Dahlah up sekarang
Happy reading💜Gadis berambut panjang itu tengah menunggu dengan malas kedatangan Reinald bersama Nasywa di ruang tamunya. Semua orang pun akan merasa begitu jikalau akan bertemu dengan perpisahan. Hati Alyssa begitu gundah, apakah ini cara Tuhan memperbaiki hati Alyssa yang sempat patah? Dengan menjauhkan Reinald darinya? Entahlah. Meskipun Alyssa sering menghindar dari Reinald. Tapi ia tidak pernah sekalipun meminta Tuhan menjauhkan Reinald darinya.
Ohh tuhan, jika memang Alyssa pernah mengharapkan perpisahan secara tidak sengaja, ia ingin menarik kembali ucapannya. Sungguh, dia sangat sedih untuk berpisah dari Reinald.
Nasywa memilih menutup mulutnya, saat gadis bungsunya itu tak banyak bicara. Alyssa terlihat murung membuat Nasywa ragu untuk bertanya kepadanya.Suara motor berhasil membuyarkan lamunan Alyssa. Ia beranjak dari duduknya lalu keluar untuk melihat siapa yang datang. Sebenarnya tak usah ditanyakan lagi, Alyssa tahu benar suara motor itu. Nasywa juga ikut keluar untuk mengatakan sepatah-dua kata kepada Reinald. Nasywa baru tahu tadi pagi jika Reinald akan pergi ke Jepang. Jadi ia tidak bisa menyiapkan segala macam untuk diberikan ke Reinald.
Reinald turun dari motornya kemudian bersalaman kepada Nasywa. "Tante–.""Bunda," sela Nasywa lalu Reinald menggaruk tengkuknya merasa salah tingkah.
"Iya, Bunda. Reinald pamit mau pergi ke Jepang. Doain Reinald ya, Bun."
"Iya nak. Hati-hati. Maaf Bunda enggak bisa ngasik apa-apa buat kamu."
"Enggak papa Bun. Doa aja udah cukup."
"Bunda selalu doain kamu biar sukses."
"Makasih Bun. Kalo gitu Reinald mau berangkat."
"Loh, kamu mau ke Jepang enggak bawa apa-apa? Kok enggak keliatan ada koper? Terus nanti motor kamu ditaruh dimana?" tanya Alyssa.
"Tenang aja, nanti kita berangkat ke bandara naik taksi. Kalo koper aku ada di rumah sakit, nitip ke Papa."
Alyssa ber 'oh' ria. Keduanya melenggang pergi setelah berpamitan ke Nasywa.
Sesampainya di rumah sakit, Reinald selalu menggandeng erat tangan gadis itu. Tapi Alyssa mendadak berhenti karena merasa ragu untuk menemui Mama Reinald. Ia takut jika Mamanya Reinald masih trauma jika melihat dirinya karena masih dihantui rasa bersalah.
"Kenapa?"
"Kamu sendirian aja. Aku nunggu di luar. Aku takut mamamu terganggu sama kedatanganku."
"Justru itu Ca, aku pengen Mama terbiasa sama kamu. Kalo aku udah pergi ke Jepang, aku bisa lega kalo kamu sekali-kali mau datang kesini. Kamu gak keberatan 'kan?" Alyssa terdiam sejenak. Menimang-nimang keputusannya. Lalu ia menggeleng pelan setelah merasa yakin.
"Makasih," kata Reinald dan Alyssa membalas dengan senyuman.
Mereka kembali berjalan menuju kamar Sinta. Di sepanjang koridor rumah sakit, Alyssa bergidik ngeri saat pasien berteriak lalu berlarian entah kemana. Reinald memegang pundak Alyssa, meyakinkannya bahwa tidak akan terjadi apa-apa. Karena Reinald masih ada di sampingnya. Alyssa menghela nafasnya panjang-panjang untuk mengusir rasa takutnya.
Selepas sampai di kamar Reta, Reinald mengetuk pelan. Jika jam segini, pasti Papa Reinald tengah mengajak Reta berbicara. Walau terkadang Arka harus ekstra sabar mengurusi istrinya itu. Bagaimana tidak? Mood Reta sangat cepat berubah. Terkadang tertawa kencang lalu sedetik kemudian ia menangis tersedu seakan baru mendapat musibah. Untung saja, Arka sangat menyayangi istrinya itu.
Selang beberapa menit, pintu itu terbuka. Dan benar dugaan Reinald, Arka yang sedang ada di depannya dengan memakai jas ala kantor. Perlu diketahui, kini Arka bekerja di perusaan milik Niko. Setiap ingin berangkat kerja, Arka selalu meluangkan waktu untuk menemui Reta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sedetik Berlabuh (COMPLETED)
Novela Juvenil"Apa pantas sebagai sahabat tapi saling mencintai?" Alyssa menautkan kedua alisnya bingung. Kenapa bertanya semendadak ini? "Aku mencintaimu, Alyssa." [FOLLOW DULU YA! PLAGIAT HUKUMNYA HARAM] _o0o_ Reinald Albyan, seorang lelaki yang mati rasa terha...