𝐎8. 𝐂𝐚𝐧𝐝𝐥𝐞

317 64 20
                                    

"Padam yang tenang ya? Hujanku"

𖥎𖥎𖥎

"Kamu... Jahat ya? " Soobin berkata lirih sambil menatapi tubuh Dahyun yang tertidur diatas brangkar rumah sakit.

"Aku tau ini semua salah aku, tapi... Ini semua terlalu jahat dibuat untuk hukuman. "

Diruangan ber cat putih, hanya ada Soobin yang menatap Dahyun dengan kosong.

"Ayo bangun, kamu gak mau bangun hm? Aku bakal terima apa yang kamu lakuin ke aku sebagai hukuman. Asal kamu bangun ya? "

Soobin tersenyum pedih, kini ia mulai menggenggam tangan Dahyun yang sangat dingin, kulit tangan Dahyun juga begitu pucat. Hanya saja... Soobin belum siap menerima seluruh kenyataan pahit ini.

Tidak ada lagi senyum secerah mentari, mata yang menatap dengan tulus, genggaman tangan yang hangat dan pelukan yang erat.

Tidak ada lagi Dahyunnya yang selalu menyapa dengan tawa indah. Tidak ada lagi Kim Dahyun di dunia ini.

Soobin menyesalinya, menyesal datang terlambat untuk saat ini, well penyesalan selalu datang terakhir bukan?

"Kamu gak mau nanya lagi tentang Awan hm? Atau kamu gak mau ngasih tau lagi definisi Bintang sama Bulan?—"

Nafas Soobin tercekat

"—Kamu gak mau minta aku jadi Hujan kamu lagi? " lirih Soobin

TES—

Bentengnya runtuh, melihat sang pujaan hati terbujur kaku diatas kasur dingin itu membuat hatinya teriris, yang mana membuat air matanya turun tanpa bisa terkendali.

"Mimpi kamu terlalu indah ya? Sampe gak mau bangun lagi? " isak Soobin

"Ayo bangun, kamu perlu untuk tampar aku, kamu perlu untuk maki aku, kamu perlu untuk benci aku—

—kamu gak mau lakuin itu semua hm? Ayo bangun Hyun... Aku janji gabakal pergi lagi" tangis Soobin sangat pecah saat ini.

Dahyun di diagnosa overdosis pemakaian obat tidur/penenang. Karena pemakaian yang terlalu banyak membuatnya terkena racun dan meninggal.

Umur tidak ada yang tahu

Soobin menenggelamkan wajahnya dibawah genggaman tangan mereka, lebih tepatnya genggaman sepihak yang dilakukan oleh Soobin.

Ia menangis sejadi-jadinya disana, bahkan Taehyung sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Mingrui hanya diam tanpa ekspresi bahkan tatapannya tak menunjukkan sebuah cahaya binar sama sekali.

"Dek... Kamu kok duluin kakak? Gak adil" lirih Taehyung pelan

Taehyung dan Mingrui hanya menatap Dahyun dari luar karena alasan tak sanggup.

"Kan kakak bilang, biar kakak yang pergi duluan, terus kenapa kamu duluin kakak? " Air mata Taehyung tak terbendung lagi, ia terduduk dilantai.

Sana hanya mengelus bahu suaminya itu dengan pelan, ia juga merasa kesedihan melanda ulu hatinya.

"Kita udah janji pergi secara berurutan kan? Tap—hiks—tapi kenapa kamu milih duluan? Hiks—"

Taehyung menangis sejadi-jadinya, ia tidak tau lagi harus bagaimana. Cukup kedua orangtuanya yang harus pergi duluan karena sebuah kecelakaan.

Ia tidak mau mengalami kejadian sedih ini lagi. Disisi lain Mingrui masih tetap berdiam diri, membisu dan membiarkan pikirannya tetap terjebak dalam kata ini cuma mimpi.

Soobin menatap wajah Dahyun, ia terkejut ketika melihat mata Dahyun yang mengeluarkan sebuah air mata. Soobin menggeleng keras lalu mengusap air mata itu dengan pelan.

"Kamu gaboleh sedih, kamu harus bahagia? Ya? Gaboleh sedih! " kesal Soobin pelan

Soobin mendekatkan wajahnya ketelinga Dahyun lalu membisikkan beberapa kata penenang.

"Selamat padam, Bintang"

"Padam yang tenang ya? Hujanku"

End

Fin! Thanks kepada para pembaca yang sudah menyempatkan untuk membaca work sampah ini:)

Maaf jika tidak nyambung, atau apapun yang membuat kalian tidak nyaman.

Yeon sungguh berterimakasih

//sungkem ala ala nak erpe

[O1.] Moon and Rain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang