"Jadi waktu itu bunda gak sengaja ketemu sama papa kamu, dan bunda ketemu sama ayah kamu itu waktu di luar negri karena bunda lagi ada urusan di sana. Terus sejak itu kita jadi sering ketemu, nah kita berdua jadi deket. Lama kelamaan bunda jadi nyaman dan naruh perhatian sama papa kalian, tapi kayaknya waktu itu papa belum sadar soal itu...," Karina menghentikan pembicaraannya sejenak.
Rania dan Gavin hanya diam mendengarkan cerita dari Karina. Mereka berdua layaknya anak kecil yang sedang di ceritakan dongeng tidur oleh orang tuanya, ekspresi mereka pun terlihag lucu. Itu sebabnya Karina menghentikan ceritanya, karena salah fokus dengan wajah mereka berdua yang sok polos seperti anak kecil yang belum mengenal cinta.
"Lanjut dong Ma," pinta Gavin.
Adiknya pun ikut mengangguk seolah setuju dengan ucapan Gavin.
"Ya gitu, gak lama kemudian papa kamu mau nikahin bunda padahal kita belum kenal terlalu lama."
"Wah! Rania juga pengin gitu deh, ga usah pacaran langsung nikah aja," ucap Rania dengan polosnya.
Gavin langsung mengusap puncak kepala Rania." Ga usah buru-buru, cari yang bener bener bisa setia dan tanggung jawab sama lu."
Rania menatap kakaknya tak mengerti, jarang sekali Gavin memberikan nasihatnya untuk Rania. Tapi dia tetap menghargai, karena benar juga apa yang di sampaikan Gavin. Rania sendiri sudah beranjak dewasa dan tidak mungkin juga Rania mengandalkan orang tua atau kakak untuk menentukan perihal kekasih.
"Iya Rania tahu lah," jawab Rania.
"Jadi intinya kalian harus milih dengan benar siapa yang akan menjadi pendamping hidup kalian, dan juga kalian harus yakin sama pilihan yang sudah kalian pilih itu. Karena kalau udah nikah terus gak yakin kan ga bisa sembarangan ganti yang lain," nasihat dari Mr. Andra.
"Lanjut dong bun," pinta Rania.
"Udah ya gitu aja, gak ada yang spesial banget kecuali pernikahan."
Rania memanyunkan bibirnya, tidak mau jika Karina mengakhir ceritanya. Walaupun hanya bercerita sedikit, tentu saja yang di sampaikan Karina dan Mr. Andra bisa menjadi bekal Rania untuk mencari pasangan hidup. Dia juga tidak tahu jodohnya akan berasal dari mana? Umurnya berapa? Bagaimana kehidupannya? Semua itu Rania tidak tahu jadi benar apa yang di bilang ayahnya kalau Rania harus pintar memilih agar tidak salah mencari pasangan.
Steve yang sedari tadi hanya bermain di taman sendirian, kini Rania menemani Steve bermain ayunan. Gadis itu mendorong ayunan tersebut dari belakang, tanpa sadar senyuman indah terbentuk di bibir Gavin. Entah apa yang membuat pria itu tersenyum padahal dia hanya melihat kelakuan Rania yang kadang terlihat seperti anak kecil, dan juga yang kadang terlihat sosok lain yang sangat misterius dalam dirinya.
Walaupun Gavin seorang selebgram, tapi tidak satu pun penggemar Gavin yang tahu siapa itu Rania. Karena selama ini Rania masih belum mau menunjukan jati dirinya di hadapan semua orang terutama penggemar Gavin. Bahkan Rania punya akun media socialpun tidak pernah mengunggah foto dirinya.
Keluarga mereka juga tidak ada yang memikirkan hal seperti itu, tidak masalah jika hanya Gavin yang bisa menjadi artis atau bahkan lebih terkenal. Karena setiap keluarga Rania memiliki bakat masing-masing dan Mr. Andra sendiri tidak pernah mengharuskan mereka untuk menjadi orang yang seperti apa, beliau hanya ingin anak-anaknya menjadi dirinya sendiri tanpa memperdulikan pendapat orang lain.
"Oh ya tawaran kamu untuk main film itu gimana?" tanya Karina pada Gavin yang masih duduk di depannya.
Refleks Gavin mengalihkan perhatiannya pada sang Bunda. Pria itu hanya mengangkat salah satu alisnya, dia sendiri bingung harus menjawab apa. Alhasil Gavin hanya mengangkat kedua bahunya, sembari memberikan ekspresi bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Seoul [Hiatus]
Fanfiction[BELUM TAHAP REVISI] ~•Cerita ini belum di revisi jadi di maklumi kalau banyak typo di mana mana•~ "Perbedaan adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Lalu apakah kita bisa bersatu karena perbedaan tersebut?" (Rania Anastasya) Rania Anastasya, se...