Selama beberapa detik mereka saling bertukar pandang. Mengapresiasi pemandangan satu sama lain dari jarak dua meter. Leesaw dan kawan-kawan masih sibuk mengoceh di sekitar Bright. Di sudut lain, Win juga masih mengangguk-angguk seadanya menanggapi Marchu dan teman-teman yang mengobrol seru. Tetapi dalam kepala keduanya, dunia seakan melambat. Semua hingar bingar suara seolah teredam.
Jantung Bright yang sedari tadi sibuk memompa darah ke seluruh anggota tubuh, rupanya menaruh perhatian ekstra kepada member di antara selangkangannya. Untung celana jersey-nya agak longgar, jadi ketegangan yang dialaminya gak akan terlalu kentara. Ya 'kan?!
Ia mencuri pandang ke arah 'Bright mini' untuk memastikan, sebelum kembali menatap wajah Win. Dan kali ini air muka si Nong manis sudah berubah.
"Fuck..." umpat Bright pelan. Lidah merah muda yang terbit di sudut bibir ranum Win Metawin bergerak menyapu pelan dan sensual. Tahu betul apa efeknya bagi 'Pi yang dihormatinya.' Win kemudian menutupnya dengan senyum tengil sok suci yang membuat darah Bright semakin berdesir.
"Kenapa, Bro?" suara tibat-tiba Leesaw membuat Bright sedikit terlonjak dari lamunannya.
"Gak apa-apa, Pi"
"Udah jangan dipikirin, Kapten. It was a good game!" timpal rekannya yang salah paham.
Mereka gak tahu yang bikin frustrasi Bright bukan kekalahan. Akan tetapi, sebaiknya biar mereka tetap berpikir begitu saja. Bright hanya nyengir sambil geleng-geleng santai sebelum kembali melirik ke arah si bocah nakal bergigi kelinci.
Sekarang Win sudah kembali menjadi sosoknya yang biasa ditampilkan di media. Lugu, penuh tawa, dan menggemaskan. Ia sedang tergelak innocent menanggapi sesuatu yang dilontarkan Tao.
Dan tahu kah kamu? Rasa cemburu adalah bahan bakar besar bagi syahwat Bright Vachirawit.
Two can play at that game, pikir Bright seraya melempar rambut basahnya ke belakang. Gerakan yang sederhana tapi juga mencuri perhatian. Lagi-lagi para fans memekik di kejauhan, tapi yang Bright harapkan bukan reaksi mereka. Dan ketika mata si Nong nakal kembali padanya, Bright tetap mempertahankan posisinya.
Bibir indahnya menganga menggoda dipadukan dengan tatapan tajam khas Sarawat. Combo kelemahan Win Metawin. Bagaimana ia bisa tahu? Win sendiri yang sering mengadu.
Usaha itu berbuah manis, tampak jelas dari jakun Win yang bergerak menelan ludah. Mata hitamnya pun tak lagi terpaku pada iris Bright, melainkan turun terus ke selatan. Seolah ingin melumat sang senior dengan tatapan.
"Guys, ke belakang dulu," pamit Bright sejurus kemudian. Teman-temannya menanggapi dengan gumaman sporadis seadanya.
Sekali lagi ia mengerling ke arah Win, memastikan kode yang dikirimkan telah diterima dengan baik. Namun, kali ini Bright tak bisa membaca ekspresi pemuda 21 tahun itu. Wajah Win kembali polos, bak kertas kosong. Akan tetapi matanya gelapnya yang trus mengikuti gerakan Bright seolah menjawab rasa penasaran.
Bright melempar satu godaan terakhir, gerakan menyapu bibir dengan lidah sebagai balasan terhadap apa yang sudah Win lakukan duluan. Diiringi sorakan fans, ia berlalu menuju ruang ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Offside Trap! | BrightWin
FanfictionSelepas bermain bola, Bright dan Win masih punya tenaga untuk permainan lainnya. Warning: hardcore 18+, smut, public sex, khusus dewasa Disclaimer: Hanya fiksi belaka, tidak ada sangkut paut dengan kejadian nyata. Terinspirasi dari pertandingan sep...