Chapter 4 : Rosemary

94 6 0
                                    

        Aku, Kak Ellie dan Mary sudah seminggu berpetualang, menusuri sebuah sungai dan mencoba mencari ujungnya, dan pada akhirnya kami menemukan sebuah air terjun yang indah. Mary pun nampaknya sangat senang dengan petualangan ini. Akan tetapi, di minggu kedua, ia jatuh sakit. Ia tiba-tiba saja pingsan saat sedang berlari-larian di sebuah ladang bunga. Kami lupa bahwa ia memiliki alergi serbuk bunga tertentu. Dan nampaknya ia juga kelelahan akibat perjalanan panjang.

         Karna kami tak mempunyai banyak uang untuk biaya dokter, akhirnya kami memutuskan untuk mencari sebuah panti asuhan. Mungkin untuk sementara waktu kami akan tinggal disitu, sampai keadaan Mary membaik. Kami terus berjalan mencari sebuah panti asuhan, tapi kami tak kunjung menemukannya.

         Pada akhirnya kami menjadi gelandangan di kota ini. Tidur di sela-sela ruko yang kotor dan penuh debu. Mencoba mencari uang dengan cara apapun. Baik itu mengemis, maupun mengamen demi kebutuhan makan dan membeli obat untuk Mary. Tapi itu sia-sia. Keadaan Mary semakin memburuk. Ia sering mengeluh sesak dada. Nafasnyapun seringkali tersenggal-senggal.

        Sampai suatu saat, seorang pria tua membawa kami ke sebuah panti asuhan. Namanya Edward Felix. Ia adalah pengurus panti asuhan tersebut. Ia dan istrinya membangunnya pada tahun 1987, dan menamai panti tersebut dengan nama Felix's House.

        Letaknya sangat jauh dari tempat kami sebelumnya. Panti tersebut terletak di pinggiran kota, lebih tepatnya di sebuah desa kecil. Sehingga masih banyak pohon disana. Udaranya bersih tanpa polusi. Sejauh mata memandang, kau dapat melihat lahan terbuka berwarna hijau. Hanya ada sedikit rumah di daerah tersebut, para warga berkerja dengan cara bertani atau berternak. Ada juga sebuah sekolah kecil. Kata pak Felix, ada juga yang berkerja sebagai guru sukarelawan di sekolah tersebut.

         Hingga saat ini, panti tersebut berusia 20 tahun. Sang istri meninggal pada tahun 2002, Edward tetap mengurus panti walaupun sudah tua. Warga setempat pun membantunya mencari sukarelawan yang mau berkerja di panti tanpa upah, sekarang sudah ada 14 pengurus lainnya. Termasuk petugas keamanan panti, koki masak, dan para pengurus anak-anak serta lansia.

        Di panti tersebut terdapat 5 komplek. Komplek A untuk balita berummur 0-4 tahun. kadang ada juga orang yang menitipkan anak mereka disitu. Aku dan Mary, ditempatkan dalam komplek B. Komplek itu berisi anak-anak dengan usia 5 hingga 15. Mary di ruang A, yaitu ruang khusus anak perempuan. Sedangkan aku di ruang B, ruang khusus anak laki-laki.

        Sedangkan kak Ellie berada di komplek C ruang A. Komplek tersebut berisi remaja usia 16-19. Ada juga komplek D, dikhususkan bagi para lansia. Sedangkan komplek E berisi orang dewasa berusia 20-25. Di panti ini, bila kau sudah berusia 22 tahun, kau diwajibkan belajar mandiri dan mencari pekerjaan, atau memilih berkerja sukarela di panti.

        Sebenarnya tepat ini lebih mirip asrama daripada panti asuhan. Karena memang pada dasarnya bangunan ini merupakan bangunan bekas dari asrama Kristen katolik berpuluh tahun yang lalu. Bahkan kapel dari asrama pun masih tersisa, kapel tersebut masih digunakan, dan masih terus dirawat kelayakannya.

        

                                                                           ..........

        sudah 4 bulan kami tinggal disini. Keadaan Mary tak kunjung membaik. Kata dokter, ia menderita asma. Ibu kami dulu memang pernah menderita asma, dan berturun pada Mary, tapi kami tak pernah melihat asmanya kambuh atau sesak nafas serta gejala-gejala asma lainnya. Pihak panti asuhan menempatkan Mary di ruang kesehatan, agar bisa beristirahat lebih nyaman dan tenang tanpa suara gaduh.

1000 Word'sWhere stories live. Discover now