Masa lalu menarikku kembali ke dalam tempat yang gelap, disatu sisi membuatku dirugikan, disisi yang lain perasaan ini mulai membaik.
•••
#Ada flashback disini, jadi bacanya yang jeli yaa.
Typo komen pliss.
Selamat membaca.
Kriiingg!
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring, terdengar hingga kepelosok sekolah ini. Siswa-siswi berhamburan keluar dari kelas mereka masing-masing menuju keluar kelas, dan ada juga yang memilih untuk sekedar nongkrong basa-basi sebelum pulang sekolah.
Seperti sekarang, Marisa tengah memasukkan buku-bukunya kedalam ransel miliknya, begitupun dengan yang lainnya. Dipojokan kelas terlihat Genta yang tengah menggerutu kesal karena dengan ogah-ogahan cowok berbando hitam itu memungut kertas hasil perang-perangan saat jamkos tadi.
"Btw gue udah ngga pernah liat Bagas muncul lagi, atau cuma firasat gue aja ya?" Rizki bersuara membuat Genta menatap cowok itu. "Bagas lagi diskors, soalnya tuh anak sering bikin ulah disekolah ini."
Bima menyandang ranselnya. "Bukannya udah selesai masa skorsnya ya?"
Kevin berucap seraya menunggu pacarnya beberes memasukkan peralatan sekolahnya kedalam ransel. "Emang udah selesai, tapi semenjak kejadian itu Bagas gapernah datang kesekolah lagi."
"Bagus dong kalau Bagas udah nggak sekolah disini lagi." Kevin menggeleng mendengar jawaban dari Bima. "Lo masih inget nggak pas kejadian Marisa ditahan sama Geng Halton?"
Mereka mengangguk. "Bagas nggak pernah muncul pas kejadian itu kan? Bahkan Alfin juga sama, padahal ada gue disana sementara mereka ngincer gue bukan Marisa, Marisa cuma dijadiin umpan supaya gue bisa datang dihadapan mereka."
"Terus tiba-tiba aja Revan datang yang entah darimana asalnya bisa sampai disekolah ini, bahkan sampai tau minuman kesukaan Marisa, gue liat sendiri tadi."
"Revan anak baik, jangan nuduh orang tanpa bukti Kevin." Kilah Marisa membuat Kevin mengangkat alisnya sebelah seraya tubuhnya bersandar disudut meja dengan kedua kaki yang menyilang.
"Apa jangan-jangan Revan ngegantiin posisi Bagas? Gue takut dia mata-matain Navvaro." Ucap Kevin seraya memperhatikan pacarnya yang telah siap untuk pulang kerumah.
"Gue udah siap, ayo yang mau ikut jenguk Bunda kita barengan." Usul Marisa seraya berjalan meninggalkan kelas 12 IPA 3, tetapi Bima langsung mengejar cewek itu, karena ia harus melindungi ratunya Navvaro.
"Lo kalau lama gue tinggal ya."
Mata cowok itu mendelik, menatap tajam apa yang barusan diucapkan oleh Adel. "Lo gitu sekarang?"
"Makanya cepetan bangsat, Marisa dari tadi nungguin lo pada!"
"Ngapain sih cepet-cepet amat, rumah kalian ngga bakalan lari juga.''
"Fix, lo bukan temen kita!"
Karena kesal, Genta melempar kertas yang berada di tangannya lalu di arahkan ke wajah Adel.
"Aaww! Pipi gue sakit! Setan lo!" Adel mengusap bekas tamparan dipipinya yang lumayan sakit.
"Ups, sorry. Sakit ya?" Tanya Genta berlagak sok baik.
"Lo sengaja ya?"
"Lagian ngapain juga lo bilang kayak gitu. Kayak punya dendam aja lo." Cowok itu membuang sampah-sampah kedalam tong sampah, lalu kakinya beranjak menuju ke papan tulis untuk menghapus tinta spidol dipapan tulis kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two way love
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Sebenarnya pacar kamu yang mana, aku atau dia?" Kenyataan yang membuatnya semakin sakit adalah, tak hanya cinta pacarnya yang terbagi menjadi dua tetapi juga kasih sayang ayahnya harus terbagi untuk wanita lain di waktu yan...