12

655 60 35
                                    

Seperti part sebelumnya, di sini ada flasback tapi nggak di italic/miringin.

JANGAN LUPA VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!

SELAMAT MEMBACA.

-

Kecewa mengajarkanku bagaimana caranya mendewasakan diri.

Tok tok tok!

Seseorang yang tengah terlelap begitu nyenyaknya hingga ia tidak mendengarkan ketukan pintu kamarnya. Karena efek lelah, Marisa bahkan belum terjaga dari tidurnya.

Tok tok tok!

"Non Marisa, bangun Non."

Kedua mata yang semula tertutup kini terbuka sempurna. Nafasnya memburu, matanya melihat ke arah sekelilingnya.

Ini adalah kamarnya, dan yang tadi itu ... mimpi.

"Astaga!"

Marisa bahkan menitikkan air matanya. Bahkan mimpi itu terasa nyata. Harapannya terlalu tinggi jika Falen akan sadar. Cewek itu mengusap kasar wajahnya.

"Non, bangun, udah magrib Non."

Suara Heru menyadarkannya. Cepat-cepat Marisa mengusap kasar air matanya lalu menuju kepintu kamarnya.


"Maaf mang, Marisa ketiduran. Hehe."

Heru hanya tersenyum menanggapinya. "Udah mamang siapin makan malam buat Non."

Marisa mengangguk, memberikan jempolnya kepada Heru. "Oke Mang Heru. Marisa mandi dulu yah, hehe."

Marisa sengaja menyengir untuk menutupi kesedihannya. Laki-laki itu mengangguk lalu memberikan jempolnya.

"Sip, Mang Heru tunggu ya!"

Marisa mengangguk, menutup pintu kamar bercat coklat itu. Hingga setelahnya, tubuh Marisa luruh ke lantai. Tubuhnya bersandar pada pintu kamarnya.

Kedua tangannya menutup wajahnya dari air mata. Bahkan kedua tangannya tidak mampu menyembunyikan air mata yang terus saja menetes tiada henti.

"Marisa kangen."

Katakanlah bahwa Marisa itu lemah. Bahkan didalam mimpi itu Marisa melihat senyuman Falen yang terasa begitu nyata. Mengapa mimpinya begitu kejam?

Suasana kamarnyapun dalam keadaan gelap. Marisa bahkan baru menyadari bahwa ia masih memakai pakaian sekolah lengkap saat balik dari mall tadi.

"Gimana? Apa ayah sanggup?"

Adi terdiam. Ia melirik Khansa yang juga terdiam, bahkan Oliv menatapnya dengan tatapan terluka.

"Ayah nggak bisa sayang."

Marisa tertawa hambar. "Benar, kan? Ayah nggak sayang aku dan bunda."

Oliv menatap sinis Marisa. "Bahkan kakak udah ikhlaskan ayah Kakak jadi Papanya Nayya dan aku, kakak munafik!"

"Jadi calon papanya Oliv itu ayahnya kamu, Risa?" Tanya Kevin seakan kini cowok itu mengerti dengan apa yang terjadi sekarang.

Two way loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang