Hyung 9

638 92 42
                                    

Warning typo !!



--Hyung--

"

PERGI KAU DARI RUMAHKU."
Teriakan lantang itu tak terhindarkan.

Mungkin saja jika Ren tidak sedang memeluk Sehun saat ini, pemuda itu sudah melayangkan pukulan kepada Luhan.

Nyatanya kemurkaan Sehun kali ini lebih mengerikan daripada tidak dianggap selama sisa hidup Luhan. Setelah remaja yang menginjak dewasa itu sampai dirumah. Teriakan murka penuh rasa benci seketika menyambut gendang telinganya. Sumpah serapah dan cacian tak luput keluar dari bibir Sehun. Bahkan beberapa saat lalu remaja itu dengan amarahnya masuk kedalam kamar Luhan dan melempar keluar semua isi lemarinya.

Mungkin jika rumah mereka brrada ditengah perkampungan dengan skat batas rumah tetangga yang sempit. Para penghuni rumah disekitar kediaman mereka akan berbondong-bondong menonton kekacauan yang terjadi didalam rumah besar itu.

"Hyung Ren mohon jangan seperti ini." Hanya Ren yang masih memohon dan berteriak kepada Sehun untuk memohon ampunan dan mendengarkan penjelasan Luhan.

Pasalnya bahkan Luhan hanya diam membiarkan apapun yang Sehun lakukan kepadanya. Sebenarnya Luhan kecewa, dia sedih. Tapi Luhan tidak bisa menyangkal ketika semua yang Sehun katakan benar adanya. Luhan bukanlah siapa-siapa. Dia tidak memiliki hak apapun untuk berada diatas tahtanya sekarang.

Mungkin Sehun sedang emosi sekarang. Luhan bisa berbicara baik-baik nanti setelahnya mungkin. Itu fikir Luhan. Karenanya dia hanya diam dan hanya menjelaskan sebisa yang dapat dia jelaskan. Meski nyatanya tak ada satu kalimatpun dari Luhan yang masuk ketelinga Sehun dan membuka matanya.

"Kemasi semua barangmu, pergi dari rumahku dan jangan kembali lagi." Itulah kata terakhir Sehun sebelum pergi meninggalkan Luhan dan Ren didepan pintu kamar Luhan.

"Hyung kenapa kau hanya diam. Hiks"
Ren menangis, dia kesal kepada Luhan yang hanya pasrah menerima perlakuan Sehun dan doa marah kepada sikap Sehun yang keterlaluan.

"Lalu hyung harus apa ? Anak itu sulit untuk diajak bicara dengan tenang jika sedang marah."

Luhan berjalan masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan semua yang Sehun kacaukan disana.

"Jika Luhan hyung pergi,Ren ikut pergi bersamamu."

"Jika kau ikut bersama hyung. Siapa yang akan menjaga Sehun ?"

Lagi-lagi Luhan hanya akan mengkhawatirkan Sehun, sedangkan remaja itu bahkan sedikitpun tidak pernah perduli dengan dirinya.

"Aku tidak perduli. Hyung lebih membutuhkan Ren daripada manusia keras kepala itu."

Harusnya Luhan bersyukur saat mendapati adik kandungnya ternyata begitu mencintainya. Tapi nyatanya rasa cinta Ren kepadanya membuat hatinya sakit dan semakin merasa bersalah kepada remaja itu.

Untuk kesekian kalinya Luhan merasa jika hidupnya tidak seharusnya ada. Jika dia yang mati saat itu dan bukan kedua orang tuanya. Mungkin adik-adiknya akan hidup lebih bahagia. Jika dia yang pergi mungkin semuanya akan jauh lebih baik dan tidak ada yang menderita lagi. Semakin Luhan menyesali semuanya semakin dalam pula membuat hatinya merasakan sakit. Dan rasa sakit yang semakin menjalar keseluruh tubuh hingga membuatnya ingin tidur dan tak pernah terbangun lagi.

"Kau harus disini. Menjaga dan mengawasi Sehun menggantikan Hyung." Luhan mengigit bibir bawahnya begitu menyakitkan ketika menyadari kenyataan jika dia tidak lagi bisa menjaga kedua adiknya.

"Aku inginnya bersama hyung. Ren tidak mau hidup seperti ini. Ren ingin kita selalu berkumpul bersama."

"Yang hyung inginkan juga sama. Tapi keadaan tidak mengijikan itu. Hyung yakin suatu saat kita akan berkumpul kembali."

[BROTHERSHIP] Hyung || HUNHAN/RENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang