Goal V: Dribbling

4.8K 302 47
                                    

"You are such a good boy..." puji Win. Suaranya rendah dan halus, namun efeknya justru  membuat jantung Bright bertalu-talu. Batangnya semakin menegang, lebih banyak cairan precum mengucur saat mendengar suara lembut si Nong. 

Sejurus kemudian lidah lembut Win terjulur keluar, menyapu bagian bawah batang Bright, mulai dari pangkal sampai ujungnya. Selama itu pula mata mereka tak pernah berhenti saling tatap.

Terus terang, lutut Bright hampir saja menyerah dan lunglai ke lantai. Lidah Metawin, adalah salah satu lidah paling cantik yang pernah dicicipinya. Oke, terdengar aneh, tapi sudah pernah kah kamu melihat betapa lebar, panjang, dan gemuk lidah pemuda itu?

Setelah mengecup ringan mahkota penis yang basah dengan pelumas alami itu, Win kembali ke pangkal dan kali ini menangkupkan bibir ranumnya ke kejantanan sang kekasih. Kedua bilah merah itu membentuk huruf C yang memeluk erat sebagian sisi dari Bright Junior. Sisi yang tak ditutupi bibir, dihangatkan oleh genggaman tangannya. 

Perlahan tapi pasti Win menggerakkan bibirnya ke ujung lalu kembali ke pangkal barang itu. Seperti sedang menyantap jagung yang amat lezat. "Sluuurrrpppp," suara menyesap berpadu dengan ludah yang berkumpul dan membasahi kemaluan Bright pun semakin menambah kesan nikmat.

"Ahh... Win," tangan Bright secara autopilot meraih rambut hitam sang kekasih. 

"Mmmhhh" jawab yang punya nama. Dengan bunyi becek, Win melepas bibirnya, menggantikannya dengan tangan kanan yang bergerak lincah mengocok kemaluan sang Pi tercinta. Sementara ia kembali tersenyum manis kepada Bright dengan bibir merah yang basah oleh precum dan saliva.

"Ya Kapten?" tanya Win dengan suara satu oktaf lebih rendah. Bright sudah tak paham lagi, apakah ini ledekan atau memang kekasihnya yang satu ini semakin pintar role playing. 

"Ayo, sayang... Jangan nakal," bujuk Bright dengan suara serak. Tangannya mengarahkan kepala berambut ombak itu kembali mendekat ke arah kejantanannya. Dan kali ini, Win menurut. Bright hampir tak percaya. 

Dengan lahap si kelinci memasukkan batang merah berdenyut itu ke dalam mulutnya. Bibir berisinya tertarik ketat di sekeliling kemaluan sang kekasih. Awalnya setengah panjang dulu. Tangan kirinya masih mengocok pangkal si Bright Junior. Lalu mundur lagi, kemudian menelan lebih jauh di kali berikutnya. Kedua pipi tembam itu mencekung, berusaha menjepit dan menarik masuk penis panjang kesayangannya. Lidahnya berusaha menelusuri urat-urat di penis favoritnya itu. Lambat laun gerakannya semakin luwes dan cepat. 

Sccchlop sccchlop sccchlop.

"Haaa... ahhh... Win..."

Suara isapan Win dan napas Bright yang terengah terdengar begitu nyaring di ruangan kosong tersebut. Semakin lama semakin basah. Liur dan precum yang tak lagi tertampung di mulut Win mulai luber dan membasahi dagu hingga jakunnya.

"Mmmmmhhm" erangnya dengan mulut penuh. Vibrasi dari tenggorokannya sukses bikin Bright gemetar hingga ke ujung-ujung jari. Setengah refleks, ia semakin mengeratkan genggamannya di rambut lembut Win dan menggerakkan kepala pemuda manis itu lebih agresif.

Hasilnya, batang kemerahan itu berhasil masuk lebih dalam lagi! Begitu dekatnya, sampai-sampai hidung Win terbenam dalam rambut halus bawah perut Bright. 

Seluruh bulu roma Bright meremang merasakan kerongkongan Win mengejang di sekeliling mahkota penisnya. Kedua tangan Win yang mencengkram sisi-sisi pinggangnya pun terasa melenakan. Lagi-lagi hampir tanpa sadar, kedua tangan raksasanya Bright bergerak kuat mengarahkan manuver kepala Win di selangkangannya. Napas kasar dari hidung Win menggelirik pubiknya.

Sccchlop sccchlop sccchlop sccchlop sccchlop

"Hmmpkkkhhh welp wellbbbb" setelah beberapa menit, suara tersedak Win membawa Bright kembali ke bumi. 

Ia menarik rambut sang kekasih, membuat kepalanya mundur dan menengadah ke arahnya. Tak disangka wajah cantik Win bisa tampak semakin indah. Selain kilau keringat, tampang pemuda itu sekarang basah dengan lelehan air dari kelopak mata dan hidung mancungnya. Bright mengumpat pelan karena lupa membawa iPhonenya saat ini. Rugi, tak bisa mengabadikan pemandangan elok ini. 

Dengan satu hentakan di rambut ikal itu lagi, penis Bright lepas dari bibir Win. Ternyata pemandnagan yang tadi tidak ada apa-apanya dengan yang sekarang, precum dan liur kental tumpah dari bibir merah yang semakin membengkak menggoda itu. Bright mengerang pelan.

"Enak Kapten?" bisik Win lirih. Bagaimana tidak, tenggorokannya habis dihajar penis 17,4 cm itu tanpa ampun. Tangan kirinya kembali mengocok manja Bright Junior, sementara yang kanan sudah masuk ke dalam celana jersey-nya dan bergerak pelan mengurus ereksinya sendiri.

"You are so fucking beautiful," desah Bright. Tak apa malam ini ia kalah di lapangan, toh ia tetap mendapat hadiah

"I'm a good player, right?" bisik Win. Sejurus kemudian ia kembali maju dan menangkup pelir sang kekasih dalam mulut hangat dan basahnya. 

"Ssshhh..." mata Bright berair menahan kenikmatan yang luar biasa. Genggamannya di kepala Win semakin kuat. Namun rasa sakit samar di akar rambut Win justru membuatnya makin berani. Ia gantian melahap biji satunya lagi. Digigitnya pelan buah zakar itu sebelum menjilatnya dengan rakus. Win tersenyum puas ketika merasakan otot paha Bright bergetar kuat menahan bobot agar tidak ambruk.

"Are you okay Capt?" celetuk si gigi kelinci. Tanpa menunggu jawaban Bright, ujung lidah gemuknya menggelitik urethra sang kekasih yang terus mengucurkan precum. 

"Haaa... Win," sensasi panas semakin memuncak di perut bawah Bright. Berputar bak pusaran magma, menanti waktu untuk menyembur keluar. Ia bisa merasakan seluruh sarafnya semakin tegang dan sensitif. 

Tapi tidak, tidak seperti ini.

"Ssh... WIN!" Bright menjambak rambut Win untuk membuatnya berhenti menjilati kepala penisnya seperti es loli. "Hngghhh," rengekan lembut lepas dari bibir Win yang sudah berhenti mengusili sang kekasih. Rasa sakit di kulit kepalanya benar-benar membuatnya semakin bergairah.

"Be a good boy for me, yeah?" pinta Bright seraya menepuk-tepukkan batangnya ke pipi kiri Nong favoritnya. "I don't want this to end yet," sengalnya "I want to fuck you. Can I, Bunny?" 

Win kembali merintih, kepalanya mengangguk-angguk tertahan dalam genggaman tangan Bright. Sedetik kemudian tangan kekar itu berganti dari menjambak jadi mengelus lembut rambutnya. Pesona kontras khas Bright yang selalu membuat Win seolah sedang naik roller coaster

Ia berusaha bangkit menuruti perintah Bright untuk berdiri, namun kedua lututnya terasa seperti jelly. Dan di saat yang bersamaan terdengar suara-suara samar para rekan satu team sepak bola Bright yang berjalan menuju ruang ganti. 

Author's note: Thank you banget, berkat kalian fic ini sempat rank 12 di hashtag #BrightWin lho! Jangan lupa komen, bagian apa yang paling oke dan kamu suka ya! Apa masih pada mau lanjutannya? Jangan lupa vote!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Offside Trap! | BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang