Chapter 3

152 34 8
                                    

"Ngapain si tiba-tiba datang, ga di undang lagi... Kayak jailangkung tau ga?" kesal Rania.

Jelas saja Rania kesal pada kakaknya karena tanpa di undang Gavin justru datang sendiri dan ini bukan untuk pertama kalinya, tapi sudah sering terjadi. Rania berpikir kalau kakaknya bisa menebak kejadian yang akan terjadi, tapi itu tidak masuk akal menurutnya. Karena selama ini Gavin selalu mengejeknya tidak akan pernah di terima di universitas favorit, tapi buktinya dia berhasil lolos dengan nilai sempurna.

"Mau jemput lu lah, siapa lagi? Kalo punya pacar gue lebih milih jemput pacar gue sendiri kali, ga mau jemput adek yang nyebelin, pendiem, suka marah marah kayak lu."

Ucapan Gavin membuat mood Rania semakin buruk, pasalnya sejak tadi dia sudah sangat capek. Lalu sekarang di tambah dengan kedatangan Gavin yang membuatnya kesal.

"Nih buat lu, kurang baik apa coba gue!" seru Gavin sembari memberikan barang yang di bungkus kantong plastik yang dia bawa.

Tanpa menunggu Gavin mengulangi kalimatnya untuk kedua kali, Rania langsung menerima kantong plastik tersebut, yang dia sendiri tidak tahu apa isinya. Dan setelah di buka Rania benar-benar terkejut dengan barang yang di beli oleh kakaknya, kenapa dia tahu kalau Rania butuh barang tersebut untuk meredakan mood nya yang buruk.

"Ice Cream?"

Gavin hanya menatap Rania biasa saja seolah tidak ada yang aneh menurutnya. Tapi menurut Rania ini benar-benar aneh, padahal Gavin baru datang tapi kenapa dia sudah membawa ice cream?

"Kak, jujur deh Kak Gavin titisan cenayang kan?" tanya Rania mencoba menebak.

Gavin masih dengan ekspresi yang sama, lalu beberapa detik kemudian pria itu justru tertawa lepas. "Kak jawab! Malah ketawa."

"Kalo gue titisan cenayang, harusnya lu juga lah. Kita ini saudara, jadi kita sama," ucap Gavin di sela-sela ia tertawa.

"Nih ya, gue tanya balik dari mana lu punya pikiran kek gitu? Gue aja ga pernah mikirin hal ga penting gitu, dan lu kaget karena gue tiba-tiba bawa es krim? Itu karena di telpon lu nge gas mulu, ya gue beli es krim sekalian lah, biar gue ga kena marah," jelas Gavin.

Rania belum percaya sepenuhnya dengan ucapan Gavin, sebenarnya gadis itu masih ingin menanyakan banyak hal pada kakaknya saat itu juga. Tapi kedatangan Naya dan Sally membuat Rania mengurungkan niatnya untuk bertanya. Lagian itu bukan pertanyaan yang penting, dan setelah melihat ekspresi Gavin yang justru malah tertawa membuatnya tidak begitu percaya dengan keadaan yang menurutnya aneh.

"Heyy Kak Gavin, udah dari tadi ya sampe nya?" tanya Naya.

Refleks pandangan Rania dan Gavin teralihkan kepada gadis berhijab yang memakai celana dan jaket jeans itu. Kali ini Rania tahu siapa seseorang yang memberi tahu kalau dirinya sedang ada di mall. Siapa lagi kalau bukan Naya.

"Jadi lo Nay yang kasih tahu ke Kak Gavin kalo gue di sini?"

Naya hanya tersenyum tanpa merasa bersalah. Padahal Naya sendiri tahu Rania tidak suka jika kakaknya selalu muncul tiba-tiba. "Ya maaf Ran, soalnya lo kelihatan capek jadi terpaksa gue telpon kak Gavin biar jemput lo ke sini."

"Peduli sama Rania apa mau cari cara buat PDKT sama Gavin?" ejek Sally. membuat Naya terkejut.

Karena sudah terlanjur hal itu terjadi, kalau mau marah percuma bukan? Hanya akan menghabiskan banyak tenaga dan tidak ada manfaatnya juga. Terpaksa Rania malam ini harus pulang dengan kakaknya lagi, begitupun seterusnya. Tapi mungkin setelah Rania pergi ke Korea hal itu justru yang akan sangat dia rindukan. Walaupun bukan ayahnya yang selalu mengantar dan menemani Rania, tapi setidaknya Gavin sudah mewakilkan ayahnya karena dia anak sulung dari keluarga mereka. Sekaligus orang yang akan selalu menjaga adik-adiknya, termasuk Rania yang berbeda dua tahun dengan Gavin.

Assalamualaikum Seoul [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang