒓 𝒎𝒆-𝒋𝒋𝒌Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang