𝐎2. 𝐑𝐚𝐢𝐧

279 67 0
                                    

"Hari ini Hujan, kayanya bakal ada pelangi deh"

☂☂☂


BRUK—

"A—m-maaf ya" sesal gadis itu

Pemuda yang terjatuhi buku itu hanya mengangguk singkat tanpa menjawabnya sama sekali.

Si pemuda berdiri lalu meninggalkan gadis itu sendirian, setelah pemuda itu pergi. Si gadis meringis pelan.

"Tadi kepalanya gapapa kan? Takutnya dia Amnesia" lirih gadis itu.

"Dahyun! "

Sang gadis menoleh lalu tersenyum mendapati temannya yang berada dibelakangnya.

"Udah nyari bukunya? Ayo pergi sekarang" ajaknya

Dahyun mengangguk

"Pinky" panggil Dahyun

Teman Dahyun—Pinky menoleh lalu menatap Dahyun dengan tatapan bertanya

"Iya? " tanyanya

"Kalo... Eumm... Orang ketimpuk buku... Bakal Amnesia gak? " tanya Dahyun pelan

Pinky tergelak kencang

"Apa sih? Cuma ketimpuk buku doang, gak bakal sampe Amnesia gitu. Paling ya cuma pusing doang" jawab Pinky

Dahyun menghela nafas lega.

"Emang kenapa? " tanya Pinky

"Tadi, mau ngambil buku. Tapi malah nyenggol rak lain, terus salah satu bukunya jatuh kena orang" jawab Dahyun

Pinky mengangguk

"Kamu udah minta maaf? "

"Udah"

"Orang itu maaffin kamu gak? "

"Dia cuma ngangguk terus pergi"

"Ya udah gak usah dipikirin. Setidaknya kamu udah minta maaf, udah yuk! Mau bayar buku nih! "

Dahyun dan Pinky berjalan beriringan menuju kasir lalu membayar buku mereka masing-masing.

Sesampainya didepan perpustakaan kota, Dahyun dan Pinky berpisah karena arah rumah mereka yang berbeda.

Dahyun menunggu di Halte bis, agak lama entah kenapa. Bis tidak lewat sedari tadi.

DRAP DRAP DRAP

Dahyun menoleh kesamping, oh ternyata pemuda yang tertimpuk buku tadi.

Tunggu—

Pemuda tadi?!

TADI?!

Dahyun menatapnya dengan kikuk lalu memalingkan mukanya kearah lain.

Tes—

Satu tetes hujan mengenai tangan Dahyun. Ia mendongak keatas laku tersenyum.

"Hari ini Hujan, kayanya bakal ada Pelangi deh" seru nya

Dahyun memperhatikan pemuda tadi, dia sedang menyender pada sisi halte sambil mendengarkan musik diponselnya dengan mata yang terpejam.

Sejenak Dahyun mengagumi ketampanan paripurna milik pemuda itu, ia menatapnya tanpa henti.

CIIIT—

Dahyun menoleh, oh bis nya sudah datang! Saat Dahyun hendak naik, ia ingat sesuatu.

Puk puk puk puk—

Dahyun menepuk pundak pemuda itu dengan pelan.

"Permisi, maaf, bisnya udah dateng" ucap Dahyun

Si pemuda menatap Dahyun sekilas.

"Terimakasih" ucapnya

Dahyun mengangguk lalu memasuki bis tersebut lebih dulu.

☂☂☂


Kini seorang gadis tengah sibuk menangis seharian diatas kasurnya dengan kencang.

Gadis itu Dahyun, ia menangis sejadi-jadinya, mengingat semua kenangan yang telah terlewati bersama sang kekasih.

Kekasihnya pergi, meninggalkannya. Hubungan yang sudah Dahyun perjuangkan mati-matian, sia-sia saat ini.

Dahyun mengerti, bahwa 'mantan' kekasihnya itu ingin menimba ilmu dinegara kincir angin.

Belanda.

Soobin meninggalkannya pergi ke Belanda. Tidak ada Bulannya, lalu untuk apa ada Bintang?

Kali ini Dahyun adalah Hujan, apa ia harus menunggu Pelangi datang setelah Hujan mereda?

Apa ia harus menunggu Soobin datang setelah lamanya penantian?

Ia tidak sekuat Hujan ataupun baja. Ia hanya manusia biasa yang kebahagiaannya sedang pergi. Entah sementara atau selamanya.

Kebahagiaannya sudah pergi sejak satu minggu yang lalu, tanpa kabar apapun. Bahkan Dahyun mengetahuinya dari teman satu kelas Soobin, Yeonjun namanya.

Entah dia harus membenci Soobin, atau membiarkan perasaannya membias dari waktu ke waktu.

Belum ada jaminan bahwa Soobin akan kembali, Dahyun kembali menghela nafas.

Diluar Hujan, seminggu ini Hujan. Sepertinya Hujan sangat mengerti perasaan Dahyun saat ini.

Dan setelah beberapa menit Dahyun menangis lagi, ia mulai tertidur sendirinya.

KLEK—

Pintu terbuka, menampilkan seorang pemuda dengan ketampanan paripurnanya.

"Jangan nangis terus" lirihnya

Tangannya mengelus mesra rambut Dahyun, ia mencium dahi Dahyun pelan.

"Dia pasti balik Hyun. Kakak yakin" ucapnya lalu pergi.

"Semoga aja" bisiknya

☂☂☂

UwU cast baru:>
Hayolo siapaaa

[O1.] Moon and Rain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang