(3)

5 0 0
                                    

"Ayolah Jay. Temani aku." Hera kembali merengek menggoncang lengan Jason berharap laki-laki itu mengabulkan permintaannya.

"Kamu bisa pergi sendiri." Decak laki-laki itu membuka kemejanya melemparkannya kebelakang mobil.

"Hari ini Mark tidak ada pemotretan bersamaku jadi aku akan kesepian." Hera kembali merengek. Jason menatapnya dengan wajah datar. Tampak tak peduli.

"Aku sudah katakan tidak berarti tidak."

Hera memanyunkan bibirnya persis sekali seperti anak kecil yang tidak diberi mainan kesukaannya. Jason tidak menggubrisnya menurunkannya tepat di lokasi tempat gadis itu melakukan pemotretan.

Hera membuka pintu mobil sangat tahu sifat tidak manis laki-laki disebelahnya. Jangankan membukakan pintu untuknya, tersenyum padanya saja laki-laki itu susah. Hera membanting pintu mobil dengan kasar sebagai pelampiasan.

Jason mengeram menatap gadis menyebalkan yang baru saja memasuki gedung di sebelah mobilnya.

Hera menghentakkan kaki kesal, Mark tidak ada. Setelah sampai di tempat yang sudah diberitahu. Hera langsung disambut wanita paruh baya.

"Kamu sudah datang. Segeralah berganti." Ucap wanita itu.

Hera mengangguk melangkah memasuki ruangan ganti. Seseorang membantunya memakaikan baju yang akan dipakainya untuk pemotretan. Setelah itu di poles sesuai warna baju yang dikenakannya.

"Wah, aku tak menyangka akan dipasangkan dengan mu hari ini." Decakan itu berasal dari salah satu model laki-laki yang cukup dia kenal. Laki-laki yang akhir-akhir ini gencar-gencarnya mengejarnya. Mengajaknya sekedar hang-out atau makan siang bersama.

"C'mon, jangan mengabaikan ku seperti itu." Ucap laki-laki itu menyentuh lengannya.

"Don't touch me." Desis Hera tak suka. Dalam hati dia menyumpah serapah karena tidak ada Mark hari ini yang bisa dijadikannya tameng.

"Okey." Ucap laki-laki itu tersenyum lebar kemudian menunduk kearah telinganya. "Karena nanti aku bisa menyentuhmu." Lanjutnya.

Hera mengeram, mengingat tema hari ini adalah pasangan. Tapi seingatnya, laki-laki yang berpasangan dengannya hari ini bukan lelaki playboy ini. Sial!

"Okey semuanya siap." Ucap sang photografer. Hera kini berdiri didepan kamera dengan baju yang kini berganti. Wajahnya yang dipoles tipis membuatnya tampak lebih cantik. Tubuhnya yang memang indah tercetak jelas dibalik bajunya.

"I told you. Aku bisa menyentuh mu." Bisik laki-laki itu yang kini berhadapan dengannya. Tangan laki-laki itu menyentuh pinggangnya sedangkan tangan Hera memegang pundaknya.

"Tidak usah terlalu percaya diri. Ini hanya pekerjaan."

"Tapi tetap saja aku bisa sedekat ini denganmu?"

Hera mendengus menghiraukan kekehan laki-laki itu.

"Okey, set satu selesai. Kalian bisa ganti pakaian." Ucap sang photografer. Hera menghela nafas lega dengan cepat meninggalkan set pemotretan. Untung saja sehabis ini dia hanya melakukan pemotretan sendiri. Hera melangkah menuju ruang ganti yang dengan cepat tangannya dicekal laki-laki itu.

"Lepaskan dia." Desisan tak suka membuat keduanya menoleh. Jason, dia berdiri tak jauh dari mereka. Bersandar dengan tangan dimasukkan kedalam saku.

Hera tersenyum langsung menghampiri Jason. High heels di kakinya membuatnya hampir tersungkur kalau saja Jason tidak memeganginya.

"Kamu siapa?" Tanya model laki-laki itu mendekat kearah keduanya.

"Jason." Ucap Jason mengulurkan tangan.

"Crist." Balas model laki-laki itu.

"Kamu sudah selesai?" Tanya Jason menoleh pada Hera. Gadis itu menggeleng. Jason mengangguk mengulurkan ponsel berlogo i-phone ditangannya.

"Aku balik dulu." Pamitnya tapi dengan cepat Hera menarik belakang kaos laki-laki itu. Jason berbalik menatap Hera kemudian beralih menatap Crist. Dia mendesah dengan kesal.

"Ikut aku." Ucapnya walau dengan nada malas-malasan. Hera tersenyum senang menjulurkan lidahnya kearah Crist yang tertawa melihat tingkah gadis itu.

"Menggemaskan." Ucapnya mengusap bibirnya dengan kekehen kecil.

Jason menghentikan langkahnya setelah sampai di balkon. Menatap Hera dengan pandangan menuduh.

"Kamu sengaja meninggalkan?"

Hera menggeleng. "Tidak. Aku bahkan tak tahu kalau itu tertinggal di mobil mu."

"Lalu kenapa kamu menahan ku?" Hera menghentakkan kakinya kesal. Dia kira Jason mendatanginya karena ingin menemaninya. Ternyata laki-laki itu datang hanya untuk mengomelinya.

"Pulanglah." Gerutunya kesal. Laki-laki itu selalu seperti itu. Matanya menatap pemandangan dari atas gedung itu. Hera menoleh saat tak mendengar balasan dari laki-laki itu. Dan benar saja laki-laki itu telah pergi.

Hera menghela nafas. Selalu saja seperti itu. Entah kenapa orang-orang suka sekali meninggalkannya sendiri. Tangannya hampir saja melemparkan i-phone ditangannya. Tapi dia mengurungkan niatnya. Mengingat sesuatu.

05:00 PM

Setelah selesai pemotretan dia diantar supir ke apartemen miliknya. Hera melemparkan high heels nya sembarangan. Meletakkan tasnya di sofa ruang tamu beranjak menuju kamar miliknya. Tanpa repot mengganti pakaiannya.

Sepi, begitulah keadaan apartemennya tak ada siapa-siapa disana hanya dirinya sendiri. Terkadang dia ingin sekali ada yang menyambutnya pulang. Tapi itu hanya mimpi semata. Hera menjatuhkan diri diranjangnya. Merangkak ketengah tempat tidurnya. Dan tak butuh waktu lama dia terlelap. Ah, dia lupa mengisi perutnya. Menyedihkan.

Tepat pukul 08:00 PM dia terbangun dari tidurnya karena rasa lapar yang mendera. Perutnya berdemo meminta diisi. Terpaksa Hera bangun dari tidurnya menuju lemari pendingin miliknya.

"Bi imah memang yang terbaik." Desahnya menatap makanan yang tertata rapi didalam kulkas. Tangannya meraih beberapa lauk yang sudah disiapkan asisten rumah tangga? Atau dia harus menyebutnya asisten apartemen-nya?

Dia mendesah menikmati sensasi makanan yang masuk kedalam perutnya. Memang ungkapan bahwa semua makanan akan terasa nikmat jika sedang lapar itu benar adanya. Tangannya meraih ponselnya yang berbunyi.

"Hahyo." Ucapnya dengan mulut penuh.

"Kami sedang di tempat nongkrong ingin join?" Tanya Mark di seberang telpon.

"Naah, aku agenda sendiri." Balasnya dan langsung mematikan ponselnya.

Setelah merasa perutnya kenyang, Hera memutuskan untuk membersihkan diri. Memakai bathrobe dia berdiri didepan lemari pakaiannya setelah itu dia mengacak-acak isinya yang tadi masih tertata rapi.

"Nah, ini pasti bagus."

SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang