#Hera
.
.
.
.
.
.Aku tidak mengerti mengapa orang-orang lebih memilih harta kekayaan dibandingkan keluarga. Aku juga tidak mengerti kenapa harta duniawi selalu lebih penting dari segalanya.
Tapi biarkan aku menjelaskan-nya satu persatu.
Yang menjadi puncak semua hal itu adalah uang. Uang sangat penting, semua hal yang kamu inginkan bisa kamu dapatkan jika kamu memiliki uang. Bahkan tidak sedikit yang membuang harga dirinya hanya karena uang. Membuang anak-nya hanya karena uang.
Aku selalu emosial jika sudah berbicara tentang keluarga. Aku tak ingat kapan aku memilikinya. Tapi semua hal itu tergantikan oleh sosok laki-laki disamping ku ini.
Jason, aku sangat tahu dia bukan tipe laki-laki yang mau bersifat manis. Walaupun itu untuk kekasihnya sendiri. Dia teramat tak tersentuh.
Ucapannya selalu dingin dan kasar. Dia sangat suka membuatku menangis dan kesal. Tapi karena dialah aku memiliki harapan bahwa hari esok itu selalu ada. Terlepas dari aku sudah diabaikan kedua orangtuaku. Aku tetap memiliki dia.
Aku tidak tahu sejak kapan aku dekat dengannya. Tapi yang kuingat, ketika aku terbangun dari komaku. Yang pertama kulihat adalah dirinya.
Wajahnya yang kurus dengan kantung mata yang hitam. Kalau aku tidak salah mengingat itu saat umur kami sembilan tahun. Ya, selama itu. Selain itu aku tidak mengingatnya.
Dan sejak itu pula aku tidak pernah bertemu dengan orangtuaku. Mereka pernah menghubungiku, pernah waktu itu ibuku menghubungi, menyuruhku mengatakan pada ayahku untuk mengiriminya uang. Miris.
Saat itu dia mengatakan ingin mendatangiku tapi tidak memiliki uang. Aku sangat bersemangat dan menyanggupi permintaannya. Seminggu aku menunggu kedatangannya. Saat aku kembali menghubungi menanyakan kapan dia datang. Dia mengatakan aku sibuk.
"Batalkan kencan mu dengan Arthur. Aku akan menjemputmu dalam 30 menit." Kata-kata itu keluar dari laki-laki di sebelahku. Matanya terfokus pada jalanan.
Aku tidak tahu, apa Jason memiliki rasa yang tulus atau tidak untukku. Tapi sejauh aku mengenal dia. Dia tidak pernah menaruh cemburu pada laki-laki yang terang-terangan mendekatiku.
Itulah sebabnya aku juga tidak terlalu ambil pusing ketika beberapa laki-laki mendekatiku. Walau kadang aku merasa risih juga.
Ku buka pintu di sebelah tanpa repot menjawab ucapan Jason. Aku sangat tahu dia tidak suka jika ucapannya tidak di jawab. Tapi aku juga tidak akan menurutinya dengan mudah. Dia menahan tanganku saat aku ingin keluar. Aku terkekeh melihat wajah datarnya.
"Athena!" Desisnya dengan sorot tajam.
"Iya, iya. Menyebalkan sekali." Gerutu ku.
Dia melepaskan cekalannya. Membiarkan aku melangkah menuju gedung dimana apartemen ku berada. Setelah memasukkan pin pengaman. Aku membuka pintu.
Sepi dan kosong
Selalu seperti itu, aku sudah terbiasa melihatnya. Tapi sampai saat ini hatiku tidak terbiasa rasanya. Walau berulang kali mendapati hal yang sama. Tapi selalu menyakitkan.
Aku selalu bertanya-tanya bagaimana perasaan seseorang yang selalu disambut setiap pulang. Pasti sangat menyenangkan. Ada seseorang yang bisa beradu mulut dengan mu. Dan juga menimpali ucapan mu.
Ku keluarkan isi lemari. Sebenarnya bukan karena aku tidak bisa memilih baju dengan baik. Tapi biar asisten rumahku punya kerjaan.
Aku memilih baju kaos berwarna putih dan jaket denin. Kupadukan dengan celana pendek sepaha. Kuraih tas selempang yang menjadi kesukaan ku dan sentuhan akhirnya aku meraih topi kupluk berwarna hitam.
Beralih ke dapur aku membuka lemari pendingin. Makanan yang disiapkan Tante Vivian dan Tante Marine masih ada.
Suara maroon five berkumandang dari dalam tasku.
"Dia bilang 30 menit." Gerutuku mengambil ponsel dari dalam tas melihat siapa yang menghubungi.
Tampaknya Jason tak ingin repot-repot naik ke apartemen ku.
"Aku menunggu dibawah."
Tepat seperti dugaanku. "Aku akan turun."
Setelah menutup pintu aku bergerak ke tempat dimana lift berada. Dari jauh aku bisa melihat Jason duduk di bangku taman. Dia mengenakan kaos hitam di padu dengan kemeja kotak-kotak dengan celana selutut.
"Dimana mobilmu?" Tanya ku.
"Aku tak membawanya. Kita akan naik bus." Jawabnya. Aku mendengus.
"Tidak romantis sekali." Cibirku membuat lekungan indah terbit di pipinya.
Aku tak mengerti kenapa dia sangat suka tersenyum saat aku kesal.
"Terima saja nasibmu nona." Ucapnya dengan wajah menyebalkan.
Kami berjalanan bersisihan menuju halte bus. Beruntung karena kami bisa langsung mendapat bus yang masih kosong. Dia membiarkan ku masuk terlebih dahulu. Mendorongku duduk dibangku berpasangan.
"Kita akan kemana?" Tanyaku. Dia tidak menoleh. Tapi tetap menjawab.
"Aku tidak tahu. Aku hanya tak ingin kau pergi dengan Arthur."
Aku mendelik dengan mata melotot. Apa-apaan. Kekanakan sekali. Biasanya dia tidak masalah aku pergi dengan orang lain.
"Lalu untuk apa kita naik bis." Aku kembali berucap.
"Berhentilah mengomel. Dimana bus-nya berhenti maka disitulah kita turun." Sungguh jawaban yang sangat aneh. Laki-laki ini memang ingin mempermainkan ku.
"Aku tahu kamu memang menyebalkan. Tapi kamu lebih menyebalkan lagi sekarang."
"Dan akan lebih menyebalkan besoknya lagi." Balasnya dengan seringaian yang sangat aku kenal.
Ku alihkan pandanganku tidak ingin membuat rasa kesal bertambah. Aku menoleh saat tangannya meraih tangan kiriku membawanya ke dekat bibirnya dan menciumnya sebentar. Dia melakukan itu tanpa melihat ku. Bahkan raut wajahnya masih sama.
Persis seperti yang dia katakan. Saat bus berhenti dia mengajak ku turun.
"Kita makan dulu." Ajaknya menuju sebuah restoran. Aku menurut karena perutku juga cukup lapar.
Kami memilih tempat duduk dipojok. Aku memilih salad. Tapi dia langsung menolak memilihkan menu lain.
Dia menatapku tajam saat aku membantahnya. "Makan seporsi tidak akan membuat berat badan mu bertambah."
"Tapi menurunkan berat badan juga susah." Gerutu ku
"Maka rajin-rajin lah olahraga." Jason tidak menghiraukan ucapanku. Bahkan setelah makanan kami tersaji. Dia dengan sengaja menambahkan makanannya ke piring ku.
"Makan Athena." Ucapnya saat aku masih memelototinya.
"Kamu menyebalkan."
"Dan akan bertambah besoknya." Balas Jason
Dia memang tidak pernah mau kalah adu mulut denganku. Dia selalu siap menyerang jika aku mengeluarkan kalimat lainnya.
------------------
Halo minna
Maukah kalian memberikan vote bahkan jika cerita ini sudah tamat nantinya?
Aku akan sangat berterimakasih jika kamu melakukannya 😍😍😍
Salam bye
Rin
Istri sahnya V Bts💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence
Teen FictionJason, tipe laki-laki yang tidak menyukai gadis cerewet dan tidak suka berada disekitarnya. Tapi berbeda hal-nya dengan gadis bernama Hera. Dia tidak menyukai berdekatan dengan gadis itu. Tapi dia juga tak suka berjauhan darinya. Walau mulutnya sel...