Sehun menutup matanya kesal, mendengar kegaduhan diluar yang terdengar sangat ramai padahal hanya ada 3 orang disana. Bertambah kesalnya saat tawa bahagia diluar sana terdengar begitu keras. Sebenarnya Sehun tidak pernah merasa terganggu dengan keributan atau kebisingan yang diciptakan orang lain. Dia akan lebih memilih diam dam tidak perduli.
Tapi sejak kejadian dirumah sakit sebulan lalu membuat hatinya terusik sampai menjalar kekepala dan seluruh tubuhnya. Sehun tau jika ini bukan dirinya. Sehun yang sebenarnya tidak akan pernah perduli dengan apapun yang terjadi di sekitarnya.
"Luhan hyung tangkap." Kegaduhan semakin terdengar mengganggu Sehun saat teriakan-teriakan Ren memanggil Luhan dengan begitu bahagia. Memaksa Sehun untuk beranjak dari meja belajar bermaksud untuk menegur mulut siapapun yang mengganggu acaran belajarnya.
Belajar ?
Ya, setelah sekian lama pemuda yang selalu mendapat predikat PEMBUAT ONAR itu kembali membuka buku pelajaran yang bahkan biasanya akan dia jadikan pajangan rak dinding atau dia tumpuk dibawah tempat tidur untuk dijadikan sarang serangga penghuni kamar pemuda itu.
Lantaran ujian akhir dan tes masuk universitas akan dilakukan dalam waktu beberapa minggu. Sejak bulan lalu dia mulai menyibukkan diri dengan bertumpuk-tumpuk buku yang tak pernah dia sentuh itu.
Sebenarnya Sehun bukanlah siswa yang bodoh. Hanya saja rasa malas mengalahkan otak pintarnya yang sebenarnya bisa bekerja dengan ringan tanpa perlu mempelajari semua buku yang ada didepan matanya.
"Haha...kau kalah lagi hyung."
Sehun hanya kembali mengintip dari pagar pembatas tangga didepan kamarnya. Dibawah sana, Ren tertawa begitu senang dengan raket tenis ditangannya. Tebakannya Changmin datang kerumahnya dan membawa mainan baru untuk si bungsu didalam rumah itu. Terlihat pria baya adik kandung dari ayahnya itu duduk memantau dar sofa, menonton keseruan permainan yang dimainkan Ren dan Luhan didepannya.
Tatapan Sehun mendadak sendu.
Andai saja Yunho masih ada pasti dia akan duduk diposisi Changmin berada untuk menonton anak-anaknya bermain. Jessica datang menyajikan camilan untuk mereka dan Yuna sibuk didapur membuat makan malam untuk mereka. Lalu Luhan datang membawa banyak snack dari supermarket saat kembali dari kuliah.Menyapa mereka dengan hangat kemudian ikut bergabung dalam perkumpulan hangat keluarga mereka. Larut dalam tawa bahagia dan sorakan, bersama menjadi suporter pendukung salah satu diantara Sehun atau Ren.
Sampai panggilan dari ibu-ibu menghentikan teriakan tawa dan sorakan yang membuat perut lapar.Mengajak mereka untuk bersantap malam bersama. Bercengkrama dimeja makan menanyakan kegiatan anak-anak mereka disekolah masing-masing.
Buru-buru Sehun menghapus air matanya yang jatuh mengalir dipipinya. Dia sadar semua itu hanya khayalannya semata. Mendambakan keluarga hangat dan bahagia. Rasanya sangat menyesakkan, karena mau dibentuk bagaimanapun. Keluarga bahagia yang dia impikan tidak akan pernah terwujud.
Tawa keras Ren kembali menyadarkan Sehun. Lagi-lagi ego dan kemarahannya lebih mendominasi membuatnya urung untuk beranjak turun dan bergabung bersama mereka diruang keluarga.
Sehun kembali melangkahkan kakinya kedalam kamarnya. Menutup kedua telinganya dengan headphone dan memutar musik sekeras yang dapat ditampung telinganya. Mengabaikan jerit tawa dibawah sana yang masih samar terdengar tapi dia terus abaikan.
**Hyung**
Tidak ada yang lebih menyedihkan dari seorang kakak daripada diabaikan oleh saudaranya. Itulah yang dirasakan Luhan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BROTHERSHIP] Hyung || HUNHAN/REN
Fanfiction[Lengkap] Hidup Luhan dengan segala kebencian dari kedua adik yang sangat dia cintai. Sehun dan Ren. Cover By @Han_HunHan HunHanRen/Brothership/Familly/Drama