Chapter 2

232 49 12
                                    


Seluruh siswa yang berada di aula mendadak diam, baik yang namanya sudah di panggil dan yang belum di panggil pun ikut mematung di tempat. Mereka memasang telinga mereka masing-masing, dan siap mendengarkan nama siapa yang berhasil mendapat beasiswa dengan nilai sempurna.

"Yaitu.... Rania Anastasya!"

Mendadak tubuh Rania terasa kaku, tangan dan kakinya tidak bisa di gerakan. Mata yang sedari tadi sudah memanas, kini butiran air mata itu jatuh berhamburan tanpa perintah. Rania benar-benar tidak menyangka, dia berhasil lolos dengan nilai sempurna. Bahkan hal itu saja tidak pernah terbesit di otaknya, yang dia pikirkan hanya lolos atau tidak. Memang rencana Allah lebih baik dari pada rencana manusia, hal yang bahkan tidak pernah terbayangkan justru menjadi sesuatu yang sangat membanggakan bagi Rania. Usaha dan kerja kerasnya selama ini sudah terbalaskan, dan Allah juga sudah mengabulkan doanya. Sekarang yang perlu Rania lakukan hanya menjaga amanah yang Allah berikan kepada Rania, dia tidak boleh mensia-siakan hal tersebut karena kesempatan tidak datang dua kali.

Sally langsung memeluk Rania yang sudah menangis haru, tanpa sadar pun Sally juga meneteskan air mata di pelukan Rania. Sungguh mereka berdua tidak menyangka akan kuliah di satu universitas yang sama, bahkan Rania tidak merencanakan hal itu dengan Sally.

***

Setelah pengumuman selesai banyak dari mereka yang belum meninggalkan aula, berbagai suasana terlihat jelas. Ada siswa yang bahagia karena berhasil lolos, ada yang menangis histeris karena belum mendapat kesempatan beasiswa tersebut, ada yang menangis haru seperti Rania dan Sally. Dan banyak juga dari mereka yang memberikan ucapan selamat kepada siswa yang berhasil lolos. Berharap mereka juga bisa mendapat kesempatan itu di universitas lain.

"Udah lah Ran, jangan nangis mulu. Lo itu aneh tau ga si? Seharusnya lo itu seneng bukannya malah nangis gini," ucap Sally yang masih menyandarkan tubuhnya di pintu toilet.

Rania memang mendengar ucapan dari Sally, tapi melakukan untuk menahan air mata itu sulit. Terlebih impiannya untuk pergi ke Negeri Gingseng akan terwujud, dan di sana dia bukan untuk berlibur melainkan untuk memperjuangkan cita-cita. Sesuatu yang sangat membanggakan, di mana Rania berhasil mewujudkan impiannya untuk pergi ke Korea Selatan, sekaligus untuk mewujudkan cita-citanya.

Tidak lama pintu toilet terbuka, terlihat sosok Rania yang keluar dari dalam toilet. Jelas mata sembabnya terlihat oleh Sally dan Naya yang entah sejak kapan sudah berada di sana.

"Raniaaaa selamat, akhirnya kamu bisa ke Korea juga," teriak Naya mengejutkan.

Di saat bersamaan Rania dan Sally menutup telinga, tak bisa membiarkan suara nyaring Naya menusuk gendang telinga mereka. Naya yang sadar akan hal itu justru menambah volume suara yang dikeluarkan, dan asik mengusili mereka berdua. Kedatangan Naya membuat Rania lupa akan kesedihannya yang tidak masuk akal. "Kalian ga mau langsung siap-siap buat berangkat ke sana?"

Sally dan Rania melirik kearah Naya secara bersamaan. Benar juga apa yang dikatakan oleh Naya, mereka sampai lupa harus secepat mungkin menyiapkan segalanya agar tidak ada yang tertinggal. Walaupun pemberangkatan mereka ke Korea masih satu minggu lagi, tapi tidak ada salahnya bukan?

"Waittt, kenapa kalian jadi lihatin gue? Emang ada yang salah kah?" heran Naya dengan kondisi diantara mereka yang berubah.

Sally menepuk pundak Naya. "Ga ada kok."

"Ayo kita pergi ke mall!" teriak Sally semangat empat lima.

Rania terkekeh pelan, lalu mereka bertiga berjalan menuju gerbang utama sekolah untuk mencari angkutan yang bisa mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Sampainya di tengah-tengah jalan, Rania merasa kehilangan sesuatu tapi entah apa. Gadis itu berhenti sejenak, sembari mencari benda yang hilang tersebut. "Cari apaan si Ran?"

Assalamualaikum Seoul [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang