Chapter 6 : I Promise....

43 6 2
                                    

        Sudah 3 bulan sejak kejadian itu. Kejadian dimana aku dipertemukan kembali dengan ibuku secara tidak langsung. Mungkin hal ini sudah direncanakan oleh Yang Maha Kuasa, agar aku kembali kepada orang yang melahirkanku. Mungkin yang lebih tepat bagi keadaanku dulu adalah, 'orang yang selalu menindasku'. Ya, itu lebih tepat pada keadaanku di masa lalu.

        Sejak kejadian itu, Jack belum pernah kembali ke panti lagi, bahkan hanya untuk menjeput Joseph. Entah sejak kapan aku sekarang sudah terbiasa merawat Joseph. Pak Felix mengizinkanku menggunakan taman belakang untuk membuatkan kandang kecil untuk Joseph, asalkan aku merawatnya dengan benar dan membersihkan kandangnya dengan teratur.

        Hari-hari selanjutnya kulalui dengan melakukan hal yang sama, memberi makan Joseph, membersihkan kandangnya, dan melakukan rutinitas lain seperti menggambar. Tapi hari ini sepertinya aku akan membaca buku di perpustakaan.

        Sesampainya di perpustakaan, aku melihat Jack sedang asik membaca. SAma seperti sebelumnya, Grace sedang tertidur dengan bukunya yang masih setengah selesai dibaca. Aku menghampiri Jack, sepertinya ia tidak menyadari kehadiranku, dan masih asik membaca buku yang dipegangnya.

        "Hei Jack, kenapa kau ada di sini?" ia langsung menengok ke arahku.

        "Hei Will.. kau lupa ini hari apa?" ia menyeringai lebar padaku, sepertinya ada yang kulupakan tentang hari ini.

        "Hari ini? Bukankah hari ini hari Sabtu?"

        "Sudah kuduga kau lupa..." sepertinya ia sedikit kecewa. Namun sesaat kemudia ia kembali menatapku sambil mengulurkan sesuatu padaku. "..Ini untukmu, dariku dan Grace. Hari ini hari ulangtahunmu kan?" ia tersenyum padaku. Tanpa kusadari, Grace sudah terbangun dan berada di belakangku dan menepuk pundakku.

        "Selamat Will.." ucap Grace yang disusul senyumannya. "Kau boleh membuka itu kapan saja.." ujarnya sambil menunjuk bungkusan yang sedang kupegang. Hadiah dari mereka berdua. Dari bentuknya, aku sudah bisa menduga apa yang ada di dalamnya. Sketchbook dan alat lukis. Hal yang sudah pasti akan berguna bagiku. Terlebih lagi, sketch bookku sudah hampir habis, dan rencananya aku akan membeli yang baru.

        "Terimakasih banyak Grace, Jack. Ngomong-ngomong, kau mau membawa pulang Joseph kan?"

        "Iya.. sekalian memberikan itu padamu." ia menunjuk pada bungkusan yangkupegang. "..Dan aku mau meminjam beberapa buku dari sini.." ia memperlihatkanku beberapa buku yang sudah dikemasnya dalam tas kecil. Ada beberapa buku dongeng, seperti Pinokio karya Carlo Collodi, Little Red Riding Hood karya Charles Perrault, dan beberapa dongeng lainnya yang tidak kuketahui. Beberapa buku lagu klasik juga terdapat disana.

        "Aku sudah meminta izin pada pak Felix, jadi aku sudah diperbolehkan membawanya pulang. Kalau begitu sampai jumpa, aku masih ada beberapa urusan di rumah." Sambungnya, ia melambaikan tangannya padaku. Dibelakangnya Grace mengekorinya.

        Kubalas lambaian tangannya. 'Hal yang kau sebut 'rumah' itu lebih seperti istana bagi rakyat biasa, asal kau tahu itu..' batinku.

        Sesuai dugaanku, hadiah yang diberikan mereka adalah sketch book. Menggambar adalah hal yang paling pertama muncul dipikiranku. Seharian ini mungkin aku akan menggambar banyak pada buku ini.

                                                                                .........

        Hari demi hari berlalu mungkin sudah mencapai pada hitungan bulan. Mungkin sudah setiap hari aku melakukan hal yang sama. siang dan malam kulalui dengan menggambar di panti. Mungkin sudah saatnya aku bosan berada disini. Jadi aku memutuskan untuk izin meninggalkan panti hari ini. Pergi ke keluar merupakan pilihan terbaik untuk mengasah otakku dalam berimajinasi. Aku mengambil trench coat panjang pemberian pak Felix dari lemari kecil di samping ranjang tidur lalu memakainya dan juga mengambil beberapa alat gambarku, lalu bergegas pergi.

1000 Word'sWhere stories live. Discover now